Kasus World Com dan Arthur Andersen PDF

Title Kasus World Com dan Arthur Andersen
Author Kezia Yohana
Course Auditing 1
Institution Universitas Gadjah Mada
Pages 3
File Size 63.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 329
Total Views 440

Summary

Nama: Kezia YohanaNIM : 19/444747/EK/Pengauditan 1 (C)Kasus WorldCom dan Arthur AndersenPada tahun 2002, perusahaan terbesar kedua di Amerika Serikat, WorldCom, dengan terpaksa menyatakan pailit setelah ketahuan melakukan kecurangan pada laporan keuangan. WorldCom merupakan perusahaan penyedia layan...


Description

Nama: Kezia Yohana NIM : 19/444747/EK/22565 Pengauditan 1 (C)

Kasus WorldCom dan Arthur Andersen

Pada tahun 2002, perusahaan terbesar kedua di Amerika Serikat, WorldCom, dengan terpaksa menyatakan pailit setelah ketahuan melakukan kecurangan pada laporan keuangan. WorldCom merupakan perusahaan penyedia layanan telepon jarak jauh yang memperoleh pendapatan sebesar US$152 juta pada tahun 1990 kemudian memperoleh US$392 milyar pada tahun 2001. WorldCom awalnya berdiri pada tahun 1983 di Hattiesburg, Mississippi dengan nama Long Distance Discount Services, Inc (LDDS). Pada tahun 1985, CEO LDDS adalah Bernard Ebbers. LDDS go public melalui merger dengan Advantage Companies, Inc pada tahun 1989. Setelah merger tersebut, nama perusahaan berubah menjadi LDDS WorldCom. Akan tetapi, pada tahun 2003 nama perusahaan berubah menjadi WorldCom yang dikenal sekarang ini. Pertumbuhan perusahaan WorldCom yang paling utama didorong oleh akuisisi terhadap perusahaan-perusahaan telekomunikasi di tahun 1990-an dan mencapai puncaknya ketika mengakuisisi MCI pada tahun 1998. Perusahaan ini memiliki kode saham WCOM di bursa Nasdaq dan memiliki 80.000 pegawai di seluruh dunia dan sebanyak 8.300 di antaranya adalah pegawai yang tinggal di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. WorldCom mengalami kemerosotan pada tahun 2000. Hal ini terjadi sebab pendapatan perusahaan menurun, hutang semakin banyak, dan nilai saham terus menurun. Melihat kondisi tersebut Bernard Ebbers selaku CEO, Scott Sullivan selaku CFO, dan David Myers selaku auditor mengambil jalan keluar dengan cara mengubah laporan keuangan.

Penipuan yang dilakukan perusahaan dilakukan dengan dua cara. Perusahaan melakukan underreporting line cost dengan memanfaatkan biaya-biaya pada neraca daripada fakta pengeluaran mereka. Perusahaan menggelembungkan pendapatan dengan memasukkan catatan akuntansi palsu dari alokasi dana perusahaan yang belum diisi. Pada tahun 2002, sebuah tim audit internal WorldCom bekerja secara rahasia untuk menyelidiki dan menggali kemana alokasi dana perusahaan yang hilang sebesar US$3,8 milyar. Ditemukan bahwa dana tersebut diselewengkan oleh CEO dan rekan-rekan kerjanya untuk memperkaya diri mereka sendiri. Temuan oleh audit internal ini lalu dilaporkan ke Komite Audit Perusahaan. Arthur Andersen sebagai auditor eksternal independen merupakan pihak yang seharusnya menjunjung tinggi independensi dan profesionalisme. Akan tetapi, justru melakukan pelanggaran dengan tidak melaporkan temuan audit yang dimanipulasi oleh WorldCom. Arthur Andersen tidak memiliki integritas sehingga kecurangan yang dilakukan tidak diungkapkan dalam opini auditor. Selain itu, kecurangan terjadi karena adanya hubungan antara Arthur Andersen dengan Sullivan & Myers dulu bekerja di KAP Arthur Andersen sebelum bergabung dengan WorldCom. Arthur Andersen mencatat biaya sewa yang seharusnya merupakan biaya operasional rutin sehingga bisa disebar untuk jangka sepuluh tahun. Biaya tersebut dicatat WorldCom sebesar US$500-800 juta per kuartalnya. Dengan manipulasi data seperti ini, WorldCom bisa melaporkan laba bersih US$1,4 milyar pada kuartal 1 tahun 2021 dan US$127 juta pada kuartal 1 tahun 2002. Informasi inilah yang menyesatkan para investor dan kreditor. Pada kasus ini jelas terjadi kecurangan pelaporan keuangan. Kecurangan yang dilakukan adalah earning management (pengaturan laba), yaitu tindakan manajemen yang disengaja untuk memenuhi tujuan laba. Kondisi kecurangan pada kasus ini yaitu pressure dari atasan untuk memanipulasi laporan keuangan, chance atau kesempatan untuk memanipulasi laporan keuangan, dan rasionalisasi untuk melakukan tindakan yang tidak jujur. Pada kasus ini tidak ditetapkan tone at the top dimana seharusnya kejujuran dan integritas manajemen akan memperkuat kejujuran dan integritas karyawan di seluruh organisasi. Manajemen juga tidak melakukan tanggung jawabnya dalam melakukan pengendalian internal

yang memadai sehingga kecurangan laporan keuangan terjadi. Akan tetapi, internal auditor WorldCom mampu merespon situasi ini dengan baik yaitu menilai risiko kecurangan dan mendeteksi salah saji yang material dan melaporkannya ke pihak berwenang....


Similar Free PDFs