Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan PDF

Title Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan
Author Ade Heryana
Pages 84
File Size 23.8 MB
File Type PDF
Total Downloads 228
Total Views 911

Summary

Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan | Ade Heryana, S.St, M.KM [Draft] Kepemimpinan Berfikir Sistem Aplikasi pada Bidang Kesehatan Oleh: Ade Heryana, S.St, M.KM Untuk sitasi gunakan format berikut: Heryana, A. (2019). Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehat...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan Ade Heryana Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Bunga Rampai Isu-isu Terkini Administ rasi & Kebijakan Kesehat an.pdf Ade Heryana Buku Ajar Met odologi Penelit ian pada Kesehat an Masyarakat Edisi Revisi.pdf Ade Heryana Akunt ansi Biaya Pelayanan Kesehat an Ade Heryana

Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan | Ade Heryana, S.St, M.KM

[Draft]

Kepemimpinan Berfikir Sistem Aplikasi pada Bidang Kesehatan

Oleh: Ade Heryana, S.St, M.KM

Untuk sitasi gunakan format berikut: Heryana, A. (2019). Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan. Jakarta: e-book tidak dipublikasikan.

Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan | Ade Heryana, S.St, M.KM

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..

i

BAB 1 – Mengapa Kepemimpinan Berfikir Sistem ? …………………..

1

BAB 2 – Teori Sistem ………………………………………………………….

4

BAB 3 – Konsep Sistem ………………………………………………………

10

BAB 4 – Karakteristik Sistem ……………………………………………….

16

BAB 5 – Berfikir Sistem ………………………………………………………

37

BAB 6 – Kepemimpinan ………………………………………………………

46

BAB 7 – Kepemimpinan Berfikir Sistem ………………………………….

52

BAB 8 – Organisasi Pembelajar: Organisasi sebagai Wujud Sistem .

56

BAB 9 – Kepemimpinan Organisasi Pembelajar ………………………..

75

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….

80

Korespondensi : [email protected] Nomor HP/WA : 082227019062

Untuk sitasi gunakan format berikut: Heryana, A. (2019). Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan. Jakarta: e-book tidak dipublikasikan.

i

Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan | Ade Heryana, S.St, M.KM

BAB 1 – Mengapa Kepemimpinan Berfikis Sistem? Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang sudah berjalan sejak tahun 2014 lalu ternyata dalam implementasinya banyak mengalami hambatan. Hambatan bukan hanya dari sisi internal, melainkan juga dari faktor eksternal. Sebagai suatu sistem yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan kepesertaan (masyarakat), SJSN melibatkan berbagai pihak baik dari bidang kesehatan, keuangan, sosial, dan sebagainya. Sukses pelaksanaan SJSN membutuhkan pemimpin yang mengerti keseluruhan aspek yang terkait pelayanan dan pembiayaan kesehatan. Dalam memutuskan dan menangani permasalahan, pemimpin tersebut tidak hanya mampu menganalisis bagian-bagian dari masalah (berfikir secara reduksionis) namun juga secara holistik, atau disebut dengan Berfikir Sistem. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa sebagai tenaga kesehatan (atau calon tenaga kesehatan) perlu mempelajari kepemimpinan, padahal sebenarnya sudah dinyatakan kompeten di bidangnya? Untuk menjawab ini penulis mengutip pendapat Frank J. Lexa dalam bukunya “Leadership Lessons for Health Care Providers” bahwa terdapat beberapa alasan bagi tenaga kesehatan untuk mempelajari kepemimpinan (Lexa, 2017): 1. Industri kesehatan mengalami perubahan yang cepat meliputi aspek pelayanan, cara pembayaran, teknologi, dan kebijakan. Kondisi ini tentu membutuhkan kemampuan memimpin yang kuat untuk membawa organisasi dalam beradaptasi dengan perubahan 2. Industri kesehatan memiliki pelayanan yang kompleks dengan tingkat tekanan dari masyarakat yang tinggi. Untuk itu dibutuhkan pemimpin yang memiliki strategi dan taktik untuk terus berkembang dalam kondisi seperti ini. 3. Kepemimpinan memiliki daya magis dalam menghasilkan kinerja organisasi atau kelompok yang baik. Lalu bagaimana dengan tenaga kesehatan masyarakat? Memimpin dan berfikir sistem merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki para ahli kesehatan masyarakat saat ini. Dalam Blue Print Uji Kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia yang disusun oleh Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI), ditetapkan ada 8 (delapan) kompetensi sarjana Kesehatan Masyarakat, yakni: 1) Kemampuan untuk melakukan kajian dan analisis; 2) Kemampuan untuk merencanakan dan terampil mengembangkan kebijakan kesehatan; 3) Kemampuan untuk melakukan komunikasi; 4) Kemampuan untuk memahami budaya lokal; 5) Kemampuan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat; 6) Memahami dasar-dasar ilmu kesehatan masyarakat; 7) Kemampuan untuk

Untuk sitasi gunakan format berikut: Heryana, A. (2019). Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan. Jakarta: e-book tidak dipublikasikan.

1

Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan | Ade Heryana, S.St, M.KM

merencanakan dan mengelola sumber dana; dan 8) Kemampuan untuk memimpin dan berfikir sistem (IAKMI & AIPTKMI, 2012). Penjelasan tersebut menurut penulis cukup memberikan jawaban kenapa tenaga kesehatan khususnya ahli kesehatan masyarakat perlu mempelajari ilmu kepemimpinan. Bahkan lebih jauh ahli kesehatan masyarakat perlu dibekali dengan kemampuan berfikir sistem sebagai bekal dalam melakukan kegiatan untuk peningkatan derajat kesehatan di komunitas. Sebelum pembaca mempelajari lebih dalam tentang kepemimpinan berfikir sistem, penulis ingin menjelaskan tentang hubungan berbagai konsep dalam mempelajari sistem. Konsep-konsep tersebut adalah konsep sistem, berfikir sistem, pendekatan sistem dan rekayasa sistem. Keempat konsep ini berbeda namun memiliki keterkaitan satu sama lain (lihat gambar 1). Konsep sistem merupakan sarana untuk mengidentifikasikan masalah kompleks. Berfikir sistem menggunakan Konsep Sistem untuk memahami isu-isu atau entitas yang kompleks. Lalu Pendekatan Sistem menggunakan teknik Berfikir Sistem untuk memecahkan permasalahan yang kompleks. Akhirnya Rekayasa Sistem menggunakan Pendekatan Sistem untuk menangani kompleksitas dengan pendekatan rekayasa (Aslaksen, 2013). Dalam sudut pandang penulis, rekayasa sistem merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin dengan karakter berfikir sistem. Seringkali ketidakmampuan pemimpin dalam memahami rekayasa sistem meyebabkan kegagalan organisasi dalam mengimplementasikan suatu kebijakan. Misalnya panjangnya antrian pelayanan kesehatan di rumah sakit yang berakibat pada penurunan kepuasan pasien disebabkan lemahnya manajemen dalam merekayasa sistem untuk mempercepat waktu pelayanan. Pengurangan waktu pelayanan merupakan salah satu solusi untuk memperpendek antrian, misalnya dengan penambahan petugas atau penerapan teknologi. Namun dikhawatirkan dengan penambahan sumberdaya akan terjadi inefisiensi. Rekayasa sistem mendorong manajemen untuk menghasilkan sistem pelayanan kesehatan yang efisien dengan merekomendasikan alokasi sumberdaya berdasarkan analisis sistem yang terukur. Berbagai studi tentang optimalisasi sistem memberikan rekomendasi alokasi sumberdaya (manusia dan alat) untuk menghasilkan pelayanan yang efektif dan efisien.

Untuk sitasi gunakan format berikut: Heryana, A. (2019). Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan. Jakarta: e-book tidak dipublikasikan.

2

Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan | Ade Heryana, S.St, M.KM

Konsep sistem

Berfikir sistem

Pendekatan sistem

Rekayasa sistem

• Sarana/tools untuk mengidentifikasi masalah kompleks • Cara berfikir untuk memahami isu atau entitas yang kompleks, menggunakan Konsep Sistem • Teknik pemecahan masalah yang kompleks, menggunakan teknik Berfikir Sistem • Proses untuk menangani masalah kompleks dengan pendekatan rekayasa, menggunakan Pendekatan Sistem

Gambar 1.1. Hubungan Konsep Sistem, Berfikir Sistem, Pendekatan Sistem dan Rekayasa Sistem Sistematika penulisan pada buku ajar mengikuti kerangka yang diberikan Alaksen (2013) yang dimulai dengan pembahasan tentang konsep sistem dan teori sistem, berfikir sistem, kepemimpinan berfikir sistem dan diakhiri dengan pembahasan kompleksitas dalam organisasi..

Untuk sitasi gunakan format berikut: Heryana, A. (2019). Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan. Jakarta: e-book tidak dipublikasikan.

3

Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan | Ade Heryana, S.St, M.KM

BAB 2 – Teori Sistem PENDAHULUAN Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda-beda tentang sistem. Misalnya pada sistem pelayanan kesehatan, bagi mereka yang aktif dalam membela hak-hak anak memandang sistem tersebut harus ramah terhadap anak. Bagi orang-orang yang berfokus pada kesehatan lansia, mengharapkan sistem pelayanan kesehatan harus mengutamakan lansia. Persepsi si A tentang perilaku si B, akan berbeda dengan persepsi si C tentang perilaku si B. Dengan demikian teori sistem berupaya menjelaskan konsep dari sistem. Apa yang menyebabkan teori sistem muncul? Teori sistem lahir karena gagalnya pendekatan reduksionis dalam mengatasi permasalahanpermasalahan yang semakin kompleks. Pendekatan reduksionis adalah cara untuk mengatasi masalah dengan membagi-bagi permasalahan tersebut menjadi elemen-elemen yang lebih kecil tanpa adanya hubungan di antara berbagai elemen tersebut. Pendekatan ini mirip dengan pendekatan mekanis. Teori sistem telah ada sejak tahun 1930-1940an dan melihat permasalahan tidak secara mekanis dan terpecah-pecah, melainkan memandangnya sebagai satu kesatuan yang utuh. Tokoh teori sistem yang berpengaruh antara lain Norbert Wiener yang menggagas aplikasi sistem pada teknik Komunikasi dan Kontrol (Sibernetika), dan Ludwig von Bertalanffy yang mengaplikasikan sistem pada ilmu biologi dan melahirkan General System Theory (Leveson, 2011). Hester & Kevin mendefinisikan teori sistem sebagai berikut: “a unified group of specific propositions which are brought together to aid in understanding systems, thereby invoking improved explanatory power and interpretation with major implications for systems practitioners” (Hester & Kevin, 2014), atau terjemahan secara bebas Teori Sistem adalah sekumpulan pernyataan yang berfungsi membantu pemahaman tentang “Sistem”, sehingga dapat meningkatkan penjelasan dan pemahaman bagi praktisi di bidang sistem. Teori sistem merupakan sudut pandang teoritis yang menganalisis suatu entitas secara utuh dan bukan hanya menjumlahkan bagian-bagian dari entitas yang terpisah. Fokus teori sistem adalah pada interaksi dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan pemahaman tentang organisasi, fungsi dan hasil dari suatu entitas (Mele & Pels, 2010). Misalnya ketika mengevaluasi penerapan Germas, bukan hanya menggabungkan upaya yang dilakukan antar sektor melainkan mengevaluasinya dengan melihat keterkaitan antar sector dalam menggerakkan Germas. Lebih lanjut Hester & Kevin (2014) mengelompokkan teori sistem ke dalam 6 (enam) jenis yaitu: 1) General system theory (GST); 2) Living system theory; 3) Mathematical models theory; 4) Cybernetics; 5) Social system theory; dan 6) Philosophical system theory. Untuk sitasi gunakan format berikut: Heryana, A. (2019). Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan. Jakarta: e-book tidak dipublikasikan.

4

Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan | Ade Heryana, S.St, M.KM

GENERAL THEORY OF SYSTEM (GTS) Teori ini dipelopori oleh Ludwig von Bertalanfy tahun 1956, yang berfokus pada interaksi dalam sistem. Tokoh-tokoh lainnya antata lain Kenneth Boulding, Anatol Rapport, dan Ralph Gerard. Para penganut teori ini membentuk komunitas yang disebut dengan International Society for System Science (ISSS). Teori ini pada mulanya digunakan untuk membantu seseorang dalam membuat perencanaan dan pengambilan keputusan secara umum. Namun dalam perjalanannya konsep GTS digunakan juga dalam disiplin ilmu lainnya, salah satunya dalam ilmu biologi. Menurut GTS, sistem merupakan interaksi elemen-elemen yang kompleks. Teori ini juga menghasilkan konsep sistem terbuka, sistem tertutup dan sistem terisolasi. Prinsip umum dalam GTS, setiap sistem memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Holism (menyeluruh) b. Boundaries (membatasi diri dengan aturan) c. Hierarchy (kepatuhan terhadap tingkatan sistem) d. Mutuality (saling ketergantungan antar elemen) e. Equilibrium (cenderung mencari keseimbangan) f. Equifinality (mencapai tujuan dengan berbagai cara) g. Entropy (mengalami perubahan yang berulang) LIVING SYSTEM THEORY (LST) Living system theory merupakan sumbangan ilmu Biologi dan Sosiologi terhadap teori sistem. Kontributor utama teori ini adalah James Grier Miller (1916-2002). Miller mendeskripsikan sistem kehidupan menurut aspek pengorganisasian, cara kerja, perkembangannya hingga mati. LST menganggap sistem kehidupan sebagai sistem yang terbuka (open system) yaitu menerima umpan balik (masukan) dari lingkungan. Teori ini menghasilkan pemikiran bahwa sistem terbentuk oleh komponen dalam dirinya dan juga pengaruh dari lingkungan. Teori LST memberikan kontribusi berupa “8 levels of living system” yang membagi sistem kehidupan dalam delapan tingkatan yaitu: 1) cell (sel); 2) Organ; 3) Organism (organisme); 4) Group (kelompok); 5) Organization; 6) Community (komunitas); 7) Society (peradaban); dan 8) Supranational system (sistem supranasional). Tingkatan sistem kehidupan ini digambarkan dalam bentuk piramida, dimulai dari sel sebagai area terkecil hingga supranasional sebagai area sistem yang paling besar.

Untuk sitasi gunakan format berikut: Heryana, A. (2019). Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan. Jakarta: e-book tidak dipublikasikan.

5

Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan | Ade Heryana, S.St, M.KM

Cell Organ Organism Group Organization Community Society Supranational system

Gambar 2.1. Piramida “8 Levels of Living System” MATHEMATICAL MODELS THEORY Kontributor utama teori ini adalah Mesarovic, Wymore, dan Klir. Para penggagas teori ini menggunakan model-model persamaan matematika yang kaku untuk menjelaskan sebuah sistem, termasuk melibatkan pendekatan aksioma matematika ke dalam teori sistem. Misalnya untuk menjelaskan kondisi status gizi seseorang apakah termasuk obesitas atau tidak, penjelasannya menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu IMT= BB/(TB)2 , dimana BB adalah berat badan dalam kg dan TB adalah tinggi badan dalam cm. Seseorang dalam kondisi obesitas jika IMT > 25 kg/cm2. Sehingga rumus matematika ini menjelaskan hasil dari sistem metabolisme gizi dalam tubuh yang direpresentasikan dalam indeks massa tubuh sebagai perbandingan antara berat badan terhadap kuadrat tinggi badan. Contoh lainnya adalah menggunakan model persamaan matematika dengan persamaan regresi linier y = a + bX1 + bX2 + bX3 + e, dimana y = pemanfaatan pelayanan kesehatan, a = bilangan konstanta, b = koefisien regresi, X1 = sikap terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, X2 = jarak pelayanan kesehatan dengan tempat tinggal, X3 = penghasilan, dan e = tingkat error. CYBERNETICS (SIBERNETIKA) Diperkenalkan tahun 1972 oleh Beer. Kontributor utama teori ini adalah Norbert Wiener (1894-1964). Kata “cybernetics” sendiri berasal dari bahasa Yunani “kybernetes” yang artinya pilot atau pengemudi. Untuk sitasi gunakan format berikut: Heryana, A. (2019). Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan. Jakarta: e-book tidak dipublikasikan.

6

Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan | Ade Heryana, S.St, M.KM

Teori sibernetika menggunakan konsep regulasi (kebijakan) dan komando (perintah) dalam menjelaskan sistem. Regulasi dan komando dipahami penganut teori ini sebagai Komunikasi dan Kontrol, yang menghasilkan Umpan Balik (feedback). Kontribusi dari teori ini adalah robot yang dijalankan dengan komunikasi (berbentuk bahasa program) dan kontrol (berupa panel-panel pengontrol gerak). Teori ini kemudian dikembangkan oleh Ashby (seorang dokter) dalam menjelaskan sistem tubuh manusia, dan Jay Forrester dalam mengembangkan dinamika sistem (system dynamics) untuk menjelaskan sistem yang sangat kompleks. Pengontrolan kedisiplinan lalu lintas menggunakan CCTV pada lampu merah di beberapa kota di Indonesia akhir-akhir ini merupakan salah satu bentuk sibernetik. Pada sistem ini ada Kontrol (berupa layar pengendali di ruang kontrol) dan Komunikasi (penyampaian informasi oleh operator mengenai pelanggaran lalu lintas oleh pengemudi). SOCIAL SYSTEM THEORY Kontributor utama teori Sistem Sosial adalah Talcott Parsons (1902-1979), dan Niklas Luhmann (1927-1988). Kedua penggagas teori ini menggunakan konsep hubungan antar manusia (HAM) untuk membentuk elemen struktural sistem sosial. Kontribusi teori sistem sosial adalah menghasilkan dasar-dasar untuk menganalisis hubungan manusia dengan organisasi berdasarkan sistem (ecological system). Dalam memandang hubungan antar manusia, kedua tokoh ini memiliki pandangan berbeda. Perbedaan tersebut diantaranya adalah:  

Menurut Talcott, sistem sosial ditentukan oleh kegiatan atau aktivitas manusia; sedangkan Menurut Luhman, sistem sosial tidak mungkin hanya terbentuk oleh aktivitas manusia saja, namun membutuhkan proses komunikasi.

PHILOSOPHICAL SYSTEM Kontributor teori ini adalah Ervin Laszlo dan Mario Bunge. Kontribusi kedua tokoh ini adalah sebagai berikut: 1. Kontribusi Ervin Laszlo, antara lain: a. Mengembangkan mengembangkan “bahasa” sistem. Bahasa sistem ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman antar disiplin ilmu. Bahasa tersebut terdiri dari dua yaitu “konsep khusus” dan “terminologi khusus” b. Memastikan agar praktisi sistem tidak gagal dalam mengkomunikasikan idenya. Kegagagalan terebut disebabkan oleh lemahnya pemahaman akan disiplin ilmu tertentu. Dengan demikian menurut Lazlo, seluruh ilmu pengetahuan membentuk sebuah sistem yang disebut dengan sistem filosofi.

Untuk sitasi gunakan format berikut: Heryana, A. (2019). Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan. Jakarta: e-book tidak dipublikasikan.

7

Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan | Ade Heryana, S.St, M.KM

2. Kontribusi Mario Bunge: a. Menyatakan bahwa “mekanisme” merupakan bagian dari sistem dan tidak dapat dipisahkan, sehingga setiap sistem memanfaatkan mekanisme tersebut untuk mencapai tujuan (Bunge’s utilization of mechanism). Mekanisme ini disebut juga dengan “Proses” yang merupakan bagaian dari sistem. b. Kontribusi pemikiran Bunge menguatkan pemikiran bahwa „Sistem‟ merupakan sesuatu yang unik, dapat berkembang, dan filosofis. Menurut teori ini suatu ilmu dapat dipelajari, jika memiliki tiga elemen berikut: a. Systems epistemology (Epistemologi). Sebuah ilmu dapat dipelajari jika memiliki cara untuk menginterpretasikan suatu realitas pada masyarakat, dan memberikan pemetaan terhadap posisi ilmu pengetahuan. b. Systems ontology (Ontologi). Sebuah ilmu dapat dipelajari jika memiliki elemen-elemen dari ilmu pengetahuan yang berisi istilahistilah (vocabulary) untuk memahaminya. c. Systems axiology (Aksiologi). Sebuah ilmu dapat dipelajari jika dapat menerangkan nilai-nilai dan pilihan-pilihan yang diberikan oleh ilmu pengetahuan, atau menerangkan manfaat dari ilmu pengetahuan. LATIHAN SOAL 1. Untuk merencanakan dan memutuskan jenis tindakan yang diberikan kepada pasien, seorang dokter memanfaatkan sistem telemedicine (wawancara jarak jauh dengan pasien di luar kota). Apakah teori sistem yang sesuai dengan pemanfaatan telemedicine tersebut? A. Mathematical system theory B. General system theory C. Living system theory D. Social system theory E. Cybernetics 2. Dokter ahli forensik melakukan identifikasi terhadap identitas mayat korban kecelakaan dengan memeriksa sel terkecil pada tubuh. Setelah sel teridentifikasi, maka dapat...


Similar Free PDFs