kepemimpinan di rumah sakit PDF

Title kepemimpinan di rumah sakit
Course Administrasi kebijakan dan kesehatan
Institution Universitas Diponegoro
Pages 5
File Size 116.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 83
Total Views 941

Summary

PENERAPAN 5 DISIPLIN PETER SENGE DALAM KEPEMIMPINAN DI RUMAH SAKIT Rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang besar, untuk menjalankan kepemimpinan di organisasi yang besar diperlukan pemikiran dan tindakan yang besar pula serta kebijakan dan keputusan yang matang, bukanlah perkara mudah menjalank...


Description

PENERAPAN 5 DISIPLIN PETER SENGE DALAM KEPEMIMPINAN DI RUMAH SAKIT Rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang besar, untuk menjalankan kepemimpinan di organisasi yang besar diperlukan pemikiran dan tindakan yang besar pula serta kebijakan dan keputusan yang matang, bukanlah perkara mudah menjalankan hal tersebut. Di perlukan keterampilan dan kemampuan yang luar biasa dan teori – teori serta metode dalam melaksanakan kepemimpinan yang baik dari organisasi tersebut. Kebutuhan kepemimpinan saat ini jauh lebih besar daripada masa lalu, karena organisasi saat ini sangat rumit dan menghadapi berbagai tantangan yang sangat kuat baik dari tekanan internal maupun eksternal organisasi. Kepemimpinan merupakan suatu sumber daya sosial utama dan sangat penting. Banyak orang mengira bahwa kepemimpinan di rumah sakit hanya bisa terpusat pada direktur rumah sakit. Padahal sebenarnya kepemimpinan harus ada disetiap orang yang memimpin unit baik pada jalur struktural maupun jalur fungsional, atau disetiap lini di rumah sakit. Kita sadar bahwa kepemimpinan direktur rumah sakit akan memiliki pengaruh yang cukup besar, karena sifat masyarakat kita yang masih menganut paternalistik. Pimpinan puncak harus seperti apa yang dibayangkan oleh para karyawannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka pemimpin puncak harus berani melakukan perubahan mendasar untuk secara aktif menciptakan pemimpin-pemimpin pada tingkat menengah dan bawah. Sebagai gambaran, diperlukan pemimpin klinis dikalangan dokter dan pemimpin-pemimpin lain pada tingkatan yang berbeda diseluruh unit organisasi rumah sakit. Tugas kepemimpinan seorang direktur rumah sakit yang utama adalah memberikan pembelajaran terhadap para pemimpin lainnya untuk berubah dan bertindak strategis. Menciptakan budaya organisasi yang kondusif, saling mendukung satu sama lain, saling menguatkan yang akan membangkitkan energi organisasi dalam menghadapi persaingan bebas. Kepemimpinan identik dengan mempengaruhi orang lain agar bersedia menjalankan tugasnya sesuai dengan tujuan organisasi. Karena sifatnya mempengaruhi orang lain yang juga memiliki hasrat yang sama untuk mempengaruhi orang lain, maka masalahnya tertumpu

kepada bagaimana memberi pemahaman yang tepat agar orang yang dipimpin memahami betul siapa dirinya, dimana posisinya, apa peranannya, apa visinya, apa tujuannya, bagaimana cara kerjanya, apa standar dan targetnya, dan akhirnya apa yang akan didapat oleh mereka. Sangat banyak keluhan para direktur rumah sakit bahwa mereka kesulitan menghadapi para dokter yang arogan, tidak disiplin terhadap prosedur, tidak disiplin waktu, atau tidak mau mengisi status pasien. Keluhan ini sebenarnya akibat dari kurangnya pemahaman semua pihak di internal rumah sakit. Inti kepemimpinan di rumah sakit adalah kemampuan mengendalikan emosi dengan arif. Bagaimana kita mampu bertahan dalam kondisi seburuk apapun, kita harus tetap tenang dalam menghadapi berbagai cercaan yang terselubung, pencemoohan bahkan penghinaan. Namun itulah resiko yang harus kita pikul karena kita pemimpin. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan individu untuk belajar. Demikian pula organisasi harus siap menghadapi adanya perubahan tersebut, banyak hal yang harus disiapkan agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan menjaga kelangsungan organisasi agar tetap mampu bersaing dan bertahan. Organisasi yang dapat bersaing harus mengembangkan budaya belajar dan menjadi organisasi pembelajar (Wirjoatmodjo, 2000). Organisasi pembelajar (learning Organization) adalah proses berkelanjutan di dalam suatu organisasi yang menyediakan kelancaran pembelajaran dan pengembangan individu untuk semua pegawai, dengan tetap menjaga transformasi secara terus menerus, pemberdayaan sumber daya manusia (Santoso, 2003). Senge (1996) mengemukakan di dalam organisasi pembelajar (learning organization) yang efektif membutuhkan skills yang harus dimiliki oleh setiap personal untuk membangun organisasi pembelajar. Skills tersebut yakni: personal mastery (berkompeten), mental models (pola mental), shared vision (visi yang sama), team learning (tim pembelajar), dan systems thinking (berpikir sistem), sehingga organisasi pembelajar dapat diwujudkan secara optimal. Organisasi pembelajar yang optimal dapat memberikan dampak positif terhadap prestasi. Pencapaian diri adalah penampilan hasil karya personal baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Prestasi kerja merupakan hasil pelaksanaan

pekerjaan yang dicapai seorang personel dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya (Ilyas, 2002). Menurut Benner (1982, dalam Alligood, 2002) from novice to expert Untuk menjadi kompeten perawat harus selalu belajar dan menambah pengetahuan dan pengalaman didalam pelayanan. Prestasi kerjaperawat yang mempunyai pencapaian diri yang baik akan menunjukkan kinerja lebih baik. Rumah Sakit adalah salah satu organisasi kompleks yang terdiri dari berbagai macam sumber daya yang kompleks. RS sebagaimana perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif yang didukung intelegensi organisasi untuk mengelola pengetahuan melalui proses belajar berkelanjutan. Organisasi belajar (learning organization)sangat diperlukan perusahaan terutama dalam menghadapi perubahan lingkungan yang sangat cepat. Sejak diperkenalkan tahun 1990an, teori ini masih sulit diterapkan secara aktual dalam praktek manajemen di berbagai perusahaan termasuk RS. Oleh karena itu, perlu dilakukan redefinisi dan reorientasi konsep dan implementasi terhadap organisasi belajar. Organisasi belajar sebagai suatu disiplin untuk mengembangkan potensi kapabilitas

individu

dalam

organisasi

memiliki

karakter The

Fifth

Dicipline sebagai berikut: 1. Berpikir Sistem (Systems Thinking) Setiap usaha manusia, termasuk bisnis, merupakan sistem karena senantiasa merupakan bagian dari jalinan tindakan atau peristiwa yang saling berhubungan, meskipun hubungan itu tidak selalu tampak. Oleh karena itu organisasi harus mampu melihat pola perubahan secara keseluruhan, dengan cara berpikir bahwa segala usaha manusia saling berkaitan, saling mempengaruhi dan membentuk sinergi. 2. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery) Setiap orang harus mempunyai komitmen untuk belajar sepanjang hayat dan sebagai anggota organisasi perlu mengembangkan potensinya secara optimal. Penguasaan pribadi ini merupakan suatu disiplin yang antara lain menunjukan kemampuan untuk senantiasa mengklarifikasi dan mendalami

visi pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan kesabaran, dan memandang realitas secara obyektif. Kenyataan menunjukkan bahwa seseorang memasuki suatu organisasi dengan penuh semangat, tetapi setelah merasa “mapan” dalam organisasi itu lalu kehilangan semangatnya. Oleh karena itu, disiplin ini sangat penting artinya bahkan menjadi landasan untuk organisasi belajar. 3. Pola Mental (Mental Models) Setiap orang mempunyai pola mental tentang bagaimana ia memandang dunia di sekitarnya dan bertindak atas dasar asumsi atau generalisasi dari apa yang dilihatnya itu. Seringkali seseorang tidak menyadari pola mental yang mempengaruhi pikiran dan tindakannya tersebut. Oleh karena itu setiap orang perlu berpikir secara reflektif dan senantiasa memperbaiki gambaran internalnya mengenai dunia sekitarnya, dan atas dasar itu bertindak dan mengambil keputusan yang sesuai. 4. Visi Bersama (Shared Vision) Organisasi

yang

berhasil

berusaha

mempersatukan

orang-orang

berdasarkan identitas yang sama dan perasaan senasib. Hal ini perlu dijabarkan dalam suatu visi yang dimiliki bersama. Visi bersama ini bukan sekedar rumusan keinginan suatu organisasi melainkan sesuatu yang merupakan keinginan bersama. Visi bersama adalah komitmen dan tekad dari semua orang dalam organisasi, bukan sekedar kepatuhan terhadap pimpinan. 5. Belajar Beregu (Team Learning) Dalam suatu regu atau tim telah terbukti bahwa regu dapat belajar dengan menampilkan hasil jauh lebih berarti daripada jumlah penampilan perorangan masing-masing anggotanya. Belajar beregu diawali dengan dialog yang memungkinkan regu itu menemukan jati dirinya. Dengan dialog ini berlangsung kegiatan belajar untuk memahami pola interaksi dan peran masing-masing anggota dalam regu. Belajar beregu merupakan

unsur penting, karena – regu bukan perorangan – merupakan unit belajar utama dalam organisasi

DAFTAR PUSTAKA

Praseyto, Joko. Organisasi Pembelajar (Learning Organization) Dalam Pencapaian Diri Perawat RSI Jakarta Cempaka Putih. STIKES Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang. http://mmr.umy.ac.id/orasi-ilmiah-dr-erwin-santosa-sp-a-m-kes-penerapan-limadisiplin-organisasi-peter-senge-dalam-pengelolaaan-dan-pengembangan-rumahsakit/ diakses Kamis, 20 April 2017, pukul 23.00 http://ccg.co.id/articles/artikel4.pdf diakses Kamis, 20 April 2017, pukul 23.00...


Similar Free PDFs