Hasil Praktikum Pengukuran Fisiologi (2015) PDF

Title Hasil Praktikum Pengukuran Fisiologi (2015)
Author D. Azhari Yassinthya
Pages 41
File Size 726.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 107
Total Views 528

Summary

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI LAPORAN diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengukuran Fisiologis dalam Pendidikan Khusus Dosen: dr. Setyo Wahyu Wibowo, M.Kes dr. Euis Heryati, M.Kes oleh: Dwi Azhari Yassinthya 1401358 Tita Kholiah 1401697 DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ...


Description

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI LAPORAN diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengukuran Fisiologis dalam Pendidikan Khusus

Dosen: dr. Setyo Wahyu Wibowo, M.Kes dr. Euis Heryati, M.Kes

oleh: Dwi Azhari Yassinthya

1401358

Tita Kholiah

1401697

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 1

LAPORAN PRAKTIKUM 1 SISTEM PENGLIHATAN Judul Percobaan : Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan Nama PP

: 1. Tita Kholiah 2. Dwi Azhari Yassinthya

Nama OP

: 1. Dwi Azhari Yassinthya 2. Tita Kholiah

a. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui ketajaman penglihatan pada mata OP. b. Dasar Teori Visus adalah ketajaman penglihatan atau kemampuan untuk melihat suatu objek pada jarak tertentu bila dibandingkan dengan penglihatan normal. Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu cincin Landolt, atau pun kartu uji E. Optotype Snellen terdiri atas sederetan huruf dengan ukuran berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar. Huruf yang teratas adalah yang besar, semakin ke bawah ukuran hurufnya semakin kecil. Tajam penglihatan dinyatakan dalam pecahan, dapat ditulis dengan rumus: V= d

V = Visus d = Jarak antara optotype dengan mata yang diperiksa

D

D = Jarak sejauh mana huruf-huruf masih dapat dibaca oleh Mata

Pada orang normal dapat membaca 20/20, artinya orang tersebut mampu membaca huruf sama halnya dengan orang normal, yakni 20 kaki atau 6m. Selain itu, penglihatan normal pun mampu membaca 20/10, 20/15, 20/20, dan 20/25. Untuk penglihatan hampir normal dapat membaca 20/30, 15/25, 20/40,

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 2

20/50, 20/60, dan 20/70. Sedangkan orang yang mampu membaca 20/80, 20/100, dan 20/125, memiliki penglihatan low vision sedang. Low vision berat mampu membaca 20/200, 20/300, dan 20/400. c. Alat yang Digunakan Alat yang digunakan dalam percobaan ini ialah: 1. Optotype Snellen (dari Snellen Chart) d. Langkah Percobaan Langkah yang dilakukan dalam percobaan ini adalah: 1. Snellen Chart diletakkan dengan jarak 6 meter dari OP. 2. Untuk memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri OP ditutup. 3. Oleh PP ditunjukkan optotype satu per satu, mulai dari optotype yang besar hingga optotype yang kecil, yang masih dapat dibaca oleh OP. 4. Catat sampai baris mana OP mampu membaca optotype. Apabila OP tidak mampu membaca atau membaca salah sebagian besar huruf pada suatu baris, maka yang dicatat ialah angka pada baris diatasnya. 5. Setelah visus mata kanan didapat, selanjutnya periksa visus mata kiri dengan menutup mata kanan. Langkah berikutnya sama seperti memeriksa visus mata kanan.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 3

e. Hasil Hasil yang didapatkan setelah melakukan percobaan ini adalah sebagai berikut: No.

OP

1. 2.

Hasil Pemeriksaan Mata Kanan

Mata Kiri

OP 1

20/80

20/80

OP 2

20/80

20/80

Mata kanan dan mata kiri dari OP 1 memiliki penglihatan low vision sedang, yaitu 20/80. Hal ini dikarenakan OP 1 membaca salah 3 dari 4 optotype pada baris dengan angka 30 feet. Begitu pula dengan mata kanan dan mata kiri OP 2 memiliki penglihatan low vision sedang, yaitu 20/80. Hal ini dikarenakan OP 2 tidak dapat membaca optotype pada baris dengan angka 30 feet. f. Kesimpulan Melihat hasil percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa kedua mata dari OP 1 maupun OP 2, memiliki penglihatan low vision sedang , yaitu 20/80.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 4

LAPORAN PRAKTIKUM 2 Judul Percobaan : Pemeriksaan Lantang Pandang Nama PP

: 1. Tita Kholiah 2. Dwi Azhari Yassinthya

Nama OP

: 1. Dwi Azhari Yassinthya 2. Tita Kholiah

a. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui luas penglihatan ketika mata fokus pada satu titik tanpa adanya pergerakan bola mata. b. Dasar Teori Lantang pandang adalah kemampuan atau luas penglihatan seseorang untuk melihat ke arah lateral (atas, bawah, dan samping) dengan mata yang tidak bergerak atau fokus pada satu titik. Lapangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak sama ke semua arah. Seseorang dapat melihat ke lateral sampai sudut 90-100 derajat dari titik fiksasi, ke medial 60 derajat, ke atas 50-60 derajat dan ke bawah 60-75 derajat. Ada tiga metode standar dalam pemeriksaan lapang pandang yaitu dengan metode konfrontasi, perimeter, dan kampimeter atau tangent screen. c. Alat yang Digunakan Alat yang digunakan dalam percobaan ini ialah: 1.

Kampimeter

2.

Benda penguji atau alat penunjuk layar dengan bundaran kecil berwarna merah dan kuning.

d. Langkah Percobaan Langkah yang dilakukan dalam percobaan ini adalah: 1.

Mata OP disejajarkan dengan dengan titik pusat campimeter.

2.

Jarak antara OP dengan campimeter sejauh 1 atau 2 meter.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 5

3.

OP menutup sebelah matanya dan mata yang terbuka fokus menatap ke layar campimeter.

4.

PP menggerakkan bandul dari titik pusat ke arah samping luar (lateral), samping dalam (medial), atas (superior) dan bawah (inferior).

5.

OP mengatakan “cukup” jika sudah tidak bisa lagi melihat bandul.

6.

PP mencatat hasilnya di lembar tes.

e. Hasil Hasil yang didapatkan setelah melakukan percobaan ini adalah: 1. OP 1 Mata Kanan

Mata Kiri

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 6

a. Mata Kanan No

Warna Benda Penguji

1 2

Merah Kuning

Daerah Lantang Pandang Superior Inferior Lateral Medial 70ᵒ 75ᵒ 75ᵒ 70ᵒ 70ᵒ 80ᵒ 75ᵒ 75ᵒ

b. Mata Kiri No

Warna Benda Penguji

1 2

Merah Kuning

Daerah Lantang Pandang Superior Inferior Lateral Medial 80ᵒ 75ᵒ 75ᵒ 70ᵒ 80ᵒ 80ᵒ 75ᵒ 70ᵒ

2. OP 2 Mata Kanan

Mata Kiri

a. Mata Kanan No

Warna Benda Penguji

1 2

Merah Kuning

Daerah Lantang Pandang Superior Inferior Lateral Medial 70ᵒ 65ᵒ 75ᵒ 65ᵒ 80ᵒ 75ᵒ 75ᵒ 75ᵒ

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 7

b. Mata Kiri No

Warna Benda Penguji

1 Merah 2 Kuning

Daerah Lantang Pandang Superfisial Inferior Lateral Medial 70ᵒ 70ᵒ 75ᵒ 65ᵒ 75ᵒ 75ᵒ 80ᵒ 70ᵒ

f. Kesimpulan Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa kedua mata OP 1 dan OP 2 memiliki lantang pandang yang normal.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 8

LAPORAN PRAKTIKUM 3 SISTEM PENGLIHATAN Judul Percobaan : Tes Buta Warna Nama PP

: 1. Tita Kholiah 2. Dwi Azhari Yassinthya

Nama OP

: 1. Dwi Azhari Yassinthya 2. Tita Kholiah

a. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah OP mengalami buta warna atau tidak. b. Dasar Teori Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan selsel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu yang disebabkan oleh faktor genetis. Dalam Kalat (2010) pada kasus buta warna yang paling umum, individu mengalami kesulitan untuk membedakan warna merah dan hijau. Sekitar 8% pria adalah penderita buta warna merah hijau, sementara penderita wanita hanya 1% (Bownmaker, 1998). Tipe buta warna ada 3 (Widyastuti, M. et all, 2004), yaitu: 1.

Buta warna total atau Monokromat (Monochromacy) Sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum. Kondisi ini ditandai dengan retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Hanya warna hitam dan putih yang mampu diterima retina.

2.

Buta warna parsial atau Dikromat (Dichromacy) Yaitu keadaan ketika satu dari tigal sel kerucut tidak ada. Ada 3 klasifikasi turununan, yakni: a.

Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 9

b.

Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau.

c. 3.

Trinopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.

Anomaly trikromat (anomalous trichromacy) Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensifitas warna satu atau lebih sel kerucut pada retina. Ada 3 klasifikasi turunan pada trikromasi, yaitu: a. Protonomali, lemah mengenal warna merah. b. Deuteromali, warna hijau sulit dikenal. c. Trinomali, warna biru sulit dikenal. Metode untuk tes buta warna yang dipakai adalah metode yang ditemukan

oleh Dr. Shinobu Ishihara, yaitu metode Ishihara. Berupa lingkaran berwarna yang beberapa diantaranya dirancang agar ada angka tertentu. Subjek diminta merespon dari masing-masing gambar yang diberikan oleh pemeriksa (Widianingsih, R. et al., 2010). c. Alat yang Digunakan Alat yang digunakan dalam percobaan ini ialah: 1.

Buku Ishihara

d. Langkah Percobaan Langkah yang dilakukan dalam percobaan ini adalah: 1.

PP meletakkan buku ishihara pada tempat yang cukup terang dengan jarak mata OP dengan buku tersebut 0,5 sampai dengan 1 m.

2.

PP meminta OP untuk menyebutkan angka yang tertera pada buku Ishihara.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 10

e. Hasil Hasil yang didapatkan setelah melakukan percobaan ini adalah OP 1 dan OP 2 mampu menyebutkan angka-angka dan gambar dalam buku tersebut. Berikut adalah angka-angka serta gambar yang dimaksud: No.

Orang Normal

OP 1

OP 2

1.

12

12

12

2.

8

8

8

3.

5

5

5

4.

29

29

29

5.

74

74

74

6.

7

7

7

7.

45

45

45

8.

2

2

2

9.

X

X

X

10.

16

16

16

11.

Traccable

Traccable

Traccable

12.

35

35

35

13.

96

96

96

14.

Can trace two lines

Can trace two lines

Can trace two lines

f. Kesimpulan Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa baik mata OP 1 atau OP 2 tidak mengalami buta warna.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 11

LAPORAN PRAKTIKUM 4 SISTEM PENGLIHATAN Judul Percobaan : Cover Uncover Test Nama PP

: 1. Tita Kholiah 2. Dwi Azhari Yassinthya

Nama OP

: 1. Dwi Azhari Yassinthya 2. Tita Kholiah

a. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah ada kelainan pada gerak bola mata OP. b. Dasar Teori Gerak bola mata yang normal ialah gerak terkonjugasi, yaitu gerak bola mata kiri dan mata kanan selalu bersama- sama. Otot – otot penggerak bola mata secara normal ada dalam keseimbangan, atau yang disebut orloforlia. Perhatikan bagaimana posisi bola mata dalam keadaan istirahat. Bila salah satu otot mata lumpuh, hal ini mengakibatkan kontraksi atau tarikan yang berlebihan dari otot antagonisnya, dan menyebabkan strabismus (juling,jereng). c. Alat yang Digunakan Alat yang digunakan dalam percobaan ini ialah: 1.

Manual tes, berupa cover uncover test.

d. Langkah Percobaan Langkah yang dilakukan dalam percobaan ini adalah: 1.

Untuk memeriksa gerakan bola mata, OP disuruh mengikuti jari pemeriksa ke berbagai arah. Perhatikan apakah mata OP mampu mengikutinya, dan perhatikan bagaimana gerakan bola mata tersebut, apakah lancar dan mulus atau kaku.

2.

OP menutup salah satu matanya dengan telapak tangan.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 12

3.

Diamkan selama 10 detik.

4.

Setelah itu OP membuka telapak tangannya.

5.

Perhatikan bola mata OP, jika mata yang tertutup tadi bergerak tidak normal atau bergerak ketika penutup matanya dibuka, maka OP mengalami kejulingan.

6.

Ulangi percobaan dengan mata sebelahnya.

e. Hasil Hasil yang didapatkan setelah melakukan percobaan ini adalah: OP 1 dan OP 2 mampu mengikuti gerakan jari dengan lancar dan mulus, serta saat kedua mata OP dibuka, tidak ada pergerakan bola mata yang tidak normal. f. Kesimpulan Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa OP 1 dan OP 2 tidak memiliki kelainan pada gerak bola matanya.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 13

LAPORAN PRAKTIKUM 5 SISTEM PENGLIHATAN Judul Percobaan : Tes Refleks Pupil Nama PP

: 1. Tita Kholiah 2. Dwi Azhari Yassinthya

Nama OP

: 1. Dwi Azhari Yassinthya 2. Tita Kholiah

a. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya refleks pupil terhadap cahaya serta untuk mengetahui reaksi pupil terhadap cahaya tersebut. b. Dasar Teori Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris, dibelakang iris terdapat lensa. Pupil dapat mengecil pada akomodasi dan konversi. Akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk mencembung akibat kontraksi otot siliaris. Otot siliaris atau otot polos dapat merenggang dan mengendorkan selaput yang menggantungkan lensa. Akomodasi dapat menyebabkan daya pembiasan lensa bertambah kuat. Selain akomodasi, terjadi konvensi sumbu penglihatan dan kontraksi pupil bila seseorang meilhat benda yang dekat. Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengontrol diameter pupil, sebagai tanggapan terhadap intensitas cahaya yang jatuh pada retina mata. Intensitas cahaya yang lebih besar menyebabkan pupil menjadi lebih kecil untuk mengurangi cahaya yang masuk, sedangkan intensitas cahaya yang lebih rendah menyebabkan pupil menjadi lebih besar agar banyak cahaya yang masuk. Jadi, refleks cahaya pupil mengatur intensitas cahaya yang memasuki mata. c. Alat yang Digunakan

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 14

Alat yang digunakan dalam percobaan ini ialah: 1.

Lampu senter.

d. Langkah Percobaan Langkah yang dilakukan dalam percobaan ini adalah: 1.

PP mengarahkan lampu senter ke mata OP secara bergantian pada mata kanan dan mata kiri OP.

2.

PP mengamati reaksi pada mata OP

e. Hasil Hasil yang didapatkan setelah melakukan percobaan ini adalah saat lampu senter disorotkan secara bergantian pada mata kanan dan mata kiri, pupil kedua mata OP 1 dan OP 2 mengecil. Saat lampu senter dimatikan, pupil kedua mata OP tampak membesar.

f. Kesimpulan Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan pupil mata kedua OP dalam keadaan normal karena terdapat refleks pada cahaya, dan reaksi pupil dalam menanggapi intensitas cahaya tersebut normal dengan membesar dan mengecilnya pupil mata kedua OP.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 15

LAPORAN PRAKTIKUM 6 SISTEM PENGLIHATAN Judul Percobaan : Tes Refleks Kornea Nama PP

: 1. Tita Kholiah 2. Dwi Azhari Yassinthya

Nama OP

: 1. Dwi Azhari Yassinthya 2. Tita Kholiah

a. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya refleks pada kornea. b. Dasar Teori Kornea adalah bagian depan mata yang tembus pandang yang menutupi iris dan pupil. Bila kornea disentuh maka kelopak mata akan menutup secara refleks. Kornea tidak memiliki pembuluh darah. Refleks kornea, juga dikenal sebagai refleks berkedip, adalah tanpa sadar kelopak mata berkedip dari yang diperoleh oleh stimulasi (seperti menyentuh atau benda asing) dari kornea, atau cahaya terang, meskipun bisa akibat dari rangsangan perifer. c. Alat yang Digunakan Alat yang digunakan dalam percobaan ini ialah: 1.

Kapas

d. Langkah Percobaan Langkah yang dilakukan dalam percobaan ini adalah: 1.

PP menggulung kapas menjadi bentuk silinder halus.

2.

OP menggerakkan bola mata ke lateral, yaitu melihat ke salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala.

3.

PP menyentuh dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 16

4.

Perhatikan apakah OP akan merespon berupa kedipan mata secara cepat atau tidak.

e. Hasil Hasil yang didapatkan setelah melakukan percobaan ini adalah mata kedua OP memberikan respon berupa kedipan mata secara cepat saat kapas disentuhkan ke mata OP. f. Kesimpulan Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa mata kedua OP dikategorikan normal, karena adanya refleks kormea atau refleks berkedip.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 17

LAPORAN PRAKTIKUM 7 SISTEM PENDENGARAN Judul Percobaan : Tes Rinne Nama PP

: 1. Tita Kholiah 2. Dwi Azhari Yassinthya

Nama OP

: 1. Dwi Azhari Yassinthya 2. Tita Kholiah

a. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang (BC) dengan hantaran udara (AC) pada telingan OP. b. Dasar Teori Tes rinne merupakan tes untuk membandingkan hantaran tulang (BC) dan hantaran udara (AC) pada telinga yang diperiksa. Hasil ter rinne dan iterpretasinya: 1. Positif (+) bila masih mendengar. 2. Negatif (-) bila sudah tidak dapat mendengar. + (AC > BC) normal + (AC = BC) tuli sensorineural - (AC < BC) tuli konduktif c. Alat yang Digunakan Alat yang digunakan dalam percobaan ini ialah garpu tala.

d. Langkah Percobaan Langkah yang dilakukan dalam percobaan ini adalah: 1. Pastikan pengetesan dilakukan di ruangan yang sunyi.

HASIL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOLOGI (2015, Dwi Azhari Yassinthya – Tita Kholiah) 18

2. Getarkan garpu tala. 3. Letakkan ujung garpu tala di tulang mastoid (dibelakang daun telinga). 4. Jika OP sudah tidak mendengar suara garpu tala tadi, pindahkan garpu tala ke depan daun telinga dengan jarak 2 atau 3 cm dari depan daun telinga. 5. Lakukan cara tersebut untuk kedua telinga.

e. Hasil Hasil yang didapatkan setelah melakukan percobaan ini adalah: OP 1 : Dwi Azhari Yassinthya Telinga

Percobaan 1

Percobaan 2

Percobaan 3

Kanan

+ AC > BC

+ AC > BC

+ AC > BC

Kiri

+ AC > BC

+ AC > BC

+ AC > BC

Hasil

Mendengar

OP 2 : Tita Kholiah Telinga

Percobaan 1

Percobaan 2

Percobaan 3

Kanan

+ AC > BC

+ AC > BC

+ AC > BC

Kiri

+ AC > BC

+ AC > BC

+ AC > BC

Ha...


Similar Free PDFs