INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PDF

Title INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Author Udin Juhrodin
Pages 45
File Size 432.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 255
Total Views 368

Summary

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN TINDAKAN KELAS DEFINISI INSTRUMEN Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, dan disebut juga dengan teknik penelitian. Karena instrumen atau alat tersebut mencerminkan cara pelaksanaannya. Penelitian Tindakan Kelas...


Description

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN TINDAKAN KELAS DEFINISI INSTRUMEN Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, dan disebut juga dengan teknik penelitian. Karena instrumen atau alat tersebut mencerminkan cara pelaksanaannya. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu cara ilmiah dalam memecahkan masalah pembelajaran yang memerlukan sebuah instrumen pengumpulan data yang tepat untuk menghasilkan suatu data yang diharapkan. Karena sebuah penelitian memerlukan data-data empiris. Ciri khas dari Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pengamatan yang melibatkan peran serta seorang guru, dimana seorang guru selain mengajar juga melakukan penelitian. Guru sebagai penentu skenario penelitian, bertindak sebagai instrumen pokok atau kunci dalam Penelitian Tindakan Kelas dan berpartisipasi penuh dalam pengumpulan data. Sehingga instrumen lain hanya menjadi instrumen penunjang. Teknik pengumpulan data dilaksanakan guru ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, namun tidak boleh mengganggu kegiatan pembelajaran, karena guru dalam konteks PTK berperan ganda sebagai pengajar dan peneliti. Dengan demikian instrumen yang mungkin digunakan adalah pengamatan dan observasi terstruktur. JENIS-JENIS INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Pada dasarnya, banyak instrumen yaang dapat digunakan dalam pengumpulan data penelitian. Penelitian yang sifatnya umum ataupun penelitian yang khusus, seperti Penelitin Tindakan. Yang perlu menjadi pertimbangaan dalam memilih dan menentukan instrumen ini adalah beberapa pertanyaan berikut: 1. Apa yang akan kita cari/yang ingin kita ketahui? 2. Sumber data mana yang paling memungkinkan saya mengumpulkan informasi yang saya butuhkan? 3. Bisakah saya mendapatkan informasi yang saya cari? 4. Bagaimana hasil yang dikumpulkan tersebut dapat dianalisis dan dijelaskan pada saatnya nanti?

OBSERVASI 1. Pengertian Observasi Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti, Menurut Lincoln dan Guba observasi adalah : Proses pengambilan data dalam penelitian dimana pengamat melihat situasi penelitian. Observasi sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi kegiatan belajar mengajar, tingkah laku dan interaksi kelompok seperti dalam Penelitian Tindakan Kelas. Karena observasi merupakan sebuah proses pengamatan secara langsung. Observasi dalam PTK digunakan sebagai pemantau guru dan siswa/i, observasi digunakan untuk mencatat setiap tindakan guru dalam siklus kegiatan pembelajaran untuk menemukan kelemahan guru guna dievaluasi dan diperbaiki pada siklus pembelajaran berikutnya. Dan observasi juga digunakan untuk mengumpulakan informasi tentang perilakuperilaku para siswa/i terhadap tindakan yang diberikan oleh guru. 2. Pendekatan Observasi Ada sejumlah kriteria yang dapat digunakan dalam memilih teknik observasi yang akan digunakan untuk sesuatu siklus tindakan perbaikan dalam rangka PTK. Adapun kriteria – kriteria yang dimaksud adalah a. jenis data yang diperlukan dalam rangka implementasi sesuatu siklus tindakan perbaikan, b. indikator – indicator yang relevan yang termanifestasikan dalam bentuk tingkah laku guru dan siswa c. Prosedur perekaman data yang paling sesuai; dan d. pemanfaatan data dalam analisis dan refleksi. Lebih jauh pencermatan beberapa pendekatan observasi berikut dapat berfungsi lebih mengarahkan pilihan prosedur observasi yang paling sesuai untuk keperluan yang sedang dihadapi. a. Interpretasi Kadar interprestasi dalam observasi dapat direntang mulai dari yang bersifat sepenuhnya mekanistik tanpa interpretasi sehingga dinamakan low–inference observation seperi dikembangkan oleh Flanders (1970). Rekaman data hasil observasi yang serupa ini akan berbentuk tanda cacah (tallies) untuk masing–masing kategori amatan, dalam hubungan ini yang terdiri dari (i) teacher talk, (ii) pupil talk, dan (iii) silence/confusion. Meskipun memang ada kemanfaatannya, khususnya untuk memetakan kecenderungan pendominasian diskursus (discourses) dalam interaksi pembelajaran, namun akan banyak juga sisi–sisi kajian lain yang tidak akan tersentuh dengan prosedur

observasi seruoa ini, misalnya yang berkenaan dengan mutu keputusan dan/atau tindakan profesionala guru dalam pengelolaan interaksi pembelajaran. Sebaliknya, untuk keperluan yang terakhir ini, diperlukan high-inference observation, yaitu suatu observasi yang mempersyaratkan penafsiran teknis secara langsung dan cepat (instaneous interpretation) dalam perekaman data hasil observasi. Dengan kata lain, fakta yang direkam dalam observasi itu lansung diinterpretasikan dengan kerangka pikir tertentu, misalnya yang diartikulasikan sebagai asas–asas pembelajaran siswa aktif (learner-centered instruction). Ini berarti bahwa apa yang dikatakan, atau tidak dikatakan, apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh guru dan/atau siswa diberi makna yang khas dan unuk dalam mengobservasi sesuatu episode pembelajaran. b. Fokus Dari segi titik tujuan observasi dapat dibedakan dari prosedur yang tidak secara apriori menetapkan titik tujuan kecuali kehendak untuk memotret kesan umum tentang implementasi pendekatan pembelajaran siswa aktif. Di pihak lain, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapula observasi yang sebelum pelaksanaannnya telah menetapkan titik–titik tujuan tertentu. Misalnya mengenai dominasi guru dalam diskursus pembelajaran atau kadar tuntutan intelektual pertanyaan–pertanyaan yang diajukan guru (low cognitive level vs high cognitive level). Ini berarti bahwa, dengan penetapan focus yang dimaksud perhatian pengamat terutama akan dibatasi pada titik incar yang telah ditetapkan itu. Di pihak lain ini tentu tidak dapat diartikan bahwa pengamat akan secara kaku menutup mata dan telinga dari kejadian–kejadian di luar fokus, yang justru dianggap memiliki makna dan/atau implikasi penting berkaitan dengan tindakan perbaikan yang tengah digelar. Pada sisi lain, memang ada saatnya diperlukan observasi yang bersifat terbuka (open–ended). Tindakan perbaikan yang memasang prakarsa dan kreativitas siswa (atau guru) sebagi salah satu tujuannya akamn mempersyaratkan observasi yang lebih bersifat terbuka itu. Sebaliknya, penstrukturan yang terlalu dini dan atau kaku, akan gagal menjaring indikator–indikator yang berkenaan dengan prakarsa serta kreativitas siswa (atau guru) yang dimaksud. c. Pelaksana Sebagaimana telah dikemukakakn, pada dasarnya dalam konteks PTK guru yang merupakan aktor tindakan adalah juga pengamat PTK. Meskipun kerja lama kesejawatan akan dapat sangat membantu produktivitas pengumpilan data dan, pada gilirannya, effektivitas PTK sebagai suatu bentuk perbaikan yang menjanjikan dampak positif yang berkelanjutan.

Meskipun memang dapat juga merupakan permasalahan yang dapat muncul dalam konteks dimana ada rekan sejawat yang menyediakan diri untuk berfungsi sebagai pengamat. Namun permasalahan cakupan dan obyektivitas merupakan titik–titik rawan apabila observasi juga harus dilakukan oleh guru sebagai aktor PTK. Salah satu format yang merupakan modifikassi catatan lapangan. (field notes) yang dapat dimanfaatkan oleh guru yang merangkap fungsi sebagai pelaku tindakan perbaikan dan pengamat dengan hasil yang menjanjikan adalah Jurnal Harian. Pada dasarnya, jurnal harian yang produktif adalah yang mengandung 4 komponen yaitu (i) identifikasi konteks observasi. (ii) informasi factual yang menonjol dalam sesuatu periode observasi. (iii) makna dari informasi faktual tersebut dalam konteks di mana ia teramati. dan (iv) implikasi dari fakta dan makna yang dimaksud dalam butir ii dan iii dalam kerangka piker tindakan perbaikan yang tengah digetar. Dengan dokumentasi rekaman yang sistematis mulai dari konteks fakta, makna beserta implikasinya dalam sesuatu kerangka piker tertentu itu, maka proses refleksi akan terfasilitasi secara efektif dan effisien karena berhasil memanfaatkan data yang baiak cakupan maupun obyektifitas serta pemaknaannya cukup memadai. d. Tujuan Dalam penelitian formal, observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang sahih dan handal (valid dan reliable) yang dapat digunakan sebagai bahan dalam menjawab pertanyaan–pertanyaan penelitian, termasuk yang dikemas dalam bentuk hipotesis– hipotesis. Sebaliknya, dalam PTK obsevasi dilakukan terutama untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk dapat menata langkah–langkah perbaikan atas prakarsa sendiri ini sudah ditekankan dalam konteks observasi kesejawatan (peer observation, peer supervision) yang telah dikemukakan sebelumnya. Akhirnya, yang jelas–jelas dan tegas harus dihindari dalam konteks PTK adalah observasi yang dalam pelaksanaannya terpusatkan pada pengungkapan kekurangan dan/atau kesalahan guru yang berfungsi sebagai aktor tindakan perbaikan. Jelasnya observasi yang dalam praktek pelaksanaannya hanya terfokus pada kekurangan dan kesalahan guru itu akan berdampak merugikan misi PTK. Sebab informasi balikan yang dihasilkannya akan dihadapai dengan sikap bermusuhan dan ketertutupan. e. Alat Bantu Rekam Dari segi alat bantu rekam yang digunakan ragam prosedur observasi dapat direntang dari yang nyaris tidak menggunakan alat bantu rekam kecuali selembar kertas kosong, sampai dengan yang menggunakan alat rekam pandang dengar yaitu kamera video yang dapat merekam peristiwa secara relatif original. Dalam banyak hal, penggunaan berbagai alat bantu rekam yang canggih itu memang sangat menggoda, dan untuk keperluan–keperluan tertentu. Memang menjanjikan kemanfaatan yang nyata dalam bentuk kelengkapan rekaman.

Namun disamping berbagai keuntungan yang dijanjikannya, penggunaan alat bantu rekam dalam konteks PTK juga perlu dipertimbangkan dari segi kelaikannya (feasibility). Artinya, hasil rekaman yang sangat lengkap dengan alat bantu rekam yang canggih itu, tidak akan termanfaatkan secara maksimal apabila untuk keperluan tayang ulang (replay) diperlukan persiapan dan/atau perlengkapan yang memakan waktu untuk menggelarnya. Belum lagi apabila juga diperhitungkan investasi yang diperlukan atau gangguan (intusion) yang diakibatkan dalam penggunaannya. f. Sasaran Observasi Dalam PTK, observasi dipusatkan baik kepada proses maupun hasil (interim) tindakan pembelajaran beserta segala peristiwa yang melingkupinya. Sebagaimana telah dikemukakan, sama seperti pada tindakan pembelajaran yang dilaksanakan secara rutin. Pada saat dilaksanakannya suatu tindakan.secara bersamaan juga dilakukan pengamatan tentang segala sesuatu yang terjadidan tidak terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, sebagaimana halnya dalam tindakan pembelajaran umumnya, data yang diperoleh dari observasi itu langsung diinterpretasikan maknanaya dalam kerangka pikir tindakan perbaikan yang telah direncanakan. Pada gilirannya, data dan interpretasi hasil observasi tersebut dijadikan sebagai masukan dalam rangka pelaksanaan retleksi. 3. Macam-macam Prosedur Observasi Dengan menggunakan kombinasi dari berbagai sudut pandang di atas sebagai rujukan, dapat dibedakan adanya 4 metode observasi yaitu observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur dan observasi sistematik. Namun segera perlu ditambahkan bahwa derajat kebaikan dari metode–metode observasi tersebut dalam konteks PTK, terlebih–lebih apabila guru bertindak sebagai aktor tunggal pelaksana PTK, tentu saja berbeda–beda. Oleh karena itu, para pelaksana PTK perlu secara jeli dan tentu saja berbeda–beda. Oleh karena itu, para pelaksana PTK perlu secara jeli dan kreatif memodifikasi metode–metode observasi yang dimaksud sehingga sejauh mungkin memenuhi harapan baik dari segi mutu data yang dapat dihasilkannya, maupun dari segi kelaikan implementasinya. a. Observasi Terbuka Sebagaimana disarankan oleh namanya, observasi terbuka dapat secara harfiah dimulai dengan suatu halaman kosong, sehingga pengamat harus berimprovisaas dalam merekam “tonggak–tonggak penting” dalam pengggelaran proses pembelajaran dalam rangka implementasi tindakan perbaikan. Tujuannya adalah agar pengamat dapat merekonstruksi proses implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud dalam diskusi balikan. Varian yang lain yang sebenarnya telah mulai menampilkan struktur adalah dengan penggunaan kategori–kategori besar (broad categories) sasaran amatan yang secara komprehensif mencakup berbagai tindakan pembelajaran.

b. Observasi terfokus Observasi terfokus adalah observasi yang secara cukup spesifik diarahkan kepada sesuatu aspek tindakan guru atau siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu contoh kemungkinan fokusa amatan adalah dimensi–dimensi dari strategi bertanya yang dalam sesuatu episode pembelajaran. c. Observasi terstruktur Observasi terstruktur ditandai dengan perekaman data yang relatif sederhana, berhubung dengan telah tersediakannya format yang relatif rinci. Sebagai contoh dapat dikemukakan teknik bertanya yang digelar oleh guru dalam sesuatu episode pembelajaran, seperti (i) penyebaran pertanyaan kepada sebanyak mungkin siswa, (ii) jenis respons siswa karena ditunjuk atau mengajukan diri di samping (iii) respon guru terhadap jawaban siswa langsung ditangaani sendiri aatau dilemparkan kepada siswa lain. Dengan format rekaman yang relative rinci pengamat tinggal membubuhkan tanda cacah (tallies) atau tanda – tanda lain sehingga gejala yang diamati terpetakan secara rapi d. Observasi Sistematik Dalam observasi sistematik pengkategorian kemungkinana bentuk dan jenis amatan distrukturkan secara lebih rinci lagi. Salah satu contoh dari observasi sistematik yang telah diketahui secara meluaas adalah format FIAC (Flanders’ Interaction Analysys Categories) yang memperkenalakan 3 kategori besar yaitu (i) teacher talk (ii) pupil talk, dan (iii) silence. Sedangkan jenis-jenis observasi berdasarkan persiapan dan cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut: a. Observasi sistematis (observasi dengan persiapan sebelum pelaksanaan, terkait : aspek yang diamati, waktu dan alat observasi). b. Observasi insidental (observasi yang dilakukan tanpa perencanaan). c. Berdasarkan hubungan antara observer dan observant dibedakan menjadi : d. Observasi Partisipatif (observasi yang melibatkan keikutsertaan observer dalam kegiatan atau situasi yang dilakukan observant). e. Observasi Nonpartisifatif (observasi yang tidak melibatkan observer dalam kegiatan observasi). Sehingga observer murni bertindak sebagai pengamat. Beberapa instrumen observasi yang sering digunakan dalam Penelitian Tindakan Kels diantaranya adalah: a. Check list atau daftar cek Check list atau daftar cek adalah pedoman observasi yang berisi tentang daftar semua aspek yang akan diobservasi, observer hanya perlu memberikan tanda ada atau tidak

dengan tanda cek (√) tentang aspek observasi. Check list dibagi menjadi Check list individual dan Check list kelompok. Contoh Check list kelompok adalah : Pertanyaan Ke No Nama Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Irfan √ √ √ √ √ 5 2 Pandu √ √ √ 3 3 Dika √ √ √ √ √ √ 6 4 Mansur √ √ √ √ √ √ √ 7 5 Caca √ √ √ √ √ √ 6 6 Ana √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 7 Iis √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 8 Afika √ √ √ √ √ √ √ 7 b. Anecdotal record atau catatan anekdot Anecdotal record atau catatan anekdot adalah alat observasi untuk mencatat kejadian kejadian yang luar biasa sehingga dianggap penting. Contoh : Hari ini, Selasa 14 Pebruari 2012, Ana yang biasanya tidak pernah mau menjawab pertanyaan, tiba-tiba dapat menjawab 9 dari 10 pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Dan jawaban yang diberikan adalah benar. Mungkinkah ini menunjukkan munculnya sikap percaya diri setelah pemberian motivasi oleh guru? c. Rating scale atau skala penilaian Rating scale atau skala penilaian adalah daftar cek yang hampir sama dengan check list, namun aspek yang diobservasi dijabarkan kedalam bentuk skala atau kriteria tertentu. Macam-macam Rating scale adalah: 1) Skala penilaian kategori adalah kriteria penilaian yang dijabarkan kedalam bentuk kualitatif seperti selalu, kadang-kadang atau tidak pernah. 2) Skala penilaian numerikal adalah kriteria penilaian dengan alternatif penilaian yang menggunakan nomor, seperti : 0, 1, 2. 3) Skala penilaian berbentuk grafis adalah kriteria penilaian dengan alternatif gejala dalam bentuk grafis vertikal maupun horizontal. d. Log Perilaku Log perilaku adalah alat pengamatan yang berguna untuk pengamatan yang lebih fokus. Jenis log ini adalah catatan berjalan yang digunakan untuk melacak perilaku yang diperlihatkan oleh siswa secara individu atau sekelompok kecil siswa selama situasi tertentu (mis., Kerja kelompok siswa, taman bermain). Rekaman berjalan memungkinkan guru untuk mengidentifikasi pola perilaku. Ini memberikan pemeriksaan dinamika antara apa yang mendahului dan mengikuti perilaku dan memungkinkan untuk perbandingan antara perilaku individu pada waktu yang berbeda atau dalam situasi yang berbeda (Cohen et al., 2011).

Dalam log perilaku, catat urutan peristiwa dan jelaskan apa yang terjadi sebelumnya dan apa yang mengikuti perilaku yang dipelajari. Anda dapat merekam perilaku siswa yang tidak pantas setiap kali itu terjadi (lihat Gambar!). Nama Siswa ____________ Kelas ____ Tanggal _______ Setting Observasi _________ Waktu Perilaku Khusus Reaksi Lingkungan Komentar 09.15 Soal tes sudah ada di Dadan yang duduk di Apakah Doni tidak meatas meja, Doni terlihat sebelahnya, memperha- mengetahui cara mengisi gelisah, tengok kanan- tikan Doni, sambil me- tes?? kiri ngisi identitas di lembar jawaban yng disediakan 09.25 Doni merebut pensil Dadan menarik buku Apakah guru akan memDadan dan menjatuh- Doni. peringatkan Doni? kannya Pak guru memperhati- Kenapa ia melakukan kan Dadan perbuatan tersebut! 09.30 Dodi mengetuk-ngetuk Dadan berteriak, “Pak Sepertinya guru harus meja, dengan pensilnya Dodi ribut terus, saya menyadari bahwa Doni seperti dengan irama ter jadi tidak konsen! membutuhkan bantuan! tentu… Pak guru menghampiri Doni. Doni menggerutu kesal, “bosan….” e. Foto, Kaset Video, dan Kaset Video Alat pengamatan seperti foto, kaset video, dan kaset audio dapat ditingkatkan kemampuan Anda untuk menangkap perilaku, sikap, dan interaksi sosial siswa melalui gambar dan suara. 1) Foto-foto Foto-foto menyediakan sarana yang berguna untuk mewakili suatu pengaturan dan anggotanya. Mereka menawarkan gambar visual yang kuat yang melengkapi protokol observasi dan memperkuat deskripsi verbal. Misalnya, jika Anda menyelidiki interaksi siswa selama makan siang, Anda dapat mengambil satu set foto ruang makan siang dengan interval 5 menit selama rentang waktu 30 menit selama beberapa hari. Bersama-sama gambar menggambarkan pola pengaturan tempat duduk, perilaku, dan interaksi dalam pengaturan itu pada hari-hari biasa (Allen, 2012). 2) Kaset Video dan Kaset Suara Kaset video dan kaset audio berguna ketika Anda ingin mengamati pengajaran Anda sendiri dan Anda kekurangan waktu atau kemampuan untuk membuat catatan pengamatan saat Anda mengajar kelas. Kelebihan video dan kaset audio adalah rekaman tersebut memberikan catatan permanen yang dapat Anda ulas untuk diperhatikan, dengan akurasi yang lebih besar, perilaku siswa, sikap, dan interaksi sosial, dan aspek lain dari dinamika kelas yang tidak mudah ditangkap atau diingat (White, 2012).

Sebagai contoh, Sarita adalah guru bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar Bahasa Inggris (ESL) yang terdaftar di kelas praktikumnya. Dia sedang berupaya meningkatkan keterampilannya dalam melibatkan siswa dalam diskusi kelas. Sebagai bagian dari usahanya, dia berkolaborasi dengan penyelianya dalam mempelajari efek dari strategi yang telah dia baca saat meneliti topik ini. Selama fase pengumpulan data, Sarita merekam dirinya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pemikiran saat bekerja dengan sekelompok kecil siswa ESL kelas tujuh. Untuk mendapatkan respons siswa terhadap pertanyaan Sarita, pengajarnya yang mengajar siswa mencatat keterlibatan siswa dalam percakapan menggunakan log perilaku. Kombinasi dari dua strategi observasi ini memungkinkan Sarita dan supervisornya untuk memeriksa efek dari strategi pengajarannya pada tingkat dan kualitas keterlibatan siswa dalam diskusi. Berikut ini adalah beberapa saran untuk melakukan observasi kelas:  Seperti halnya setiap kegiatan penelitian yang melibatkan partisipan, mintalah izin orang-orang di lingkungan tersebut, dan dalam kasus anak-anak kecil, izin orang tua mereka, sebelum Anda merekamn...


Similar Free PDFs