Kemajuan Pencegahan Perkawinan Anak di Kabupaten Lombok Barat dan Sukabumi PDF

Title Kemajuan Pencegahan Perkawinan Anak di Kabupaten Lombok Barat dan Sukabumi
Author Diana Pakasi
Pages 135
File Size 3.8 MB
File Type PDF
Total Downloads 300
Total Views 950

Summary

Laporan Endline 2020 “Kemajuan Pencegahan Perkawinan Anak, Dilema tentang Kehamilan Remaja dan Sunat Perempuan” Hasil Penelitian Program Yes I Do (2016–2020) di Lombok Barat dan Sukabumi, Indonesia Gabriella Devi Benedicta, Diana T. Pakasi, Fatimah Az Zahro, Ni Nyoman Sri Natih, Anke van der Kwaak, ...


Description

Laporan Endline 2020

“Kemajuan Pencegahan Perkawinan Anak, Dilema tentang Kehamilan Remaja dan Sunat Perempuan” Hasil Penelitian Program Yes I Do (2016–2020) di Lombok Barat dan Sukabumi, Indonesia

Gabriella Devi Benedicta, Diana T. Pakasi, Fatimah Az Zahro, Ni Nyoman Sri Natih, Reni Kartikawati, Sopar Peranto, Amri Yuharoza, Putri Rahmadhani Unit Kajian Gender dan Seksualitas FISIP UI

Anke van der Kwaak, Tasneem Kakal KIT Royal Tropical Institute

KATA PENGANTAR TENTANG YES I DO Program Yes I Do (2016-2020) bertujuan untuk mengurangi praktik perkawinan anak, kehamilan remaja, dan sunat perempuan di Pakistan (hingga 2018), Indonesia, Ethiopia, Kenya, Mozambik, Zambia, dan Malawi. Program ini adalah kolaborasi antara Plan Belanda, Choice, Rutgers, Amref dan KIT Royal Tropical Institute. Program ini didanai oleh Kementerian Luar Negeri Belanda.

TENTANG KIT ROYAL TROPICAL INSTITUTE KIT Royal Tropical Institute adalah pusat keahlian dan pendidikan independen untuk pembangunan berkelanjutan. KIT membantu pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan perusahaan swasta di seluruh dunia untuk membangun masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan, menginformasikan praktik terbaik dan mengukur dampaknya.

REKOMENDASI KUTIPAN Benedicta, G. D., Pakasi, D. T., Zahro, F. A., Natih, N. N. S., Kartikawati, R., Peranto, S., Yuharoza, A., Rahmadhani, P., Kakal, T., van der Kwaak, A. (2021). Kemajuan Pencegahan Perkawinan Anak, Dilema tentang Kehamilan Remaja dan Sunat Perempuan. Hasil Penelitian Program Yes I Do (2016-2020) di Lombok Barat dan Sukabumi, Indonesia. Amsterdam: KIT Royal Tropical Institute.

COVER PHOTO: Jeroen van Loon

INFORMASI KONTAK Tasneem Kakal ([email protected])

2

UCAPAN TERIMA KASIH Tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh partisipan studi: orang muda, ibu, ayah, aparat pemerintah, kepala desa intervensi, tokoh masyarakat dan agama, petugas kesehatan, guru dan pemangku kepentingan lainnya, atas kontribusi dan partisipasi aktifnya dalam studi ini. Kami juga berterima kasih kepada Aliansi Nasional Yes I Do - yaitu Rutgers Indonesia, Plan International Indonesia, dan Aliansi Remaja Independen (ARI, hingga pertengahan 2019) di Indonesia - Aliansi Yes I Do lokal di Sukabumi dan Lombok Barat serta Aliansi Yes I Belanda Do (Rutgers, Plan Belanda, dan Choice). Tim peneliti mengapresiasi hasil kaji etik kesehatan yang diperoleh dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta dan Komite Etik Penelitian KIT. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan yang diterima dari rekan-rekan KIT di Belanda selama persiapan studi, pengumpulan data, pemrosesan serta analisis data. Kami juga berterima kasih kepada editor Jon Stacey dan Maryse Kok. Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Luar Negeri Belanda yang telah mendanai studi ini di bawah program Yes I Do.

3

DAFTAS ISI DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH KUNCI

7

RINGKASAN EKSEKUTIF

9

1. PENDAHULUAN

16 16

1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Hak dan kesehatan seksual dan reproduksi, perkawinan anak, kehamilan remaja, dan sunat perempuan di Indonesia 1.1.2 Rangkuman program dan kegiatan Yes I Do

16 17

1.2 TUJUAN STUDI BASELINE, MIDLINE, DAN ENDLINE

18

2. METODOLOGI

19

2.1 PARTISIPAN STUDI

19

2.2 LOKASI PENELITIAN

19

2.3 METODE STUDI, SAMPLING, DAN PROSEDUR REKRUTMEN

20

2.3.1 Komponen Kuantitatif

20

2.3.2 Komponen Kualitatif

21

2.4 PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS

22

2.5 JAMINAN KUALITAS DATA

24

2.6 PERTIMBANGAN ETIK

24

3. HASIL PENELITIAN

25

3.1 KARAKTERISTIK POPULASI STUDI

25

3.2 KONTEKS KOMUNITAS DAN MOBILISASI

29

3.2.1 Norma-norma sosial dan kultural terkait gender, perkawinan anak, kehamilan remaja, dan sunat perempuan

29

3.2.2 Agama

31

3.2.3 Peran Gatekeeper

33

3.3 KETERLIBATAN ORANG MUDA

37

3.3.1 Otonomi, Keterlibatan dan Pemberdayaan Orang Muda

37

3.3.2 Mendiskusikan Isu Sensitif dan Komunikasi Inter-Generasi

42

3.4 PENGETAHUAN, PERILAKU, INFORMASI DAN AKSES LAYANAN KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI PADA ORANG MUDA

44

3.4.1 Masalah dan Kecemasan Orang Muda

44

3.4.2 Perilaku Seksual

46

3.4.3 Kekerasan Seksual

48

3.4.4 InformaSi dan Pendidikan

50

3.4.5 Pengetahuan dan Penggunaan Kontrasepsi

54

3.4.6 Penyediaan Dan Penggunaan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi

60

3.5 KEHAMILAN REMAJA

67

3.5.1 Prevalensi Kehamilan Remaja

67

3.5.2 Penyebab dan Kondisi Kehamilan Remaja

69

3.5.3 Pencegahan Kehamilan Remaja

70

3.5.4 Kehidupan Ibu Muda

72

4

3.6 PERKAWINAN ANAK

73

3.6.1 Prevalensi Perkawinan Anak

73

3.6.2 Pengetahuan Tentang Usia Minimum Menikah

75

3.6.3 Keadaan, Sebab Dan Konsekuensi Perkawinan Anak

76

3.6.4 Sikap Terkait Perkawinan Anak

80

3.6.5 Hubungan Antara Perkawinan Dan Kehamilan

82

3.6.6 Dinamika Pengambilan Keputusan Terkait Perkawinan Anak

83

3.6.7 Pencegahan Perkawinan Anak 

86

3.7 SUNAT PEREMPUAN (FGM/C)

91

3.7.1 Keadaan, Pengetahuan, dan Sikap Terkait Sunat Perempuan

91

3.7.2 Kesadaran dan Konsekuensi Sunat Perempuan

95

3.8 PENDIDIKAN DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI

98

3.8.1 Akses terhadap pendidikan dan kesempatan ekonomi (yang lebih tinggi)

98

3.8.2 Keamanan di sekolah

101

3.8.3 Akses ke kesempatan pemberdayaan ekonomi

103

3.9 KEBIJAKAN DAN ISU HUKUM

105

3.9.1 Pencatatan perkawinan

105

3.9.2 Hukum dan kebijakan lokal

106

3.10. ISU TERKAIT COVID-19

111

4. DISKUSI

115

4.1 Pathway 1 – Masyarakat dan gatekeeper telah mengubah perilakunya dan mengambil tindakan, termasuk kebijakan di tingkat desa, untuk mencegah praktek perkawinan anak, kehamilan remaja, dan sunat perempuan

115

4.2 Pathway 2 – Remaja perempuan dan laki-laki secara aktif mengklaim hak anak dan HKSR mereka dan dianggap sebagai mitra sejajar

116

4.3 Pathway 3 – Remaja perempuan dan laki-laki mengambil tindakan yang tepat terkait HKSR mereka

117

4.4 Pathway 4 – Remaja laki-laki dan terutama perempuan memiliki alternatif lain di luar perkawinan anak dan kehamilan remaja melalui pendidikan dan pemberdayaan sosial-ekonomi

118

45 Pathway 5 – Pemangku kebijakan dan pengemban tugas mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan terkait perkawinan anak, kehamilan remaja, dan sunat perempuan

119

4.6 Strategi lintas sektoral

120

4.7 Keterbatasan penelitian

120

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

122

5.1 Kesimpulan

122

5.2 Rekomendasi bagi program di masa mendatang

123

5.3 Rekomendasi bagi penelitian di masa mendatang

125

6. DAFTAR REFERENSI

126

LAMPIRAN

127

5

Daftar Tabel dan Grafik Daftar Tabel Tabel 1 Ringkasan indikator kuantitatif dari waktu ke waktu

12

Tabel 2 Ringkasan indikator kualitatif dari waktu ke waktu

13

Tabel 3 Jumlah responden metode kuantitatif

20

Tabel 4 Metode dan jumlah partisipan komponen kualitatif

21

Tabel 5 Karakteristik demografi responden

25

Tabel 6 Kemudahan membicarakan seksualitas dan perkawinan dengan orang tua

42

Tabel 7 Orang muda memiliki seseorang yang dapat diajak berbicara tentang perasaan/harapan atau kekhawatiran mereka di rumah

43

Tabel 8 Kekhawatiran terkait hak-hak orang muda pada saat endline

45

Tabel 9 Keterlibatan dalam aktivitas dan hubungan seksual pada saat endline

46

Tabel 10 Rata-rata usia melakukan aktivitas dan hubungan seksual pada saat endline

47

Tabel 11 Sumber pemberian pendidikan seksualitas utama dan paling disukai

52

Tabel 12 Kehamilan remaja

68

Tabel 13 Perkawinan anak

74

Tabel 14 Persepsi dan pengetahuan tentang usia minimum untuk menikah

74

Tabel 15 Keterkaitan antara perkawinan dan kehamilan

82

Tabel 16 Pengambilan keputusan tentang pernikahan

83

Tabel 17 Sunat perempuan

92

Tabel 18 Pendidikan dan pemberdayaan ekonomi

98

Tabel 19 Kegiatan pelatihan pada program Yes I Do di Lombok Barat

104

Tabel 20 Rekomendasi bagi program di masa mendatang

123

Daftar Gambar Gambar 1 Peta lokasi penelitian di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lombok Barat

20

Gambar 2 Perbedaan geografis di antara dua kecamatan intervensi: Kecamatan Kediri (kiri) dan Kecamatan Sekotong Timur (kanan)

27

Gambar 3 Taman bermain yang dilengkapi dengan Wi-Fi di depan Desa Sukaraja, di mana anak dan remaja sering berkumpul di sore hari

28

Gambar 4 Pemetaan gatekeeper dalam program Yes I Do

33

Gambar 5 Persentase remaja perempuan dan perempuan muda (kiri) dan remaja laki-laki dan laki-laki muda (kanan) berusia 15-24 tahun yang dapat menentukan sendiri dengan siapa mereka berpacaran

48

Gambar 6 Orang muda yang pernah menerima pendidikan tentang seksualitas dan kesehatan seksual

51

Gambar 7 Alat bantu pengajaran HKSR berbentuk kain celemek yang menggambarkan organ-organ reproduksi

52

Gambar 8 Pengetahuan terhadap metode kontrasepsi modern

55

Gambar 9 Pengetahuan tentang metode kontrasepsi di Lombok Barat

56

Gambar 10 Pengetahuan tentang metode kontrasepsi di Sukabumi

57

Gambar 11 Orang Muda yang pernah menggunakan layanan KSR: Lombok Barat dan Sukabumi

61

Gambar 12 Jenis-jenis layanan KSR yang digunakan (oleh mereka yang pernah menggunakannya) di Lombok Barat

63

Gambar 13 Jenis-jenis layanan KSR yang digunakan (oleh mereka yang pernah menggunakannya) di Sukabumi

64

Gambar 14 Proses mediasi oleh kepala dusun dan KPAD (kiri) dan orang tua (kanan) saat belas

78

Gambar 15 Persentase perempuan muda (15-24 tahun) yang ingin menyunatkan anak perempuan mereka di masa depan

91

Gambar 16 Covid-19 mempengaruhi partisipasi di sekolah (endline)

112

Gambar 17 Covid-19 mempengaruhi partisipasi di tempat kerja (endline)

113

6

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH KUNCI DAFTAR SINGKATAN Singkatan

Kepanjangan

ARI

Aliansi Remaja Independen

Covid-19

Corona Virus-19

CO

Community Organizer

COC

Champion of Change

DP2KBP3A

Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

DP3A

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

DWG

District Working Group

FAD

Forum Anak Desa

FGD

Focus Group Discussion

FGM/C

Sunat/sirkumsisi perempuan

GAMAK

Gerakan Anti Merarik Kodeq

HIV

Human Immunodeficiency Virus

HKSR

Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi

IUD

Kontrasepsi Spiral

KLA

Kabupaten Layak Anak

KPAD

Kelompok Perlindungan Anak Desa

KSR

Kesehatan Seksual dan Reproduksi

KTD

Kehamilan Tidak Direncanakan

KUA

Kantor Urusan Agama

LPAR

Lembaga Perlindungan Anak Rembang

OR

Odds ratio

PATBM

Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat

PKBM

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

PKPR

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

PUPUK

Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil

PUS

Pasangan Usia Subur

SDGs

Sustainable Development Goals

SIMKAH

Sistem Informasi Manajemen Nikah

SETARA

Semangat Dunia Remaja

SRA

Sekolah Ramah Anak

UU

Undang-Undang

7

DEFINISI ISTILAH Istilah

Definisi

Amil

Petugas pencatat dan pengurus perkawinan di tingkat kecamatan

Belas

Memisahkan pasangan untuk dinikahkan dengan konsekuensi membatalkan pernikahan melalui mekanisme adat

Belian

Dukun sunat dalam bahasa Sasak

Community Organizer (CO)

Staf mitra pelaksana yang berurusan dengan aparat desa dan bertugas memfasilitasi proses pembentukan dan mendukung pendampingan teknis KPAD, memulai diskusi di desa, dll. CO biasanya mereka yang berusia muda.

Laki-laki muda

Responden dan partisipan studi laki-laki usia 20-24 tahun

Merariq (Sasak)

Tradisi membawa mempelai perempuan pergi dari rumahnya tanpa disadari oleh orang tua, kerabat dekat atau anggota keluarga lainnya

Merariq kodeq

Perkawinan anak (dalam budaya Sasak)

Motekar

Motivator Ketahanan Keluarga

Musrenbang

Forum perencanaan pembangunan desa

Orang muda

Responden dan partisipan studi perempuan dan laki-laki usia 15-24 tahun

Paraji

Dukun bayi dalam bahasa Sunda

Perbup

Peraturan Bupati

Perda

Peraturan Daerah

Perdes

Peraturan Desa

Perempuan muda

Responden dan partisipan studi perempuan usia 20-24 tahun

Polindes

Pondok Bersalin Desa

Posyandu

Pos Pelayanan Terpadu

Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat

Remaja

Responden dan partisipan studi perempuan dan laki-laki usia 15–19 tahun

Remaja perempuan

Responden dan partisipan studi perempuan yang berusia 15–19 tahun

Remaja laki-laki

Responden dan partisipan studi laki-laki yang berusia 15–19 tahun

Siri

Perkawinan secara agama (Islam) dan tidak terdaftar secara resmi

Ta’aruf

Mengenal satu sama lain sebelum menikah dalam Islam

Tesuci

‘Menyucikan’ perempuan melalui sunat perempuan

Usia anak

Orang yang berusia di bawah 18 tahun

Zina

Melakukan hubungan seksual sebelum dan/atau di luar pernikahan

8

RINGKASAN EKSEKUTIF Pengantar Penelitian endline Yes I Do dilakukan untuk mengamati perubahan yang terjadi selama program Yes I Do dimulai pada tahun 2016 dan berakhir pada tahun 2020, pada lima pathway teori perubahan. Penelitian ini menggunakan metode mix-method yang dilaksanakan di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Sukabumi. Program Yes I Do berfokus pada penanganan isu-isu yang saling berkaitan, yakni perkawinan anak, kehamilan remaja, dan sunat perempuan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik penelitian berupa survei dan komponen kualitatif melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) dan wawancara mendalam.

Temuan Sejak awal pelaksaan program Yes I Do, normal sosial dan norma gender di Lombok Barat dan Sukabumi telah bergeser ke arah kesetaraan gender. Hal ini ditunjukkan melalui bagaimana orang tua menjadi lebih sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan dan peluang yang setara bagi anak laki-laki dan perempuan dalam hal pendidikan dan kemudian, untuk berpartisipasi dalam dunia kerja. Baik ibu maupun ayah berusaha agar anak perempuannya tetap melanjutkan pendidikan, dibandingkan menikahkan mereka di usia anak. Berkaca pada tiga indikator dampak utama perkawinan anak, kehamilan remaja, dan sunat perempuan, meskipun terdapat penurunan dari waktu ke waktu jika menggabungkan data dari kedua kabupaten, terdapat perbedaan besar di antara kedua wilayah intervensi. Pada indikator kuantitatif (lihat Tabel 1) dan indikator kualitatif (lihat Tabel 2), kemajuan pada isu perkawinan anak dan kehamilan remaja di Sukabumi lebih tinggi dibandingkan dengan Lombok Barat. Tidak banyak perubahan yang terjadi pada keadaan dan alasan yang menyebabkan perkawinan anak. Di Lombok Barat, perkawinan anak masih terus terjadi karena merariq1 dan sulitnya penerapan mekanisme belas2 dalam merariq kodeq (perkawinan anak). Penelitian ini menemukan adanya peningkatan laporan terkait perkawinan anak, yang mungkin berkontribusi pada meningkatnya kasus perkawinan anak. Di Sukabumi, perkawinan anak utamanya terjadi karena adanya kehamilan pranikah, kekhawatiran orang tua tentang zina, faktor ekonomi, dan perjodohan oleh orang tua. Kehamilan pranikah masih dianggap tabu, dan satu-satunya solusi yang dapat diterima oleh masyarakat adalah dengan menikahkan perempuan yang mengalami kehamilan pranikah. Terlepas dari pelibatan dan peningkatan kepekaan banyak gatekeeper, upaya mencegah orang tua untuk menikahkan anak perempuannya yang mengalami kehamilan pranikah tetap menjadi tantangan. Hal ini dikarenakan adanya stigma yang melekat pada anak yang dilahirkan di luar perkawinan. Kelompok Perlindungan Anak Desa (KPAD) di desa dihadapkan pada tantangan untuk menavigasi norma-norma dalam masyarakat dan kesejahteraan orang muda pada kasus-kasus tersebut. Hal ini dilakukan karena fokus mereka adalah agar anak perempuan bisa tetap menyelesaikan pendidikannya. Namun, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkawinan tanpa persetujuan orang tua. 1

Merariq (Sasak) adalah praktik membawa lari calon pengantin perempuan dari rumahnya, tanpa sepengetahuan orang tua, keluarga, atau sanak saudara.

2 Belas (Sasak) adalah pemisahan calon pengantin yang berarti membatalkan terjadinya perkawinan melalui mekanisme adat.

9

Terdapat sedikit perubahan pada tingkat pengetahuan, pandangan, dan sikap terhadap sunat perempuan. Tingkat sunat perempuan di Lombok Barat yang lebih rendah dikarenakan beberapa alasan, termasuk agama yang bervariasi. Dukun bayi masih melakukan sunat perempuan. Ibu masih menjadi pihak yang membuat keputusan untuk menyunatkan anak perempuannya. Topik pencegahan sunat perempuan masih sensitif untuk dibicarakan di masyarakat. Ada beberapa advokasi yang dilakukan bersama dengan pemuka agama dengan menggunakan narasi keagamaan untuk mengubah sikap terkait sunat perempuan. Meskipun demikian, teta...


Similar Free PDFs