Kebutuhan air karet DOCX

Title Kebutuhan air karet
Author Johan Indria
Pages 5
File Size 19.5 KB
File Type DOCX
Total Downloads 721
Total Views 815

Summary

INTERAKSI KINERJA KLON KARET DENGAN UNSUR – UNSUR IKLIM 1. Curah Hujan Curah hujan minimum bagi tanaman karet adalah 1500 mm/tahun dengan distribusi merata (Dijkman, 1951 dan William et al. 1980). Secara umum tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada kisaran curah hujan 1500 – 3000 mm/tahun dengan...


Description

INTERAKSI KINERJA KLON KARET DENGAN UNSUR – UNSUR IKLIM 1. Curah Hujan Curah hujan minimum bagi tanaman karet adalah 1500 mm/tahun dengan distribusi merata (Dijkman, 1951 dan William et al. 1980). Secara umum tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada kisaran curah hujan 1500 – 3000 mm/tahun dengan distribusi merata. Besarnya evapotranpirasi atau kebutuhan air tanaman karet adalah setara dengan evaporasi yang diukur dengan panci klas A atau 3 – 5 mm per hari untuk kondisi di Indonesia (Haridas, 1985). Curah hujan 100 – 150 mm akan dapat mencukupi kebutuhan air tanaman karet selama 1 bulan (Rao dan Vijayakumar, 1992). Curah hujan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada penyadapan, dan meningkatkan serangan penyakit. Serangan penyakit gugur daun Collectrichum yang berat terjadi pada wilayah dengan curah hujan diatas 3000 mm/tahun (Basuki, 1990). Kekeringan sebaliknya akan menekan pertumbuhan, dan produksi tanaman karet. Pada penelitian didaerah kering di Dapchari (India) dengan 7 bukan kering per tahunnya, tanaman karet klon RRIM 600 pada umur 9 tahun hanya dapat mencapai lilit batang 40 cm (Devakumar et al. 1998). Setelah tanaman masuk matang sadap, produktivitasnya hanya mencapai 1000 kg/ha/tahun (Vijayakumar, personal communication). Pengaruh kekeringan terhadap pertumbuhan, dan produksi tanaman karet biasanya dinyatakan dengan menggunakan suatu indeks yang merupakan rasio antara evapotranpirasi aktual dengan evapotranspirasi potensial (Ortolani et al. 1998). Rao dan Vijayakumar (1993) menyatakan bahwa produksi karet menurun secara linear dengan menurunnya ratio antara evapotranpirasi aktual dengan evapotranspirasi aktual. Karena evapotranpirasi dipengaruhi oleh faktor tanaman, unsur iklim, dan sifat fisik tanah, suatu program komputer untuk menghitung neraca air tanaman pada berbagai tekstur tanah akan sangat membantu dalam mengkuantifikasikan dampak kekeringan. Thomas (1996) membuat suatu model meraca air tanah secara sederhana dalam bahasa BASIC untuk keperluan simulasi dampak kekeringan pada tanaman karet. Model tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : Eta/Eto = 1 – e(-kv) Dimana Eta = evapotranpirasi aktual Eto = evapotranpirasi potensial K = konstanta, masing – masing adalh -7.5, -3.5, -1.5 untuk tekstur tanah lempung berpasir, lempung berliat, dan liat. X = fraksi ketersediaan air tanah...


Similar Free PDFs