Title | Identifikasi Anak dengan Gangguan Spektrum Autistik.pdf |
---|---|
Author | Hamidah Muniroh |
Pages | 42 |
File Size | 393.7 KB |
File Type | |
Total Downloads | 95 |
Total Views | 117 |
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik Departemen PENDIDIKAN KHUSUS Fakultas ilmu pendidikan Universitas pendidikan indonesia 2015 Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS kATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke h...
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
Departemen PENDIDIKAN KHUSUS Fakultas ilmu pendidikan Universitas pendidikan indonesia 2015 Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
kATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena berkat rahmat dan karuniaNya buku ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Buku berjudul IDENTIFIKASI ANAK DENGAN GANGGUAN SPEKTRUM AUTISTIK ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Anak dengan Gangguan Spektrum Autistik semester genap yang diampu oleh Dra. Oom Siti Homdijah, M.Pd. Buku ini berisi prosedur melakukan asesmen terhadap anak yang terindikasi menyandang ASD, berikut pelaksanaannya mulai dari tahap identifikasi, tahap asesmen, dan bagaimana melakukan penilaian serta interpretasi dari hasil inventori guru, wawancara guru, dan rating scale yang disusun asesor. Buku ini dibuat salah satunya untuk mengenalkan konsep asesmen anak ASD pada masyarakat luas, agar lebih bijak mengambil tindakan sebelum menjudge anak yang dianggap bermasalah secara psikologi dan akademik. Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dalam penyusunan buku ini, baik dalam bentuk materil maupun moril yang tidak mampu disebutkan satu persatu. Terima kasih banyak, semoga Allah Swt., memberikan ganjaran dengan kebaikan yang berlipat ganda. Aamiin. Penulis berharap semoga buku ini dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca, dan umumnya bagi era baru dunia pendidikan. Terdapatnya kesalahan dalam tulisan ini ialah hal yang wajar sebagai konsekuensi logis dari proses pembelajaran. Karena itu penulis sangat terbuka untuk menerima kritik yang membangun.
Bandung, Mei 2015
Penyusun
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
i
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR — i DAFTAR ISI — ii LATAR BELAKANG — v
1.
AUTISM SPECTRUM DISORDER DAN PROSEDUR IDENTIFIKASINYA Autism Spectrum Disorder — 1 Karakteristik — 2
Diagnostic Statistical Manual — 3 Klasifikasi — 4 Prosedur Identifikasi — 6
2.
HASIL IDENTIFIKASI DAN ANALISIS Identitas Anak — 9 Inventori — 10 Wawancara Guru — 15 Wawancara Orang Tua — 17 Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif — 21
3.
PENUTUP Kesimpulan — 25
DAFTAR PUSTAKA — 26 LAMPIRAN — 27
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
ii
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
DAFTAR gambar
Gambar 1.1. Prosedur Identifikasi — 6 Gambar 3.1. Hasil Inventori Guru ZEY — 21 Gambar 3.2. Hasil Inventori Guru AIY — 22
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
iii
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
DAFTAR tabel
Tabel 2.1. Hasil Inventori Guru ZEY — 10 Tabel 2.2. Hasil Inventori Guru AIY — 12
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
iv
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
Latar belakang Setiap orang berhak memeroleh pendidikan, hambatan apapun yang melatarbelakanginya. Pendidikan ramah anak adalah pendidikan yang mampu diakses oleh setiap anak tanpa terkecuali, dengan berfokus pada potensi yang mereka miliki, bukan pada hambatan mereka. Anak yang mempunyai hambatan perkembangan atau child with
developmental impairment sangat memerlukan perhatian dan waktu yang penuh dalam layanan pendidikannya. Sebagaimana yang terjadi pada anak dengan spekstrum autistik atau Autism spectrum Disorder (ASD) meliputi anak yang mempunyai hambatan interaksi, komunikasi, dan perilaku. Kompleks masalah yang dialami anak ASD tidak hanya mengakibakan hambatan dalam belajar namun juga dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Meskipun demikian, tidak berarti anak ASD tidak mempunyai potensi yang bisa dikembangkan. Sekitar 20% dari populasi ASD memiliki taraf kecerdasan ratarata sampai di atas rata-rata. Upaya
pendidikan
yang
dirancang
secara
khusus
membutuhkan
keterlibatan berbagai ahli sesuai tingkat hambatan dan kebutuhan yang dialami anak. Di sinilah pentingnya kerja sama dan koordinasi berbagai pihak terkait dalam upaya penanganan anak dan menjalankan peranannya sebagai tim penanganan yang komprehensif. Salah satu pihak terkait yang dimaksud adalah tenaga pendidik. Dalam ranah pendidikan, tahap pertama dalam penanganan anak autis adalah melakukan asesmen untuk mengetahui tingkat hambatan dan kemampuan anak sebagai dasar pertimbangan dan pengembangan program pembelajaran. Atas dasar itulah kami melaksanakan dan membuat buku observasi ini, sebagai wujud nyata peranan pendidik dalam upaya penanganan anak ASD.
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
v
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
1 Autism spectrum disorder (ASD) dan prosedur identifikasinya
Autism Spectrum Disorder Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang berhubungan dengan komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gelaja tampak pada usia sebelum 3 tahun. Autis juga merupakan suatu konsekuensi dalam kehidupan mental dari kesulitan perkembangan otak yang kompleks yang mempengaruhi
banyak
fungsi-fungsi
persepsi,
imajinasi
dan
perasaan
(Trevarthen, dkk, 1998). Autis muncul pada tahun 1943 oleh Leo Kanner (Trevarthen, 1998). Karakteristik di bawah ini tampak sebelum usia 30 bulan atau 2,5 tahun, yaitu: 1.
Tidak mampu untuk membangun hubungan sosial
2.
Gagal menggunakkan bahasa secara normal dengan maksud komunikasi
3.
Terobsesi untuk memelihara kesamaan
4.
Ketertarikan yang sangat kuat untuk satu benda
5.
Potensialitas kognitif bagus Autistik adalah suatu keadaan dimana sorang anak berbuat semaunya
sendiri baik secara berpikir maupun berprilaku. Keadaan ini mulai terjadi sejak usia masih muda, biasanya sekitar usia 2 – 3 tahun. Autistik ditandai oleh ciriciri utama, antara lain: 1.
Tidak peduli dengan lingkungan sosialnya.
2.
Tidak bereaksi normal dalam pergaulan sosialnya.
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
1
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS 3.
Perkembangan bicara dan bahasa tidak normal (penyakit kelainan mental pada anak= autistic-children).
4.
Reaksi/pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang dan tidak padan. Autistik bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan
gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan social, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar, sehingga anak autism seperti hidup dalam dunianya sendiri. Autistik tidak termasuk golongan penyakit tetapi suatu kumpulan gejala kelainan perilaku dan kemajuan perkembangan. Dengan kata lain, pada anak autism terjadi kelainan emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasif).
Karakteristik Karakteristik anak autis secara nyata mempunyai kesulitan untuk belajar berkomunikasi secara verbal dan nonverbal. Banyak juga di antara mereka suka menyakiti dirinya sendiri dan berperilaku sangat ekstrim misalnya suka melakukan kegiatan gerak yang sama selama berjam-jam setiap waktu atau stereotype (Alloy, L.B 2005: 93). Karakteristik lainya dari segi intelegensi autism rendah, IQnya yang rendah (60% penderita autism memiliki IQ dibawah 50). Namun demikian, 20% dari anak autism masih mempunyai IQ > 70. Kemampuan khusus seperti membaca, berhitung, menggambar, melihat penanggalan, atau mengingat jalanan yang banyak lika-likunya kurang. Anak autism berarti anak yang kurang bias bergaul atau kurang bias mengimbangi anak sebayanya. Tetapi tidak sampai seperti anak down syndrome yang idiot, atau anak yang gerakan otaknya kaku, pada anak dengan kelainan jaringan otak.
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
2
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
Diagnostic Statistical Manual (DSM IV) DSM IV yang dikembangkan oleh American Psychiatric Association (APA, 1994) adalah sebagai berikut : 1. Gangguan kualitatif dalam interaksi social yang ditunjukkan oleh paling sedikit dua di antara yang berikut ini: a. Ciri gangguan yang jelas dalam penggunaan berbagai perilaku nonverbal (bukan lisan) seperti kontak mata, ekspresi wajah, gesture, dan gerak isyarat untuk melakukan interaksi sosial. b. Ketidakmampuan mengembangkan hubungan pertemanan sebaya yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. c. Ketidakmampuan turut merasakan kegembiraan orang lain. d. Kekurangmampuan dalam berhubungan emosional secara timbal balik dengan orang lain. 2. Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi yang ditunjukkan oleh paling sedikit salah satu di antara yang berikut ini: a. Keterlambatan atau kekurangan secara menyeluruh dalam berbahasa lisan (tidak disertai usaha untuk mengimbanginya dengan penggunaan gestur atau mimic muka sebagai cara alternatif dalam berkomunikasi). b. Ciri gangguan yang jelas pada kemampuan untuk memulai atau melanjutkan pembicaraan dengan orang lain meskipun dalam percakapan sederhana. c. Penggunaan bahasa yang repetitif (diulang-ulang) atau stereotip (meniruniru) atau bersifat idiosinktratik (aneh) d. Kurang beragamnya spontanitas dalam permainan pura-pura atau meniru orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. 3. Pola minat perilaku yang terbatas, repetitif, dan stereotip seperti yang ditunjukkan oleh paling tidak satu dari yang berikut ini:
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
3
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS a. Meliputi keasyikan dengan satu atau lebih pola minat yang terbatas atau stereotip yang bersifat abnormal baik dalam intensitas maupun fokus. b.
Kepatuhan yang tampaknya didorong oleh rutinitas atau ritual spesifik (kebiasaan tertentu) yang nonfungsional (tidak berhubungan dengan fungsi).
c.
Perilaku gerakan stereotip dan repetitive (seperti terus menerus membukatutup genggaman, memuntir jari atau tangan atau menggerakan tubuh dengan cara kompleks.
d.
Keasyikan yang terus-menerus terhadap bagian-bagian dari sebuah benda.
Klasifikasi Dodd (2005) menuliskan derajat hambatan pada anak autis yang dibedakan dalam kelompok: asperger syndrome, rett syndrome, child
disintegratif disorders, pervasive developmental disorders – not other wise (PDDNOS).
Asperger Syndrome Asperger syndrome oleh para praktisi sering disebut sebagai anak autis
yang high functioning. Mereka memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak pada umumnya. Asperger (Dianne Zager, 2005) menggambarkan bahwa asperger syndrome merupakan hambatan qualitatif dalam hubungan sosial yang timbal balik, dimanifestasikan dengan hubungan yang tidak luwes, sensitivitas, kesadaran yang memadai tentang keunikan sudut pandang, perasaan dan sikap terhadap orang lain. Asperger Syndrome gagal untuk mengapresiasi makna isyarat non-verbal, tujuan sosial, kedalaman dan rentang status perasaan dan bahwa komentar dan prilaku memiliki dampak emosional terhadap orang lain. (Klin, Schultz, Rubin, Bronen & Volkmar, 2001; Shamay-Tsoory, Tomer, Yaniv &Aharon Perezt, 2002 dalam Dianne Zager, 2005).
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
4
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS Asperger syndrome tidak memiliki hambatan berarti dalam bahasa dan perkembangan kognitif mereka mereka juga tidak mengalami keterlambatan. Dengan intervensi yang tepat dalam berkomunikasi dan berinteraksi serta intervensi perilaku secara dini, mereka dapat berkembang optimal dan bisa mencapai tingkat akademik yang tinggi.
Rett Syndrome Rett Syndrome mulai ditemukan oleh seorang dokter dari Austria yang
bernama Andreas Rett. Tahun 1966 Rett melaporkan bahwa ada 22 orang anak perempuan dengan sindrom yang terdiri dari: gerakan tangan yang stereotip, demensia, perilaku autistik, ataksia, pertumbuhan terhenti. Rett Syndrome memiliki karakteristik pola kognitif dan stagnasi secara fungsional berikut kemunduran pertumbuhan dan perkembangan otak. Rett Syndrome kebanyakan (sebanyak 80%) dialami oleh anak-anak perempuan. (Richard Van Acker, Jennifer A. Loncola, Eryn Y. Van Acker dalam Fred R. Volkmar, Rhea Paul, Amy Klin, Donald Cohen, 2005).
Child Disintegrative Disorder Child Disintegrative Disorder merupakan bentuk regresif Pervasive
Depelopment Disorders yang lain dan mulai digambarkan sebagai disintegrative psychosis oleh Heller pada awal tahun 1990 an. Satu persepuluh umumnya sama seperti autis (Volkmar, Klin, Marras, 1997 dalam Zager, 2005). Perkembangan anak CDD nampak sempurna seperti anak-anak pada umumnya pada sekurangkurangnya dua tahun pertama kehidupannya, keterampilannya menghilang sekurang-kurangnya dua dari bidang-bidang berikut: bahasa, keterampilan sosial, bermain, keterampilan gerak, dan toileting.
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
5
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
Pervasive Developmental Disorders-not other wise (PDD-Nos) PDD-Nos tidak mudah untuk diidentifikasi, dilihat dari usia terjadinya PDD-
Nos tidak ada ketentuan, hambatan dalam keterampilan sosial bisa ada bisa tidak ada, keterampilan komunikasi cukup sampai baik, rentang IQ tunagrahita berat sampai normal.
Prosedur Identifikasi Gambar 1.1 Prosedur Identifikasi Tabel Inventori
Wawancara Guru
Wawancara Orangtua
Analisis Data
Hasil
Bagan di atas merupakan prosedur atau tahapan identifikasi yang dilaksanakan oleh kelompok, berikut akan dipaparkanmengenai penjelasan dari setiap bagiannya:
Tabel Inventori Pada tahap ini, kelompok membuat tabel inventori berupa instrumen
identifikasi dengan membuat pernyataan-pernyataan mengenai interaksi sosial,
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
6
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS komunikasi, dan perilaku sebagai hasil pengembangan dari Diagnostic Statistical
Manual (DSM IV). Tabel inventori ini ditujukan untuk diisi oleh guru juga diperuntukkan untuk kelompok mengamati perilaku anak. Dalam instrumen yang kami susun, terdapat beberapa pernyataan yang mewakili beberapa perilaku anak. Guru maupun kelompok mahasiswa yang mengisi dan melakukan pengamatan hanya mengisi dengan membubuhkan tanda ceklis pada kolom Ya jika pernyataan yang diajukan memang sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan oleh anak. Begitupun sebaliknya, guru maupun kelompok mahasiswa bisa membubuhkan tanda ceklis pada kolom Tidak jika pernyataan tidak nampak pada anak. Hasil dari tabel inventori ini bisa dijadikan acuan untuk kelompok yang sedang melakukan pengamatan untuk menduga terlebih dahulu terhadap anak yang di identifikasi.
Wawancara Guru Dalam tahap ini, kelompok membuat instrumen wawancara sebagai
keterangan pendukung dari tabel inventori kepada guru. Hasil dari wawancara terhadap guru ini diharapkan bisa mendukung hasil dugaan sementara dari pernyataan-pernyataan tabel inventori.
Wawancara Orangtua Pada tahap ini, kami membuat instrumen wawancara kepada orang tua
untuk memperkuat kembali data sebelumnya. Instrumen wawancara ini mencakup informasi keadaan anak pada sebelum kelahiran, pada saat kelahiran dan setelah kelahiran.
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
7
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
Analisis data Pada tahap ini kelompok menganalisis data dari hasil inventori, wawancara
orangtua
dan
wawancara
guru
untuk
mengidentifikasi
apakah
anak
menunjukkan karakteristik yang dimiliki oleh anak autis atau tidak.
Hasil Pada tahap ini, tahap dimana keseluruhan data telah di analisis kemudian
disimpulkan secara deskriptif.
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
8
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
2 Hasil identifikasi dan analisis
Identitas Anak
Subyek 1 Nama
: ZEY
TTL
: Bandung, 23 Agustus 2007
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 7 tahun 8 bulan
Anak ke
:1
Alamat
: Jalan Tentram Dalam No 16
Agama
: Islam
Sekolah
: SLB Muhammadiah
Subyek 2 Nama
: AIY
TTL
: Bandung 09 Juni 2002
Jenis Kelamin
: laki-laki
Umur
: 12 tahun 10 bulan
Anak ke
:2
Alamat
: Jalan Citepus II RT/RW 06/06
Agama
: Islam
Sekolah
: SLB Muhammadiah
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
9
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
Inventori Tabel 2.1 Hasil Inventor Guru ZEY No I. 1 2 3 4
5 6 7
8 9 10
11 12
13 14
15
Pernyataan INTERAKSI SOSIAL Tidak ada kontak mata dengan orang lain Sulit memahami ekspresi wajah oranglain Sulit mengembangkan hubungan dengan teman sebaya Kurang bisa berbagi kesenangan, minat, atau keberhasilan secara spontan dengan orang lain Kurang tampak hubungan emosi yang timbal balik Kurang empati terhadap orang lain Tidak dapat mengawali interaksi dan merespon untuk berinteraksi Sulit menerima bahwa kemungkinan orang bisa salah Kurang dapat menerima perubahan Kurang bisa membaca isyarat sosial (gestur, bahasa tubuh) yang diungkapkan oleh orang lain Tidak ada keinginan untuk berhubungan dengan orang lain Tidak ada respon ketika diajak bicara
Berperilaku seolah-olah orang lain tidak ada Kalau memeluk atau berjabat tangan terlalu keras
Tidak mau dipeluk
Ya
Tidak
Keterangan
Dapat mengawali interaksi tapi sebentar
Dapat membaca isyarat tubuh orang tetapi sebentar
Bisa memunculkan respon tetapi sebentar
Kalau memeluk tidak terlalu keras, suka dipeluk kalau sedang moody
Identifikasi anak dengan gangguan spektrum autistik
10
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS 16 17 18 II. 19 20 21
22
Tidak menyadari peran orang lain dalam proses interaksi Tidak bisa bermain pura-pura Tidak bisa mengikuti aturan dalam permainan KOMUNIKASI Lambat dalam perkembangan bicara atau sama sekali tidak bisa bicara Kurang mampu memulai pembicaraan Pemakaian bahasa stereotipe/berulang-ulang/bahasa aneh (idiosycantric)
Sulit memahami kata ganti seperti saya, aku, kamu, anda, mereka,dia. 23 Tidak ada gestur ataupun mimik 24 Tidak bisa mempertahankan pembicaraan yang lama 25 Tampak seperti orang yang tuli. 26 Kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya 27 Senang menarik-narik tangan orang lain untuk meminta sesuatu 28 Echolalia : Mengulang kata-kata yang diucapkan oleh orang lain 29 Tidak mampu mengekspresikan perasaan maupun keinginan 30 Sukar memahami kata-kata bahasa orang lain dan sebaliknya 31 Gangguan aprosodia/intonasi seperti bicara yang datar III. PERILAKU 32 Keasyikan dengan satu atau lebih pola-pola minat yang terbatas dan stereotipe, baik dalam intensitas maupun fokusnya 33 Tam...