Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran PDF

Title Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran
Author G -chan
Pages 20
File Size 1.8 MB
File Type PDF
Total Downloads 45
Total Views 276

Summary

Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran Oleh: Titin Nur Hidayati1 Abstrak: Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap penggunaan unsur kognitif ...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran G -chan

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

PRODI PENDIDIKAN KIMIA PROGRAM PASCA SARJANA UNM ahmad faisal

Makalah Teori Belajar - Teori Belajar Kognit ivisme Salim Kurni Jannah Nur Jannah Harahap

Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran Oleh: Titin Nur Hidayati1 Abstrak: Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respons, aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Karena itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain sebagainya. A. PENDAHULUAN Selama seperempat abad pertama pada abad ke-20, pertentangan dalam psikologi akademik meninggalkan framework asosiasi psikologi di Amerika. Strukturalisme, fungsionalisme dan behaviorisme adalah beberapa aliran psikologi yang telah establish dalam asosiasi psikologi pada saat itu. Beberapa aliran psikologi ini memiliki ciri khas, yaitu mengembangkan metodologi empiris. Namun demikian, ditengah perkembangan pesat beberapa aliran psikologi itu terganggu oleh kedatangan doktrin Gestalt yang mempengaruhi teori-teori belajar di Amerika. Teori baru ini menjadi salah satu contoh teori rasionalis dalam psikologi.2 Namun demikian, sekalipun kemunculan gestalt merupakan reaksi terhadap behaviorisme, strukturalisme yang berkembang di 1

Dosen Tetap Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah AsSunniyyah Kencong Jember. 2

Ernest Ropiequet Hilgard, 1975, Theories Of Learning: The Century Psychologi Series, Printice-Hall, Inc., and Englewood Cliffs, N.J. hal. 252.

JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011

Amerika, kemunculan pendatang baru ini justru di Jerman, karena para pendirinya memang besar secara intelektual di Jerman. Secara verbal, Gestalt berarti Pola, susunan (konfigurasi), Menyeluruh atau bentuk pemahaman atau situasi perangsangnya. Konfigurasi atau gestalt akan kehilangan sesuatunya kalau dipisahkan menjadi bagian-bagian komponennya, karaena setiap situasi atau pengalaman itu lebih dari jumlah semua bagiannya. Hal ini memberikan pengertian singkat bahwa Gestalt merupakan aliran yang mengembangkan paradigma pemikiran yang berpijak pada kerangka menyeluruh dalam melihat obyek, khususnya dalam proses belajar, Karena itu, perlu diingat bahwa psikologi gestalt utamanya berminat pada persepsi dan proses problem solving.3 Perbedaan Gestalt dengan Behaviorisme dan strukturalisme bisa kita bandingkan melalui skema di bawah ini: No

Gestalt

Behavioristik

1.

Holistik

Atomistik, elementaristik

2.

Molar

Moleculer

3.

Subyektif

Obyektif

4.

Nativistik

Empiristik

5.

Kognitif Fenomenological

Behavioral

Sumber:

reduksionistik,

4

B. TIGA SERANGKAI PENDIRI TEORI GESTALT

3

Henry L. Boediger, J. Philippe Rushton, Elizabeth D. Capald dan Scot G. Paris,1984, Psychology, Litle Brown and Company, Boston, Toronto, hal. 10. 4 B.R. Hergenhann and Mettew H.Olson, 1997, An Introduction to The Theories of Learning, New Jersey: Prantice hall. Inc. hal. 2

Titin Nur Hidayati, Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran

Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka adalah tiga serangkai pendiri Teori Gestalt. Ketiganya ternyata memiliki akar sejarah yang sama sampai akhirnya mampu menyatukan gagasan sehingga menjadi sebuah gerakan yang kemudian disebutnya Gestalt. Namun demikian , Max Wertheimer diakui sebagai pemimpin yang paling terkenal, sementara Koffka dan Kohler adalah yang paling bertanggung jawab dalam mempopulerkan gerakan Gestalt melalui tulisan-tulisannya. Karena kedekatan di antara ketiganya, sampai-sampai gagasan dan teoriteori koffka, Kohler dan Wertheimer hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka bertiga. Ketiganya adalah sarjana dari Universitas Berlin. Karena itu mereka menjadi terkenal sebagai ”Kelompok Berlin”. Max Wertheimer yang meneliti persepsi yang terintregasi dalam gerak, Wolfgang Kohler yang meneliti tentang insight pada simpanse dan Kurt Koffka yang menguraikan secara rinci mengenai hukum-hukum persepsi. Mereka tidak hanya bekerja bersama, bahkan mereka menyatukan keyakinan dalam melakukan perlawanan terhadap behaviorisme. Hal ini bukanlah kebetulan bahwa buku Kohler pada tahun 1929, Gestalt Psychology, didedikasikan untuk Wertheimer, dan buku Koffka tahun 1935, Principles of Gestalt Psychology, melahirkan persembahan, ”Untuk Wolfgang Kohler dan Max Wertheimer sebagai terima kasih untuk Persahabatan dan Inspirasinya.”5 1. Max Wertheimer (1880-1943) Max Wertheimer lebih tua 12 tahun dari Kohler dan Koffka. Ia dilahirkan di Prague pada tanggal 15 April 1880 dan wafat pada tanggal 12 Oktober 1943 di New York. Max Wertheimer dianggap sebagai pendiri psikologi Gestalt bersama-sama dengan Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Max mempelajari ilmu hukum selama beberapa tahun sebelum akhirnya dia mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1904 di bidang psikologi. Dia kemudian diangkat menjadi professor dan sempat bekerja di beberapa universitas di Jerman sebelum hijrah ke Amerika Serikat karena terjadi perang di benua Eropa pada tahun 1934. Di Amerika ia bekerja di New School for Research di New York city sampai akhirnya meninggal tahun 1934.6

Guy R. Lefrancois, 1995, Theories of Human Learning. Kros’s Report. Book/Cole Publising Company, hal. 171 6 http/www.google.co.id/file/e-Psycology/diakses tanggal 25 September 2007

5

3

JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011

Dalam perjalanan liburan di awal karirnya sambil naik kereta api Wertheimer melihat sinar berkedip-kedip (hidup dan mati) dengan jarak tertentu, sinar itu memberi kesan sebagai satu sinar yang bergerak datang dan pergi tidak putus-putus. Dari kejadian tersebut Wertheimer memperoleh gagasan untuk satu eksperimen yang paling penting darinya ia mulai mengerjakan teka-teki yang menjadi titik awal memunculkan serangkaian khayalan-khayalan gerakannya . jika mata melihat perangsang dengan cara tertentu, akan memberikan ilusi gerakan. Wertheimer menyebut gejala ini dengan istilah Phi Phenomenon.7 Pada tahun 1910, ketika berusia 30 tahun, Max memperlihatkan ketertarikannya untuk meneliti tentang persepsi setelah ia melihat sebuah alat yang disebut "stroboscope" (benda berbentuk kotak yang diberi alat untuk melihat ke dalam kotak tersebut) di toko mainan anakanak. Setelah melakukan beberapa penelitian dengan alat tersebut, dia mengembangkan teori tentang persepsi yang sering disebut dengan teori Gestalt.8 Eksperimen Wertheimer mengenai Scheinbewegung (gerak semu) memberikan kesimpulan, bahwa pengamatan mengandung hal yang melebihi jumlah unsur-unsurnya. Inilah gejala gestalt. Penelitian dalam bidang optic ini kemudian juga dipandang berlaku (kesimpulan serta prinsip-prinsipnya) di bidang lain, seperti misalnya di bidang belajar. Lebih jauh eksperimen-eksperimen Wolfgang Kohler (1913-1917) memberikan kesimpulan yang berlawanan dengan teori-teori molecular. 2. Wolfgang Kohler (1887-1967) Kohler lahir di reval, Estonia pada 21 januari 1887. Ia mencapai gelarPh.D dari Universitas Berlin tahun 1909, dan selanjutnya bersama Koffka, bekerja dengan Werheimer di Frankfurt academi sebagai asisten. Sejas tahun 1913 sampai tahu 1920 dia menjadi direktur di Anthropologi Station di Pulau Tenerife yang berlokasi dipulau Canary. Selama Perang Dunia I, ia menghabiskan selama 4 tahun di pulau tersebut. Di pulau inilah ia mempelajari perilaku kera dan ayam. Hasil investigasinya kemudian diterbitkan dalam sebuah bukunya yang penting, The Mentality of Apes (1924). Yang memuat tentang eksperimentasinya mengenai kera dan ayam untuk mengetes berbagai masalah yang berkaitan dengan relajar, Kohler menggunakan sejumlah rangkaian eksperimen, yaitu: a) Detour Problem 7

Guy R. Lefrancois, Ibid., hal. 172 http/www.google.co.id/file/e-Psycology/diakses tanggal 25 September 2007 8

4

Titin Nur Hidayati, Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran

Dalam detour Problem, binatang dapat dengan melihat makanan sebagai tujuan. Tetapi tidak dapat mencapai secara langsung. Ia harus putar jalan melalui jalan samping yang lebih jauh, tidak langsung, untuk mencapai pemecahan, sedang simpanse relatif lebih mudah. Binatang yang lebih tinggi tingkatannya, akan lebih cepat dalam memecahkan problem. Proses menguasai medan dan mengetahui hubungan lebih cepat. 9 b) Percobaan dengan simpanse Dalam eksperimentasinya, ia menyimpulkan ada kera yang cerdas dan ada pula kera yang bodoh. Kera yang bodoh, nampak hanya belajar dengan asosiasi dan pengulangan, sambil melakukan perilaku berulang-ulang. Sebaliknya, kera yang cerdas, menurut Kohler bisa belajar sangat banyak seperti apa yang manusia lakukan, bisa mempertunjukkan sesuatu dan kadangkala memperlihatkan kemampuan proses mental yang lebih tinggi. Kohler menggunakan dua jenis studi untuk mempelajari prilaku problem solving kera di dalam kandang. Terhadap dua jenis studinya, yang pertama seekor kera harus menemukan solusi untuk meraih seiris pisang yang diletakkan disisi luar kandang. Dalam studinya, ada problem ”tongkat”, dan seekor kera harus menggunakan tongkat panjang untuk mencapai seiris pisang, dalam banyak kasus hal itu perlu untuk menggabungkan beberapa tongkat secara bersamasama sehingga bisa mencapai pisang. Yang kedua, ada problem ”kotak”, dalam hal ini, kera harus memindahkan kotak itu dibawah pisang atau menumpuk satu kotak diatas yang lain untuk mencapai pisang. Dari eksperimen inilah kohler menemukan catatan penting, bahwa inteligensi kera bukan belajar dengan trial and error. Menurut Kohler simpanse tidak kurang dari manusia yaitu mampu memecahkan masalah sekaligus dengan proses integrasi atau pemahaman. Pemahaman ini yang diperlihatkan oleh simpanse barulah muncul setelah beberapa saat mencoba memahami masalahnya, dan pada saat itu pula muncul dengan tiba-tiba kejelasan, melihat hubunganhubungannya, antara unsur yang satu dengan yang lain. Dan pemahaman yang serupa itu – yang 9

B.R. Hergenhann and Mettew H.Olson, Ibid., hal. 261. 5

JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011

3.

10 11

6

datang dengan tiba-tiba oleh Kohler disebut ”Aha Erlebnis”. Proses pelibatan dalam serangkaian solusi ini adalah pengetahuan (insight).10 c) Percobaan dengan Ayam Ayam dibentuk untuk mendekati warna kertas yang agak gelap dan tidak mendekati warna terang. Setelah dilatih secukupnya, bila ayam diberi pilihan untuk memilih terang dan agak gelap, ayam akan memilih gelap (karena hasil latihan). Periode berikutnya, bila ayam diberi pilihan untuk memilih yang agak gelap dengan gelap, maka ayam akan memilih mendekati gelap (tidak memilih yang agak gelap seperti dilatihkan).11 Apabila kita berfikir secara behavioristik, ayam itu mestinya memilih yang agak gelap sesuai dengan latihan. Tetapi gestalt berpendapat bahwa ayam itu menemukan prinsip mana yang lebih gelap. Dengan demikian, bila diberi pilihan antara gelap dan gelap sekali, maka akan memilih gelap sekali. Jadi jelas bahwa dalam belajar itu yang terpenting adalah menemukan prinsip, sehingga mudah terjadi transposition ( Bila suatu prinsip belajar dalam situasi pemecahan problem diterapkan kepada pemecahan problem lain). Kurt Koffka (1886-1941) Kurt Koffka lahir di Berlin pada 18 maret 1886. Ia studi di Berlin juga dan mencapai Ph.D dalam bidang psikologi tahun 1909. Pada awalnya ia belajar filsafat di Edinburgh. Dari Berlin ia pergi ke Frankfrurt dan disanalah ia bekerja sebagai asisten di laboratorium Johannes Von Kries dan tahun berikutnya sebagai asisten di Oswald Kulpedi di Wurzburg awal 1910. Ia dan Kohler bekerja bersama dengan Wertheimer selama tiga semester. Disanalah pula ia mulai menulis yang kemudian menjadi sangat berpengaruh dalam mempopulerkan psikologi Gestalt. Ia merupakan penulis terkenal dari kelompok Berlin. Seperti Wertheimer dan Kohler, Koffka menghabiskan banyak waktunya untuk memberi kuliah di Amerika sebelum akhirnya berpindah secara permanen pada tahun 1927. Ia mengajar di Smith Collage dan terus menulis, salah satu buku kreatifnya adalah ’’Grown of The Mind”, sebuah buku yang sangat relevan dengan prinsip-prinsip gestalt. Tahun 1925 dia mempublikasikan Principles of Gestalt Psycology, sistem utama di dalam psikologi Gestalt. Dia adalah orang pertama Ibid,, hal. 262-264 Ibid., hal. 266.

Titin Nur Hidayati, Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran

yang menulis artikel dalam bahasa inggris mengenai Psikologi Gestalt. Artikelnya: Perception: An Introduction to Gestalt Theories.Dipublikasikan di Psychological Buletin tahun 1922. Ia meninggal tahun 1941.12

C. POKOK-POKOK GESTALT

TEORI

BELAJAR

MENURUT

ALIRAN

1.Pandangan Gestalt Tentang Belajar dan The Memory Trace (Kesan Ingatan) Menurut teori Gestalt, belajar adalah berkenaan dengan keseluruhan individu dan timbul dari interaksinya yang matang dengan lingkungannya. Melalui interaksi ini, kemudian tersusunlah bentuk-bentuk persepsi, imajinasi dan pandangan baru. Kesemuanya, secara bersama-sama membentuk pemahaman atau wawasan (Insight), yang bekerja selama individu melakukan pemecahan masalah. Walaupun demikian pemahaman (insight) itu barulah berfungsi kalau ada persepsi/tanggapan terhadap masalahnya-memahami kesulitan, unsur-unsur dan tujuannya. Sementara itu, dalam belajar menurut Gestaltis prinsipnya berkaitan dengan proses berfikir (proses problem solving) dan persepsi. Dalam hal ini terdapat empat prinsip yang dikembangkan oleh Wertheimer dan kemudian diaplikasikan Kohler mengenai berfikir dan persepsi. Karena Gestaltis punya perhatian dengan aspek-aspek molar dalam belajar dan prilaku sebagaimana stimuli dan respons, keterangan mereka tentang belajar dan memori llebih banyak bersifat global dan tidak spesifik seperti halnya keterangan dari behaviorist. Secara detail, proses belajar dalam pandangan Gestalt ini bisa kita temukan di dalam bukunya koffka, Principles of Gestalt Psychology (1935). Persepsi adalah kemampuan manusia untuk mengenal dan untuk memahami apa yang tidak diketahuinya. Penerimaan sesuatu berarti bahwa manusia dapat mengingat pengalaman-pengalaman, objek atau kejadian masa lalu. Karena itu persepsi memerlukan proses lebih banyak dari sekedar kemampuan melakukan reaksi terhadap sesuatu, yaitu pemrosesan yang sungguh-sungguh untuk mengintegrasikan sumber-sumber informasi ke dalam gambaran tunggal. Dengan demikian, kesadaran manusia bukan untuk merespon terhadap persoalan (objek) di dalam lingkungan dalam dasar item per item.

12

Guy R. Lefrancois, hal. 172 7

JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011

Akan tetapi melihat segala sesuatu dalam satu pandangan yang utuh. 13 Seperti di contohkan dalam gambar berikut : Ada gambar konfigurasi titik-titik yang diadopsi dari Resnick dan Ford (1981:130).14

Pada setiap gambar diatas terdapat bundaran kosong yang menunjukkan posisi yang berbeda sesuai dengan konteks (organisasi perseptual). Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa menurut pandangan gestatltist seseorang yang memperhatikan konfigurasi titik (bulatan) yang terdapat pada setiap gambar (a) sampai (d) tidak hanya sebagai kumpulan titik yang terpisah-pisah, tetapi titik itu terorganisir berdasarkan prinsip tertentu. Dengan demikian orang akan memahami setiap gambar itu sebagai kumpulan titik yang secara keseluruhan membentuk.(a) layang-layang (diamond), (b) segi empat, (c) segitiga, (d) segi delapan. Jadi menurut pandangan psikologi gestalt dapat disimpulkan bahwa seseorang memperoleh pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunnya kembali dalam struktur yang lebih sederhana sehingga mudah dipahami. Persoalan umum pandangan Gestalt diekspresikan dalam statemen bahwa hukum-hukum atau dalil-dalil organisasi menerapkan persepsi dan belajar secara sama-sama. Tetapi ada problem khusus di dalam belajar dimana gestatltis menguraikan gagasan-gagasannya. Mereka paling mudah di dalam mendiskusikan memori manusia daripada eksperimen kondisioning pada binatang, sehingga hampir semua ilustrasi yang mengikutinya, berkaitan dengan memori manusia. Problem 13

Stephen N. Elliot, Thomas R. Kratochwill, Joan Littlefield Cook, and John F. Travers, 2000, Educational Psychology: Efective Teaching, Effective Learning, McGraw-Hill Higher Education, Edisi International hal. 273 14 http/www.google.co.id/file/e-Psycology/diakses tanggal 25 September 2007 8

Titin Nur Hidayati, Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran

utamanya adalah bagaimana untuk menghadirkan memori yaitu bagaimana melakukan konseptualisasi pengalaman masa lalu kedalam masa kini. Hal ini diurai dalam sebuah teori yang disebut teori bekas.15 Dalam teori bekas, menyatakan bahwa konsepsi Gestalt terhadap memori adalah percaya bahwa persepsi menempel di dalam bekas memori yang saling berhubungan. Gestatltis menyatakan bahwa proses neural aktif selama persepsi dapat berlangsung terus di dalam bentuk ”yang lembut” sebagai sebuah bekas. Jadi informasi disimpan dalam bentuk yang sama, oleh neural yang sama, sebagaimana dalam persepsi orisinal. Kohler menggambarkan persoalan ini sebagai berikut: Kejadian-kejadian neural cenderung untuk membentuk secara halus kondisi jaringan dimana mereka ingat. Perubahan seperti itu akan menyerupai banyak proses dengan mana mereka memproduksi pola mereka dan berkenaan dengan milik yang lain. 16 Memanggil kembali atau mengingat kembali melibatkan pengaktifan kembali bekas memori yang ada. Sebetulnya, ini adalah pembangkitan proses perceptual yang sama, yaitu yang berhubungan dengan persepsi yang orisinal. Bekas terus aktif sebagai proses aktif di dalam sistem syaraf, tetapi juga intensitas yang cukup lambat untuk masuk kesadaran. Pada umumnya pandangan Gestaltis, yaitu bahwa hasilhasil belajar ada di dalam formasi bekas memori. Sifat dasar yang pasti dari bekas itu dibiarkan tidak spesifik, dan sejumlah karakteristik mereka adalah mendetail. Karakteristik paling penting dari apa yang telah dipelajari, seperti perceptual, cenderung untuk mencapai kemungkinan struktur yang paling baik dengan memperbincangkan perihal organisasi perceptual. Wulf (1983) mendiskripsikan kecenderungan organisasional dari memori dengan memberi nama penyamarataan (leveling), Penajaman (Sharpening),dan normalisasi (Normalizing). 17 Penyamarataan (leveling) adalah kecenderungan menuju simatri atau menuju pendangan yang simpel dari kepelikan pola perseptual. Koffka mengasumsikan bahwa proses levelling juga dapat diterapkan pada persoalan kognitif. Sebagai contoh, kita mengingat perasaan perjalanan di kereta api, seseorang bisa mengingat impresi yang menyamaratakan gerakan maju (kereta api) dan wilayah pedalaman yang meluas dengan tanpa 15 16

17

Ernest Ropiequet Hilgard, Ibid., hal.263 Ernest Ropiequet Hilgard, Ibid., hal.264 Guy R. Lefrancois, Op. Cit., hal. 175-176 9

JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011

pengingatan sensasi dari goyangan (kereta api) ke sisi yang satu dan sisi yang lain. Penajaman (Sharpening) adalah tindakan peneka...


Similar Free PDFs