Hamlet, Tragedi di balik Kejayaan-Diskusi Peradaban Pondok Kaliopak PDF

Title Hamlet, Tragedi di balik Kejayaan-Diskusi Peradaban Pondok Kaliopak
Author Zahid Asmara
Pages 4
File Size 327 KB
File Type PDF
Total Downloads 267
Total Views 932

Summary

Hamlet: Tragedi Dibalik Kejayaan1 Dikisahkan berabad-abad lalu di suatu tempat nan jauh bernama Denmark, hiduplah seorang pangeran yang dirundung kesedihan. Sebab apa gerangan pangeran merasa sedih? Rupa-rupanya, si pangeran bernama Hamlet ini telah ditinggal pergi ayah tercintanya yang meninggal se...


Description

Hamlet: Tragedi Dibalik Kejayaan1 Dikisahkan berabad-abad lalu di suatu tempat nan jauh bernama Denmark, hiduplah seorang pangeran yang dirundung kesedihan. Sebab apa gerangan pangeran merasa sedih? Rupa-rupanya, si pangeran bernama Hamlet ini telah ditinggal pergi ayah tercintanya yang meninggal secara misterius. Tak cukup sampai di situ, kepedihannya semakin diperparah oleh pernikahan kembali Ibunda Hamlet dengan pamannya sendiri, Claudius. Usut-punya usut, kematian misterius ayah Hamlet mulai terkuak dari peristiwa pernikahan itu, dan kecurigaanpun timbul. Siapakah Claudius sebenarnya? Ada rahasia apakah di balik hubungan Gertrude dan Claudius? Hamlet memutar otaknya sedemikian rupa untuk terus mencari jawaban. -Hamlet 1599-1601 Dengan segala kerendahan hati, kisah ini kiranya telah menjadi pembahasan sejak berabad-abad silam sampai hari ini, baik oleh para sejarawan, seniman, sastrawan, filsuf, bahkan sampai pengamat Politik dan Kebudayaan. Kisah ini -dengan segala kontrofersi, kontradiksi, dan narasinya- setidaknya telah memuat nilai-nilai historis, filosofis gambaran kehidupan semasa karangan ini dituliskan (1599-1601). Kiranya bukan sebagai seorang sejarawan, sastrawan, atau sederet tokoh-tokoh berpengaruh yang telah disebutkan di atas, mini paper ini dibuat. Setidaknya sekedar membuka pertanyaan-perkenalan laiknya seorang baru bertemu. Setidaknya untuk mencuri sedikit pengetahuan, -untuk tidak menyebut mengkaji dan mempelajari secara mendalam, seperti apa sebenarnya kehidupan Hamlet atau Shakespeare itu sendiri? Bagaimana Shakespeare bertahan hidup? Dan apa tawaran Shakespeare, khususnya yang terkisahkan melalui Hamlet ataupun melalui kisah-kisah lainnya seperti The Marchan Of Venice, Romeo and Juliet, dll? Tiga pertanyaan tersebut kurang lebih sengaja dihadirkan mengingat pula kecendrungan Shakespeare mendasari semua karangannya melalui tiga pertanyaan inti tersebut. Dari pertayaan-pertanyaan seperti; what is live? How’s live? And how it work or what do we do with it inilah rupanya bisa dilihat bagaimana dan seperti apa dunia seluk beluk Shakespeare?2 Bagaimana kehidupannya secara nyata atupun tidak dituangkan dalam kisah tragedi, komedi, sejarah dan puisi yang sungguh secara langsung menjadi bidang keahliannya. Menjadi dunia di mana Shakespeare melihat abad 16-17, melihat Renaisans Eropa. Pada abad-abad tersebut, Eropa memang sedang kembali menggali kajayaan klasiknya terutama di bidang seni, sains, musik, dan arsitek. Tepat pada awal 1590-an pula, William 1

Mini paper ini sekedar bahan pembuka dalam diskusi peradaban pada kesempatan 7 April 2015 di Branda Pesantren Kaliopak. Sebagian besar sumber refrensi diambil dari wikipedia.org , dan beberapa sumber terkait melalui interview online di youtube.com 2

Tiga pertanyaan inti sekaligus menjadi ciri di setiap karangan Shakespare.

Shakepseare merespon abad Renaisans Eropa tersebut dengan mengokohkan dirinya sebagai seorang penulis sandiwara dan aktor di London. Meski saat itu gambaran dunia teater belumlah seperti dunia teater sekarang, namun Shakespeare barangkali telah menjadi sebuah nama yang dimitoskan dan digaungkan di seluruh dataran Britania Raya. Belum lagi kedekatan dan dukungan Ratu Elisabeth I, juga Raja James I yang sangat menyukai karya-karyanya3. Sungguh cerminan pangeran kecil dengan segala kejayaan dan kemurnian talentanya memang. Itulah ternyata kelebihan seorang penyair macam Shakepseare. Sekian banyak nama-nama raja telah dilupakan, namun tidak dengan Hamlet, Dandang Gulo, Al-barjanji. Karya-karya monumental tersebut sampai detik ini kiranya masih dikaji dan dipraktikkan di banyak tempat di dunia termasuk di depan beranda rumah pengetahuan, bentaran Kaliopak tentunya. “Apalah arti sebuah nama? Apa arti dari kejayaan?” -Hamlet 1599-1601 Namun laiknya seorang pangeran Hamlet, dibalik talenta brilian Shakespeare, tentu ada sesuatu yang menghantui, dibalik kejayaannya tentu tersembunyi sebuah “tragedi”. Sastrawan besar seperti Lucius Apuleius (Algeria), Luigi Da Porta (Italia), pun kiranya adalah hantu di belakang karya-karya besar Shakespeare, khususnya yang tertuang dalam Romeo and Juliet dan A Midsummer Night's Dream. Belum lagi peristiwa perpindahan Shakespeare dari Stratford ke London. Peristiwa inilah yang memaksa pemahaman bahasa Latin Shakespeare semakin terasah. Sebuah peristiwa di mana tidak hanya permasalahan kepindahan dan bahasa. Sebuah peristiwa di mana Semangat Renaisans Shakespeare untuk mempelajari dan mendalami berbagai pengetahuan dan kebudayaan dari penjuru dunia terbuka lebar. Khususnya Italia, Prancis, Asia Minor, dan Afrika Utara, Sepanyol dan khususnya dunia panggung (pagelaran) dan kepenulisan (sastra), saat itu menggunakan bahasa latin4. Sebuah bahasa yang mungkin dalam istilah sekarang merupakan bahasa pentransfer pengetahuan. Peristiwa itu kiranya tidak dengan tanpa alasan dijabarkan. Betapa tidak, London, sebagai cerminan Britania Raya kala itu, sedang dalam masa penentuan sikap sekaligus awal kejayaan. Baik secara ekonomi, kebudayaan, ataupun sistem kepemerintahan, bahkan nantinya sampai pada penggunaan bahasa5. Britaniya Raya di bawah kekuasaan Elisabet I, merupakan masa di mana Inggris, Prancis, Blanda mulai menentukan sikap dengan membentuk koloni sendiri di Amerika dan Asia.

3

Shakespare di beri kebebasan ruang ataupun waktu kreatif. Salah satunya bertujuan pula membentuk dasar dan pengembangan bahasa Inggris Anglo Saxon. 4

Sebelum digalakannya penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua franka, bahasda latin digunakan dalam bahasa pergaulan Internasional. 5

Mulai dirumuskannya sistem penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua franka.

Ide tersebut sebenarnya muncul jauh sebelum Elizabeth I berkuasa. Ide mengenai penjelajahan seberang lautan luar Eropa dan kepulauan Britania sudah dicetuskan saat Inggris dan Skotlandia masih merupakan suatu pemerintahan yang terpisah. Tepatnya saat Henry VII (ayah Elizabeth I) ingin mengikuti keberhasilan Spanyol dan Portugis melakukan penjelajahan seberang lautan. John Cabot adalah nama yang kemudian didapuk Henry VII untuk memimpin pelayaran, menemukan rute menuju Asia melalui Samudera Atlantik Utara. Cabot mulai berlayar pada tahun 1497; lima tahun setelah penemuan benua Amerika oleh Columbus. Meskipun pada akhirnya ia berhasil berlabuh di pantai Newfoundland -yang rombongan Cabot kira telah mencapai Asia- namun di sana Cabot pada akhirnya gagal mendirikan koloni. Tidak ada upaya lebih lanjut untuk mendirikan koloni Inggris di Amerika hingga memasuki masa pemerintahan Elizabeth I. Di bawah kepemerintahan Elizabeth I inilah kemudian Kerajaan Inggris memerintahkan navigator John Hawkins dan Francis Drake untuk menyerang kapal-kapal Spanyol dan Portugis yang melintas di lepas pantai Afrika Barat (problem pelumpuhan sistem perdagangan Atlantik). Selain alasan perdagangan tersebut, agaknya adanya gerakan Reformasi Protestan di Inggris telah membuat permusuhan sengit dengan Katolik Spanyol6. Upaya ini tidak berhasil dan kemudian, saat Perang Inggris-Spanyol terjadi, Elizabeth I kembali memerintahkan penyerangan terhadap pelabuhan Spanyol di Amerika dan kapal-kapal Spanyol yang melintasi Atlantik serta membajak kapal-kapal Spanyol yang sarat dengan harta dari Dunia Baru. Pada saat yang sama, penulis yang berpengaruh seperti Christopher Marlowe, Richard Hakluyt, John Dee dan William Shakespare sendiri mulai meletakkan gagasan dasar sekaligus menekan kerajaan agar segera memulai penjelajahan seberang lautan melalui karya-karya mereka 7. Tidak terlihat secara pasti dan jelas –sebab kurangnya refrensi penulis mungkin- memang, pengaruh atau sumbangsing besar dari para penulis dan penyair besar ini. Selain beberapa wilayah akademis seperti penerjemahan karya-karya klasik, –baik filsafat, sejarah dan lainnya- sistematika bahasa, dan pengaruh gaya panggung teater. Khususnya dalam hal pagelaran panggung (teater), dulunya merupakan pekerjaan yang tak terhormat dan otomatis tak mempunyai pristise. Namun, berkat para penulis dan penyair besar ini, 6

Tribunal del Santo Oficio de la Inquisición atau Inkuisisi Sepanyol adalah institusi pengadilan gereja yang didirikan oleh pasangan Monarki Katolik Raja Ferdinand II dan Ratu Isabella yang bertujuan untuk memelihara ortodoksi Katolik di Spanyol dan negara-negara koloninya. Salah satu tugas dan fungsinya adalah mengadili perkara-perkara “aliran sesat” pasca Reconquista. Termasuk dalam hal ini adalah lahirnya gerakan Reformasi Protestan di London, Inggris. 7

Pada saat yang bersamaan, Spanyol telah menguasai Amerika, Portugis telah mendirikan pos perdagangan dan benteng di pantai Afrika, Brazil dan Cina, sedangkan Perancis sudah mencapai Sungai Saint Lawrence dan kemudian mendirikan koloni Perancis Baru.

kesenian dan lebih luasnya kebudayaan Inggris mulai menampakkan “siungnya. Khususnya lagi dalam sistematika bahasa, William Shakespare cukup membuat rumusan yang menarik dalam hal pengucapan bahasa (fonemologi). Sedikitnya sekitar 1700 kata baru sekaligus pengucapan dalam bahasa inggris diciptakan baik dalam naskah-karangannya ataupun dalam pengucapan pementasan drama teaternya8. Sebuah peristiwa kejayaan atau tragedikah? Blest be the man who cast these stones, and cursed be he that moves my bones. Demikian kiranya mini paper ini dibuat sesuai tujuan awal. Sederhananya sekedar mencoba membuka diskusi peradaban pada kesempatan kali ini. Yang perlu digaris bawahi barangkali, dalam mini paper ini, tiga poin atau hal penting yang ingin dibicarakan. Pertama, terkait pada unsur-unsur primer si tokoh itu sendiri seperti biografi atau latar kehidupannya, karya-karyanya, metode dan atau ciri khas si tokoh di setiap karyanya. Kedua, terkait dan menimbang pada unsur-unsur sekunder atau konteks peristiwa yang cukup berpengaruh mendalam pada kehidupan si tokoh itu sendiri. Seperti halnya peran dan posisi si tokoh di lingkungan terbesarnya (kepenulisan, kepenyairan, dan kepemerintahan), dan serta pengaruhnya yang sampai sekarang masih dipandang relefan dan faktual. Banyak nama yang muncul, banyak peran yang dimainkan, banyak korelasi juga kepentingan pula tentunya yang muncul. Namun, sejauh dan sedalam apakah kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa kita lihat? Apalah arti sebuah nama? Apalah arti sebuah kejayaan? Akhir kata, Matursuwun.

8

Sumber http://id.wikipedia.org/wiki/William_Shakespeare, 1700 kata telah diciptakan dan diucapkan berbeda oleh Shakespeare yang saat ini masih digunakan, seperti: " gloomy" (sedih), " lonely" (sendirian), " dawn" (senja), serta "stayed" (dieja „steid’=satu suku kata, bukan „'stei-ed'=dua suku kata), "knight" (baca: 'k-ni-gh-t' 4 suku kata) dst....


Similar Free PDFs