PERAN ILMU SOSIAL PROFETIK DALAM MENGHADAPI PERANG PEMIKIRAN (GHAZWUL FIKRI PDF

Title PERAN ILMU SOSIAL PROFETIK DALAM MENGHADAPI PERANG PEMIKIRAN (GHAZWUL FIKRI
Author Awwaliyatun Ni'mah
Pages 33
File Size 210.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 258
Total Views 475

Summary

PERAN ILMU SOSIAL PROFETIK DALAM MENGHADAPI PERANG PEMIKIRAN (GHAZWUL FIKRI) Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia Dosen Pengampu: Dr. Nasiwan, M.Si Disusun oleh: Awwaliyatun Ni’mah (16416244009) JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL UNI...


Description

PERAN ILMU SOSIAL PROFETIK DALAM MENGHADAPI PERANG PEMIKIRAN (GHAZWUL FIKRI) Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia Dosen Pengampu: Dr. Nasiwan, M.Si

Disusun oleh: Awwaliyatun Ni’mah

(16416244009)

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan ridho dan kesehatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Peran Ilmu Sosial Profetik dalam Menghadapi Perang Pemikiran (Ghazwul Fikri)” yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Sosial Indonesia. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik yang penulis sadari maupun kesalahan yang tidak penulis sadari. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk makalah ini, agar di waktu yang akan datang penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Selain itu, penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan, atas perhatian dari pembaca penulis ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, 9 Januari 2018

Penulis

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2 BAB II ..................................................................................................................... 3 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3 A. Hakikat Perang Pemikiran............................................................................ 3 B. Metode dalam Perang Pemikiran ................................................................. 8 C. Sarana yang Digunakan dalam Perang Pemikiran ..................................... 10 D. Tujuan dari Perang Pemikiran .................................................................... 13 E. Pengaruh Perang Pemikiran dalam Berbagai Aspek .................................. 16 F.

Peran Ilmu Sosial Profetik dalam Menyikapi Perang Pemikiran ............... 18

BAB III ................................................................................................................. 28 PENUTUP ............................................................................................................. 28 A. Simpulan ........................................................................................................ 28 B. Saran ........................................................................................................... 28 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tantangan terberat umat Islam pada era globalisasi bukan berasal dari bidang sosial, politik, ekonomi maupun budaya melainkan perang pemikiran. Era globalisasi sangat mudah dimanfaatkan oleh orang-orang kafir untuk menyerang umat Islam. Serangan yang dilakukan oleh orang kafir bukan lagi serangan fisik seperti perang, tetapi melalui isu-isu yang tidak benar sehingga umat muslim akan mudah terpecah. Semakin berkembangnya isu-isu tentang agama Islam akan mempermudah orang kafir untuk melakukan tipu daya yang dapat berupa adu domba pada kelompok tertentu sehingga akan mencelakakan umat Islam. Perang pemikiran dalam agama Islam memang sengaja diciptakan oleh orang kafir. Perang pemikiran dilaksanakan dengan terstruktur dan sistematis oleh musuh umat muslim. Perang pemikiran sengaja dilakukan dengan cuci otak (brain washing) dan pendangkalan pemikiran sehingga umat muslim akan tuduk dengan perintah mereka. Selain itu, perang pemikiran yang diciptakan oleh orang-orang kafir dapat mengakibatkan kerancuan dalam berpikir. Perang pemikiran tidak semata-mata salah dari orang-orang kafir tetapi bisa juga karena salah umat muslim yang tidak menyadari adanya hasutanhasutan tersebut. Di era perang pemikiran perlu ada kesadaran dari umat Islam untuk lebih cermat dalam menghadapi isu-isu yang berkembang. Dalam menghadapi perang pemikiran perlu adanya gagasan baru untuk memperoleh solusi alternatif dalam menyikapinya. Dalam perkembangan Teori Sosial Keindonesiaan muncul gagasan mengenai Ilmu Sosial Profetik. Ilmu Sosial Profetik memiliki nilai-nilai yang

1

dapat dijadikan sebagai solusi alternatif dalam menghadapi era perang pemikiran terutama di kalangan kaum muslim. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hakikat perang pemikiran? 2. Bagaimana pengaruh perang pemikiran bagi kehidupan umat muslim? 3. Bagaimana peran ilmu sosial profetik untuk menghadapi era perang pemikiran?

C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui hakikat perang pemikiran. 2. Mengetahui pengaruh perang pemikiran bagi kehidupan umat muslim. 3. Mengetahui peran ilmu sosial profetik untuk menghadapi era perang pemikiran.

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Perang Pemikiran Pengaruh globalisasi pada semua aspek kehidupan yang mengakibatkan segala macam informasi yang baik maupun buruk dapat diakses oleh siapapun. Selain itu, semua orang bisa menyebarkan isu-isu yang dapat memecahkan umat beragama. Adanya perang pemikiran atau ghazwul fikri merupakan dampak dari arus globalisasi yang berkembang sangat pesat. Perang pemikiran sejatinya sudah terjadi sejak terjadinya Perang Salib. Pada dasarnya kaum pembenci Islam tidak ingin agama Islam dampai menyebar luas. Kejayaan peradaban Islam mulai menyebar luas diwilayah Persia, Syiria, Palestina, Mesir hingga dataran Eropa membuat kaum pembenci Islam mulai membendung laju kebenaran agama Islam. Maka terjadilah peperangan yang dikenal dengan Perang Salib. Selama Perang Salib berlangsung tak sekalipun umat muslim terkalahkan. Selain itu, terjadinya Perang Salib telah menyadarkan bangsa Barat bahwa umat muslim tidak bisa dikalahkan dengan kekuatan militer. Sebernarnya semangat untuk perang dari umat Islam adalah prinsip jihad dijalan Allah. Perang Salib telah membangkitkan semangat kesadaran bangsa Barat akan warisan budaya Yunani dan Romawi sehingga melahirkan untuk memperbudak bangsa lain. Oleh karena itu, dalam menghancurkan umat Islam perlu ada strategi baru yaitu meruntuhkan konsep-konsep dasar agama Islam yang tertanam kuat dalam jiwa umat muslim. Pengaruh globalisasi dan westernisasi merupakan salah satu faktor dalam mendukung tercapainya perang pemikiran di era modern seperti saat ini. Jika dipahami lebih mendalam globalisasi dan westernisasi memiliki prinsip-prinsip pandangan hidup orang Barat. Globalisasi dan westernisasi merupakan gerakan yang bersumber pada missionaris, orientalisme dan kolonialisme (Zarkasyi, 2009:14). Berikut penjelasan tentang missionaris,

3

orientalis dan kolonialis yang membentuk gerakan untuk menyerang umat muslim. 1. Missionaris Missionaris dilakukan oleh bangsa Barat ketika masuk ke negaranegara Islam. Dalam melakukan penyerangan terhadap umat muslim, bangsa Barat membawa misi agama, politik, ekonomi dan kebudayaan. Namun, tidak banyak yang melihat bahwa bangsa Barat telah membawa separangkat doktrin pemikiran yang berdasarkan pandangan hidup mereka (Zarkasyi, 2009:14). Jika melihat fakta sejarah bahwa gerakan kolonialisme selalu disertai dengan semangat missionaris seperti misi menyebarkan agama, mencari kekayaan dan mencari kekuasaan. Ketiga prinsip tersebut dilakukan untuk mempengaruhi pola pemikiran umat muslim. Proyek missionaris yang paling terlihat adalah penghancuran pemikiran umat Islam. Misi utama dari tokoh pendukung missionaris adalah bukan menghancurkan umat muslim, tetapi mengeluarkan orang muslim dari agamanya agar menjadi orang muslim yang tidak memiliki akhlak seperti pernyataan Samual Zwemmer yang dikutip oleh Ali Gharisah yang menyatakan bahwa: Misi utama kita sebagai orang Kristen bukan menghancurkan kaum Muslimin, namun mengeluarkan seorang Muslim dari Islam, agar jadi orang Muslim yang tidak berakhlak. Dengan begitu akan membuka pintu bagi kemenangan imperialis di negeri-negeri Islam. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam. Generasi Muslim yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi yang malas, dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsunya (Gharisah, 1989:41). Tujuan dari missionaris adalah menciptakan generasi baru yang jauh dari Islam sehingga akan terjadi kemenangan imperialis di negaranegara Islam. Selain itu, adanya jika missionaris telah berhasil menguasai negara-negara Islam yang terjadi adalah akan ada generasi muslim yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi yang malas dan hanya mengejar hawa nafsunya. Maka sampai saat ini gerakan kristenisasi

4

sebagai strategi dalam perang pemikiran masih berkembang untuk menghancurkan umat muslim (Gharisah, 1989:41). 2. Orientalisme Akar

gerakan

orientalisme

dapat

ditelusuri

dari

kegiatan

mengkoleksi dan menerjemahkan teks-teks dalam khazanah intelektual Islam dari bahasa Arab ke bahasa Latin sejak Abad Pertengahan di Eropa. Kegiatan ini umumnya dipelopori oleh para teolog Kristen. Penggalian informasi mengenai orang Timur (orient) termasuk didalamnya tentang agama Islam telah dilakukan oleh orang Barat dalam beberapa abad. Ada dua faktor yang melatarbelakangi pencarian informasi mengenai orang Timur dan agama Islam antara lain: a) Adanya motif keagamaan. Orang-orang Barat memandang agama Islam sebagai agama yang sejak awal menentang doktrin-doktrin Kristen (Zarkasyi, 2009:16). b) Adanya motif politik. Orang-orang Barat memandang agama Islam sebagai peradaban yang sangat berkembang dengan pesat sehingga mampu menguasai peradaban dunia. Barat sadar benar bahwa Islam bukan hanya sekadar istana-istana megah, bala tentara yang gagah berani atau bangunan-bangunan monumental, tapi peradaban yang memiliki khazanah dan tradisi ilmu pengetahuan yang tinggi (Zarkasyi, 2009:16). Selain dari itu, ciri-ciri kajian orientalis adalah parsial, artinya jika mereka mengkaji suatu bidang tertentu, mereka melewatkan bidang kajian yang lain (Zarkasyi, 2009:19). Orientalis ahli Fiqih melontarkan kritikan kritik yang tidak dikaitkan dengan Kalam misalnya, kritik dalm bidang filsafat tidak dikaitkan dengan aqidah, kritik dan kajian AlQur’an tanpa disertai ilmu tafsir, bahkan tidak aneh jika para orientalis mengkaji Al-Qur’an dengan metodologi Bibel, mengkaji politik Islam dalam perspektif politik Barat sekuler. Dan yang pasti disiplin ilmu pengetahuan dalam Islam itu tidak dikaji dengan pandangan hidup Islam, tapi dengan pandangan hidup bangsa Barat.

5

Oleh karena itu, orang-orang Barat berusaha merebut khazanahkhazanah untuk memajukan umatnya dan sekaligus untuk menaklukkan kaum muslim. Orientalisme merupakan suatu kajian ilmiah mengenai dunia Islam yang berdasarkan pada pengalaman orang-orang Barat yang berasal dari motivasi dan semangat missionaris. Namun, motivasi dan semangat tersebut ditutupi oleh intelektualisme dan dedikasi akademik (Zarkasyi, 2009:17). Selain itu, orientalisme yaitu ilmu yang mempelajari tentang ketimuran (Nasiwan & Wahyuni, 2016:12). Bangsa Barat dalam pandangan orientalisme menganggap bahwa bangsa Timur dianggap mundur dari peradaban dunia Barat. Tidak heran jika orientalis dianggap memiliki disiplin dan sikap ilmiah yang khas. Anggapan orientalis di masa kini ialah memiliki objektif dan ilmiah hanya benar dipermukaannya. Kajian akademis dan ilmiah terhadapnya membuktikan sebaliknya. Cara pandang mereka terhadap nabi, AlQur’an dan Islam sebagai agama masih tidak bisa lepas bebas dari pengaruh pendahulunya. Dan orientalis terdahulu itu diwarnai oleh pengalaman manusia Barat. Orientalisme telah menjadi suatu tradisi pengkajian yang penting di dunia Barat, maka ia berkembang dan melembaga menjadi program formal di perguruan tinggi, dalam bentuk departemen atau jurusan dari universitas-universitas di Barat (Zarkasyi, 2009:20). Dalam pengkajian Orientalis terdapat tiga poin yang dapat dipetik meliputi: a) Bahwa orientalisme itu lebih merupakan gambaran tentang pengalaman manusia Baratnketimbang tentang manusia Timur (orient). b) Bahwa orientalisme itu telah menghasilkan gambaran yang salah tentang kebudayaan Arab dan Islam. c) Bahwa meskipun kajian orientalis nampak objektif dan tanpa kepentingan, tetapi berfungsi untuk tujuan politik. 3. Kolonialisme

6

Kolonialisme tidak serta merta berarti penjajahan fisik yang dilakukan oleh bangsa Barat, tetapi pada era globalisasi kolonialisme merupakan sistem memonopoli perdagangan, penguasaan dalam sistem ekonomi politik dan liberasi perdagangan. Kolonialis memiliki kepentingan dalam menyebarkan budaya dan pemikiran Barat, sehingga akan mewujudkan pemikiran Islam yang sejalan dengan pemikiran dan dan kepercayaan Barat. Dengan demikian, tujuan utama dari kolonialis yaitu ekonomi dan politik di negara-negara Islam dapat berjalan dengan mulus. Perang pemikiran berasal dari kata ghazwul dan al-fikr. Ghazwul berarti peperangan, sedangkan

al-fikr

berarti

pemikiran. Perang pemikiran

merupakan upaya yang dilakukan oleh kaum yang membenci Islam untuk meracuni pikiran kaum muslim agar menjauhi agamanya sehingga umat muslim mulai membenci Islam. Ada beberapa kelompok manusia yang telah lama mengibarkan bendera perang pada umat muslim antara lain: 1. Orang-orang Yahudi dan Nasrani Orang-orang Yahudi dan Nasrani termasuk dalam kelompok pembenci Islam dan telah dijelaskan didalam Al-Qur’an “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka…” (QS. Al-Baqarah:120). 2. Orang-orang musyrik Orang-orang musyrik merupakan orang-orang yang menyetukukan Allah SWT. Orang-orang musyrik merupakan musuh tersebesar umat muslim, dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa “Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yan beriman, ialah orang-orang Yahudi dan orang musyrik…” (QS. Al-Maidah:82). 3. Orang-orang munafik Orang munafik ialah orang yang apabila berkata dia akan berdusta, apabila berjanji akan mengingkari dan apabila dipercaya dia akan berkhianat. Orang munafik merupakan musuh umat muslim sebab mereka akan menyuruh perbuatan yang mungkar dan mencegah untuk

7

berbuat makruf. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah Melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik” (QS. At-Taubah:67). Antara golongan orang Yahudi dan Nasrani, orang musyrik serta orang munafik ada suatu kerjasama untuk memusnahkan umat muslim. Mereka selalu berupaya untuk menciptakan strategi-strategi baru dalam menghadapi umat muslim.

B. Metode dalam Perang Pemikiran Ghazwul fikri merupakan bagian yang tak terpisahkan dari uslub qital (metode perang) yang bertujuan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya (Ridha, 1993:4). Perang pemikiran memang telah dipertimbangkan oleh kaum pembenci Islam sebab perang fisik memiliki bebarapa kekurangan, sedangkan perang pemikiran atau ghazwul fikri memiliki kelebihan antara lain: Aspek

Perang Fisik

Perang Pemikiran

Biaya untuk melakukan Biaya yang digunakan Biaya

perang

fisik

sangat dalam perang pemikiran

mahal Hanya Jangkauan

murah menjangkau

orang-orang

yang

mengikuti perang

Objek

Dampak

Jelas merasakan jika ada perang fisik

Seluruh masyarakat bisa tersentuh Tidak merasakan bila sudah

terpengaruh

perang pemikiran

Akan ada perlawanan Tidak ada perlawanan dari kaum muslim

sama sekali

8

Media yang digunakan

Senjata-senjata

Slogan,

teori-teori

maupun iklan

Perbandingan antara perang fisik dengan perang pemikiran tersebut telah menunjukan bahwa perang pemikiran atau ghazwul fikri memiliki keefektivan dari pada perang fisik. Perang fisik yang dilakukan oleh kaum kuffar dan munafiqin cenderung membutuhkan tenaga yang ekstra untuk menghadapi kaum muslim. Oleh karena itu, orang-orang yang membenci umat Islam mulai mengembangkan strategi baru untuk memecahkan umat muslim. Perang pemikiran inilah yang dirasa mampu untuk memecahkan kaum muslim karena hanya dengan slogan, teori-teori maupun iklan dapat dengan mudah menghasut umat muslim agar mulai menjahui agama Islam. Dalam mempermudah menyebarkan kebencian pada umat muslim, ghazwul fikri memiliki beberapa metode yang digunakan antara lain: 1. Tasykik, yakni gerakan yang berupaya menciptakan keraguan dan pendangkalan kaum Muslimin terhadap agamanya (Romli, 2000:17). Kaum kuffar dan munafiqin dalam menciptakan keraguan dan pendangkalan umat muslim dengan menciptakan tuduhan-tuduhan terhadap pedoman umat muslim yaitu Al-Qur’an dan hadist. Kaum pembenci Islam akan menyampaikan kebohongan-kebohongan tentang Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an adalah hasil ciptaan Nabi Muhammad SAW dengan bersumber pada kitab-kitab sebelumnya yaitu Taurat, Zabur dan Injil. Selain itu, kaum pembenci Islam mengkritisi isi dari Al-Qur’an bahwa ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an tidak rasional. Tasykik juga dapat disebut dengan gerakan yang melecehkan agama Islam seperti ajaran Syiah. 2. Tasywih, gerakan yang berupaya menghilangkan kebanggaan kaum Muslimin terhadap agamanya (Romli, 2000:17). Tasywih dilakukan dengan cara memberikan gambaran buruk terhadap agama Islam sehingga umat muslim akan memiliki rasa rendah diri. Bahkan dengan tasywih orang Islam bisa terputus dengan agamanya. Apabila seorang muslim sudah terhasut dengan program tasywih maka ia akan membenci

9

apa saja yang ada pada dirinya dan ia akan membanggakan miliki orang lain yang dapat berupa kebudayaannya, gaya hidup, agama maupun ideologi. 3. Tadzwib, yakni pelarutan budaya dan pemikiran (Romli, 2000:17). Kelompok pembenci Islam akan terus berupaya menciptakan budaya dan pemikiran menjadi tidak memiliki batasan-batasan. Metode tadzwib bertujuan agar kaum muslim tidak tahu seperti apa pemikiran dan budaya Islam dan mana yang bukan dari budaya dan pemikiran Islam. Adanya tadzwib akan menyulitkan umat muslim untuk memisahkan antara pemikiran dan budaya Islam dengan pemikiran dan budaya kufur. Dampak tadzwih akan mengakibatkan menyatunya pemikiran dan budaya Islam dengan pemikiran dan budaya yang kufur. Selain itu, akibat adanya proses penyatuan antara pemikiran dan budaya Islam denga pemikiran dan budaya kufur maka dapat menghilangkan pemikiran dan budaya Islam di kalangan kaum muslim. 4. Taghrib, yakni pembaratan dunia Islam, mendorong umat Islam agar menerima pemikiran dan budaya Barat (Romli, 2000:17). Kelompok pembenci Islam akan terus berupaya untuk menjerumuskan kaum muslim salah satunya dengan mengosongkan nilai-nilai Islam dari jiwa kaum muslim dan mengisinya dengan nilai-nilai yang ada diajaran mereka sehingga kaum muslim akan berperilaku menyimpang dari ni...


Similar Free PDFs