Jurnal Psikologi Indonesia vol 10 no 2 2013 PDF

Title Jurnal Psikologi Indonesia vol 10 no 2 2013
Author Jurnal Psikologi Indonesia
Pages 59
File Size 1.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 152
Total Views 853

Summary

Sekertaris Dewan Redaksi : TJIPTO SUSANA MONTI P. SATIADARMA Jl. Kebayoran Baru No. 85 B, Kebayoran Lama, Velbak Jakarta 12240 Jurnal Psikologi Indonesia terbit dua kali dalam setahun, pada bulan Juni dan Desember. Redaksi menerima tulisan berupa laporan hasil penelitian dalam bidang psikologi yang ...


Description

Sekertaris Dewan Redaksi : TJIPTO SUSANA

MONTI P. SATIADARMA

Jl. Kebayoran Baru No. 85 B, Kebayoran Lama, Velbak Jakarta 12240

Jurnal Psikologi Indonesia terbit dua kali dalam setahun, pada bulan Juni dan Desember. Redaksi menerima tulisan berupa laporan hasil penelitian dalam bidang psikologi yang dilakukan oleh para ahli atau pemerhati psikologi. Tulisan dikirimkan dalam bentuk hard copy dan soft copy melalui alamat redaksi dalam satu berkas, atau soft copy dikirimkan secara terpisah melalui e-mail dengan alamat: [email protected].

HIMPSI

ISSN: 0853 - 3098

2013, Volume X, No. 2

 GAMBARAN PERAN GANDA PEREMPUAN PEDAGANG KAKI LIMA DI JAKARTA MENURUT TEORI GILLIGAN (DUAL ROLES OF WOMEN STREET VENDORS IN JAKARTA BASED ON GILLIGAN THEORY) Inez Kristanti, Catherina Kartika Hapsari, Irwan Tanuwijaya, Gregorius Dewandoro Guritno, Marlin Gabriella Rusli, Johanes Haryo Seno, & Eunike Sri Tyas Suci Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya  EFEKTIVITAS TERAPI KOGNITIF PERILAKU TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA WANITA KANKER PAYUDARA TAHAP AWAL (THE EFFECTIVENESS OF BEHAVIORAL COGNITIVE THERAPY TO REDUCE DEPRESSION IN WOMEN WITH EARLY BREAST CANCER) Ayu Larasati & Tri Kurniati Ambarini Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga  ASESMEN UNTUK DETEKSI DINI BODY DYSMORPHIC DISORDER (BDD) PADA REMAJA PEREMPUAN (ASSESMENT TO EARLY DETECT BODY DYSMORPHIC DISORDER [BDD] IN ADOLESCENT GIRLS) Elita Tandy & Monique Elizabeth Sukamto Universitas Surabaya  PENGARUH DAYA TARIK EMOSIONAL IKLAN KOSMETIK TERHADAP NIAT MEMBELI MELALUI SIKAP TERHADAP IKLAN DAN MEREK PADA PEREMPUAN REMAJA AKHIR (THE EFFECTS OF EMOTIONAL APPEAL OF COSMETICS’ ADVERTISING ON BUYING INTENTION IN LATE ADOLESCENT FEMALES MEDIATED BY ATTITUDE TOWARD ADVERTISING AND TOWARD BRAND) Monika Dika Praba Novintasari & Agung Santoso Universitas Sanata Dharma  EFEKTIVITAS PROGRAM PSIKOEDUKASI UNTUK MENINGKATKAN KEBERMAKNAAN HIDUP BAGI NARAPIDANA WANITA NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (EFFECTIVENESS OF PSYCHOEDUCATION PROGRAM TO IMPROVE LIFE MEANINGFULNESS IN FEMALE INMATES WITH NARCOTICS AND PSYCHOTROPICS) Sukma Noor Akbar Universitas Lambung Mangkurat

Pengantar Perempuan dengan segala eksistensinya tentu berbeda dengan laki-laki. Secara sosial merela dikonstruksi berbeda dengan laki-laki. Oleh karena itu ada beberapa dinamika psikologis yang menjadi ciri khas perempuan. Volume ini menyajikan tulisan-tulisan hasil penelitian tentang perempuan. Inez Kristanti, Catherina Kartika Hapsari, Irwan Tanuwijaya, Gregorius Dewandoro Guritno, Marlin Gabriella Rusli, Johanes Haryo Seno, dan Eunike Sri Tyas Suci dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, membuka volume ini dengan tinjauan terhadap peran ganda perempuan pedagang kaki lima lewat kerangka tahap perkembangan moral perempuan dari Gilligan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing partisipan dapat menjalani peran gandanya sebagai pekerja dan ibu rumah tangga dengan baik dibantu oleh orang-orang terdekat mereka. Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan mengenai cara mereka mengakomodir tuntutan kedua peran dan aspirasi pribadinya. Kanker payudara merupakan salah satu penyakit degeneratif paling mematikan yang mengancam kaum perempuan. Penyakit fisik ini menimbulkan penderitaan yang makin besar bagi perempuan karena payudara adalah salah satu organ yang mempunyai arti penting bagi wanita karena merupakan ciri seks sekunder yang memberi salah satu identitas bahwa ia seorang wanita. Wanita dengan kanker payudara mengalami perasaan akan kehilangan feminitas-nya, merasa tubuhnya tidak sempurna lagi, serta merasa memiliki masalah dalam body-image, seksualitas, bahkan hubungan intim. Oleh karena itu perempuan penderita kanker payudara, perlu dibantu untuk menurunkan distres karena selain mengalami gangguan fisik, mereka juga mengalami aneka jenis gangguan psikis atau emosi. Pada artikel kedua, Ayu Larasati dan Tri Kurniati Ambarini dari Universitas Airlangga Surabaya berupaya melakukan intervensi untuk mengurangi penderitaan psikologis perempuan penderit kanker payudara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi kognitif perilaku terbukti efektif untuk membantu menurunkan depresi pada wanita penderita kanker tahap awal. Pada artikel ketiga, Elita Tandy dan Monique Elizabeth Sukamto dari Universitas Surabaya semakin menegaskan bahwa tubuh, bagi wanita memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan identitas. Penelitian ini memaparkan selukbeluk Body dysmorphic disorder (BDD), yaitu gangguan psikologis yang ditandai oleh perhatian berlebihan terhadap kecacatan penampilan yang dibayangkan, sehingga penderita mengalami distress yang signifikan secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting yang lain. Gangguan ini biasanya dimulai pada masa remaja saat orang pada umumnya menjadi sangat sensitif terhadap penampilan fisik. Sebagai upaya membantu menanggulanginya mereka melaporkan karya mereka berupa metode asesmen untuk melakukan deteksi dini BDD pada remaja perempuan. Pentingnya penampilan fisik bagi perempuan juga menyebabkan maraknya kemunculan berbagai macam produk kosmetik. Munculnya produk-produk baru kosmetik ini, mendorong para pemasar untuk membuat strategi yang paling efektif dalam mempertahankan konsumen. Pada artikel keempat, Monika Dika Praba Novintasari dan Agung Santoso dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

i

dengan menggunakan Structural Equation Modelling menemukan bahwa daya tarik emosional iklan kosmetik berpengaruh terhadap niat membeli melalui sikap terhadap iklan dan merek pada perempuan remaja akhir. Volume ini diakhiri dengan tulisan Sukma Noor Akbar dari Universitas Lambung Mangkurat tentang perempuan penghuni lapas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program psikoedukasi terbukti efektif dapat meningkatkan kebermaknaan hidup pada narapidana perempuan pengguna narkotika dan psikotropika. Inilah gambaran tentang dinamika perempuan menurut kacamata psikologi yang disajikan dalam volume ini. Selamat membaca!

ii

Jurnal Psikologi Indonesia 2013, Vol. X, No. 2, 57-66, ISSN. 0853-3098

Himpunan Psikologi Indonesia

GAMBARAN PERAN GANDA PEREMPUAN PEDAGANG KAKI LIMA DI JAKARTA MENURUT TEORI GILLIGAN (DUAL ROLES OF WOMEN STREET VENDORS IN JAKARTA BASED ON GILLIGAN THEORY)

Inez Kristanti, Catherina Kartika Hapsari, Irwan Tanuwijaya, Gregorius Dewandoro Guritno, Marlin Gabriella Rusli, Johanes Haryo Seno, & Eunike Sri Tyas Suci Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Tuntutan hidup yang makin tinggi di kota Jakarta membuat sejumlah perempuan ikut terjun menjadi pedagang kaki lima. Namun kenyataannya mereka tidak bisa terlepas dari peran utamanya sebagai istri dan ibu. Adanya tuntutan peran ganda di kalangan pedagang kaki lima perlu dikaji lebih lanjut karena menurut Carol Gilligan, perempuan lebih berfokus pada ‘care reasoning’ dalam mempertimbangkan tindakan yang akan dilakukan. Penelitian ini betujuan meninjau peran ganda perempuan pedagang kaki lima lewat kerangka tahap perkembangan moral perempuan dari Gilligan. Menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini mewawancarai secara mendalam (in-depth interview) pengalaman empat perempuan pedagang kaki lima dalam menjalankan peran gandanya. Keempat partisipan yang terpilih secara purposive mempunyai variasi asal daerah dan status pekerjaan suami. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing partisipan dapat menjalani peran gandanya sebagai pekerja dan ibu rumah tangga dengan baik dibantu oleh orang-orang terdekat mereka. Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan mengenai cara mereka mengakomodir tuntutan kedua peran dan aspirasi pribadinya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh kebudayaan asal mereka walaupun faktor tekanan ekonomi serta pengalaman hidup partisipan juga berperan. Partisipan dengan tekanan ekonomi yang lebih besar cenderung tidak dapat menjadikan pekerjaannya sebagai aspirasi pribadinya oleh karena keadaan yang terlalu menekan. Mereka cenderung menempati tahapan moral reasoning Gilligan dengan mengorbankan keinginan pribadinya untuk bekerja. Oleh karena itu, perlu ada kajian lebih lanjut mengenai aplikasi dari teori perkembangan moral Gilligan dalam masyarakat yang secara ekonomi tertekan dan terhimpit. Kata kunci: pedagang kaki lima; Carol Gilligan; moral reasoning; peran ganda perempuan As living in Jakarta becomes more demanding, a number of women are forced to make a living by taking a job as street vendors. Furthermore, they remain to be responsible as wives and mothers. The dual roles among street vendors need to be studied further because according to Carol Gilligan, women focus more on care reasoning in considering what to do. The goal of this study is to review the dual roles of women street vendors through a framework of Gilligan’s stages of moral development in women. Using a qualitative approach, this research interviewed four women street vendors in performing their dual roles. The participants purposively selected have variations in their origin and status of their husbands’ occupations. The results of this study indicates that each participant perform their double role as a worker and a housewife properly if assisted by their significant others. Nevertheless, there are some differences on how they accommodate the demands of both roles and personal aspirations. These differences are influenced by the culture of their origin, although economic factors and experiences with all the pressures affected them as well. Participants with greater economic pressures tend not to make the job as their personal aspirations. This condition puts them on the lower stage of Gilligan’s moral reasoning compared to the others with better economic conditions. Further studies need to explore the application of Gilligan’s theory of moral development in an economically depressed and oppressed sub-group of population. Keywords: street vendor; Carol Gilligan; moral reasoning; women’s dual roles

Indonesia disinyalir sebagai negara yang mempunyai tingkat urbanisasi tertinggi di dunia setelah negara-negara di kawasan Amerika Latin (Suyanto, Hermintoyo, & Astuti, 2002). Hal ini salah satunya disebabkan karena adanya peluang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Gugler (1996) mengatakan bahwa di negara-negara berkembang, kehidupan yang paling sulit di

kota pun masih lebih nyaman dibandingkan dengan kehidupan di desa. Sebenarnya jumlah penduduk yang besar di kota tidak menjadi masalah apabila diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja bagi mereka. Akan tetapi, situasi di Indonesia tidaklah demikian adanya, karena lapangan kerja di perkotaan tidak mudah didapatkan (Suyanto et al., 2002).

58 INEZ K., C. KARTIKA H., IRWAN T., G. DEWANDORO G., M.G. RUSLI, J.H. SENO, & E. SRI T.

Dengan sulitnya mendapatkan lapangan kerja, sektor informal menjadi bumper atau katup pengaman perekonomian masyarakat perkotaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya fakta bahwa sektor informal pada tahun 1999 menampung tenaga kerja sebesar 61,99% dari seluruh angkatan kerja di Indonesia. Jayadinata (1999) mengatakan bahwa karakteristik sektor informal yang bentuknya tidak terorganisir, cara kerjanya tidak teratur, bergantung dari biaya sendiri atau sumber tak resmi, membuat banyak anggota masyarakat kelas bawah memilih tipe usaha ini. Mereka merupakan kelompok masyarakat yang tidak terakomodasi dalam sektor formal, karena pada umumnya mereka merupakan penduduk miskin yang berpenghasilan dan/ atau berpendidikan rendah. Dengan tingginya taraf hidup di perkotaan, tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup bukan hanya menjadi tanggung jawab kaum laki-laki saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab kaum perempuan, tidak terkecuali di sektor informal (Yamani, 2009). Alasan utama perempuan bergerak di sektor informal terutama sebagai pedagang kaki lima adalah karena dorongan kebutuhan ekonomi keluarganya. Indrawati (2009) juga mengatakan bahwa di lingkungan keluarga menengah ke bawah, aktivitas perempuan di luar rumah merupakan sebuah upaya pemenuhan kebutuhan yang tidak mampu ditanggulangi sendiri oleh kaum laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Melihat setidaknya ada dua tuntutan pada diri perempuan pedagang kaki lima (sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja), maka dinamika peran ganda yang ada tentunya akan sangat menarik untuk ditinjau lebih jauh dalam kaitannya dengan bagaimana ia memposisikan dirinya di antara tuntutan tersebut. Jika ditinjau dari sudut pandang psikologi perempuan, kebanyakan anak-anak sangat dekat dengan ibunya (Nurrachman, 2011). Secara budaya, peran ibu mendapat penekanan tertentu sehingga peran ganda yang dijalani oleh perempuan sangat membutuhkan perhatian khusus. Peran ganda ini menjadi lebih penting lagi untuk ditinjau mengingat perempuan cenderung memposisikan dirinya sebagai pihak yang harus memenuhi tuntutan peran dan lingkungan di sekitarnya. Selain itu,

dinamika peran ganda ini pun tentunya berbeda antara perempuan yang bekerja di sektor informal karena adanya tuntutan ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang bekerja di sektor formal yang memiliki motivasi lebih beragam. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menemukan adanya kebutuhan untuk meninjau lebih lanjut mengenai cara perempuan yang bekerja di sektor informal sebagai pedagang kaki lima menjalani peran gandanya sebagai pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Gambaran peran ganda yang dialami oleh perempuan pedagang kaki lima akan ditinjau lewat kerangka teori moral reasoning yang dikembangkan Carol Gilligan. Gilligan (1977) dalam artikelnya In a Different Voice: Women’s Conceptions of Self and of Morality mengkonseptualisasikan tentang cara perempuan mengakomodir tuntutan di sekitarnya. Menurutnya, cara perempuan mengakomodir tuntutan di sekitarnya terkait dengan moral reasoning yang berbeda dari laki-laki. Moral reasoning ini dikonseptualisasikannya ke dalam 3 tahap. Tahap pertama disebut “orientation to individual survival”, dimana perempuan cenderung melakukan tindakan dengan mengutamakan kepentingan individual. Pada tahap ini, perempuan memfokuskan perhatian kepada diri sendiri terlepas dari segala tuntutan yang ada di sekitarnya. Setelah itu, perempuan dapat beranjak ke tahap berikutnya, saat mana perempuan mengalami transisi pertama “from selfishness to responsibility.” Transisi ini ditandai dengan kritisasi dari level of judgment yang dimiliki sebelumnya yang dinilai terlalu selfish dan individu akhirnya menyadari adanya tanggung jawab (responsibility) terhadap lingkungan yang harus ia tanggung. Setelah itu, perempuan masuk pada tahap kedua yang disebut dengan “goodness of self-sacrifice.” Pada tahap ini perempuan berfokus pada partisipasinya dalam memenuhi tuntutan sosial dan cenderung mengorbankan dirinya untuk memenuhi tuntutan tersebut. Perempuan dapat beranjak ke tahap berikutnya dengan mengalami transisi kedua “from goodness to truth,” di mana perempuan mulai mempertanyakan logika dari self-sacrifice di dalam morality of

INEZ K., C. KARTIKA H., IRWAN T., G. DEWANDORO G., M.G. RUSLI, J.H. SENO, & E. SRI T. 59

care yang ada pada tahap kedua. Akhirnya, berdasarkan pertanyaan ini, perempuan bisa mencapai tahap ketiga yang disebut sebagai “the morality of non-violence” yang ditandai dengan kemampuan untuk mengakomodir kepentingan pribadi dengan tuntutan sosial serta kemampuan untuk menyelesaikan konflik antara keduanya. Teori Gilliga di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kematangan moral reasoning perempuan, maka semakin mampu pula perempuan mengakomodir tuntutan-tuntutan di sekitarnya dengan aspirasi pribadinya. Meskipun demikian, peneliti melihat bahwa kelompok perempuan pedagang kaki lima adalah kelompok perempuan dengan tantangan yang besar dalam memenuhi tahapan-tahapan moral reasoning Gilligan tersebut. Pasalnya, dalam keadaan ekonomi yang terhimpit, mereka harus menjalani tuntutan sebagai pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat gambaran peran ganda perempuan pedagang kaki lima berdasarkan konsep moral reasoning Gilligan. Secara lebih spesifik, tujuan ini akan dicapai dengan melihat tiga aspek dalam moral reasoning perempuan pedagang kaki lima, yaitu: (1) cara individu mengakomodir antara tuntutan dua peran yang ia jalani (sebagai pekerja dan sebagai ibu rumah tangga); (2) cara individu mengakomodir tuntutan di sekitarnya dengan aspirasi pribadinya; (3) tahap moral reasoning individu yang ditentukan berdasarkan cara individu mengakomodir antara tuntutan dua peran yang ia jalankan serta cara individu mengakomodir tuntutan di sekitarnya dengan aspirasi pribadinya. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan kriteria partisipan sebagai berikut: perempuan pedagang kaki lima, sudah menikah, suami tinggal bersamanya, serta memiliki minimal dua orang anak yang masih dalam usia sekolah yang tinggal bersamanya. Kriteria-kriteria tersebut ditentukan karena penelitian ini ingin mengeksplorasi perspektif dan pengalaman partisipan tentang peran ganda yang dialaminya sebagai pedagang kaki lima dan sebagai ibu rumah tangga. Dengan demikian

peneliti tetap fokus pada isu utama yang diteliti dan memungkinkan partisipan untuk mengungkapkan perspektif dan pengalaman individualnya (Patton, 2002). Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam (in-depth interview). Panduan wawancara disusun berdasarkan kerangka teori Gilligan yang menilai moralitas perempuan berdasarkan caranya mengakomodir tuntutan di sekitarnya dengan aspirasi pribadinya. Berdasarkan premis tersebut, maka pengejawantahan teori Gilligan dalam konteks perempuan pedagang kaki lima dapat dilihat dari 3 aspek: (1) cara perempuan pedagang kaki lima mengakomodir antara tuntutan dua peran yang ia jalani (sebagai pekerja dan sebagai ibu rumah tangga); (2) cara perempuan pedagang kaki lima mengakomodir tuntutan di sekitarnya dengan aspirasi pribadinya; (3) tahap moral reasoning perempuan pedagang kaki lima yang ditentukan berdasarkan kedua hal sebelumnya. Berdasarkan aspek-aspek tersebut juga peneliti kemudian melakukan coding terhadap verbatim hasil wawancara. Selanjutnya, analisis dilakukan dengan metode content analysis, di mana peneliti akhirnya mengidentifikasi pola yang konsisten serta makna dari data-data yang diperoleh tanpa mengabaikan keunikan individu. Untuk mendapatkan variasi informasi kualitatif, peneliti menseleksi partisipan dengan latar belakang yang bervariasi sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 1. Dari tabel tersebut tampak bahwa peneliti mendapatkan dua partisipan beretnis Jawa (berasal dari Temanggung dan Wonosobo), dan dua partisipan lain beretnis Sunda (berasal dari Cikijing dan Cirebon). Jenis dagangan yang dijual keempat partisipan bervariasi dari minuman dan rokok, gorengan, ketupat sayur, hingga nasi dan kopi. Pekerjaan sebagai penjual kaki lima sudah ditekuni oleh partisipan dalam rentang waktu yang bervariasi pula, yaitu satu bulan, dua tahun, tiga tahun, dan lima tahun. Sementara itu, pekerjaan suami dari keempat partisipan berbeda satu dengan yang lain, seperti pembuat dan penjual roti, bekerja serabutan, pedagang kaki lima, dan pengangguran. Dua dari keempat suami tersebut juga membantu istrinya berdagang di kaki lima.

60 INEZ K., C. KARTIKA H., IRWAN T., G. DEWANDORO G., M.G. RUSLI, J.H. SENO, & E. SRI T.

Tabel 1 Latar Belakang Partisipan Partisipan 1 (Ibu Sari*)

Partisipan 2 (Ibu Nunik*)

Partisipan 3 (Teteh Ririn*)

Temanggung, Jawa Tengah Jawa** 31 tahun

Wonosobo, Jawa Tengah Jawa** 40 tahun

Cirebon, Jawa Barat Sunda** 37 tahun

Jenis barang yang dijual

Ketupat sayur

Nasi dan kopi

Cikijing, Jawa Barat Sunda** 33 tahun Minuman (kopi, air, teh), cemilan, rokok

Lama bekerja

1 bulan

2 tahun

3 tahun

5 tahun

Pekerjaan suami

Pembuat dan penjual roti

Menganggur

Bekerja serabutan atau berdagang bersama Teteh Ririn

Berdagang sebagai pedagang kaki lima bersama Ibu Aminah

Jumlah anak

3 (12 tahun, 6 tahun, 6 bulan)

2 (17 tahu...


Similar Free PDFs