Title | Kerpean koas anestesi revisi Kerpean I: tahap tahap anestesi |
---|---|
Course | ilmu kesehatan masyarakat |
Institution | Universitas Sebelas Maret |
Pages | 32 |
File Size | 2.1 MB |
File Type | |
Total Downloads | 604 |
Total Views | 734 |
KEPREAN I : TAHAP-TAHAN ANESTESIPERSIAPAN ANESTESISebelum proses anestesi dimulai ada 3 hal yang perlu disiapkan, yaitu:a. Pasien b. Alat-alat dan mesin c. Obat-obatanMungkin bahasan bab ini agak sedikit panjang, namun bab ini adalah bab yang sangat penting dan menjadi basis bagi bab-bab selanjtnya....
DAFTAR PUSTAKA 1. Kerpean I : Tahap-tahap Anestesi ...................................................................................................... 2 2. Kerpean II : Cairan .............................................................................................................................. 12 3. Kerepan III : Syok ................................................................................................................................. 14 4. Kerpean IV : Cairan Perioperatif ......................................................................................................... 16 5. Kerpean V : Obat-Obatan ................................................................................................................... 18 6. Kerpean VI : Kedaruratan Medik Anestesi .......................................................................................... 22 7. Kerpean VII : Langkah-Langkah Proses Anestesi di RSUP Fatmawati .................................................. 26 8. Daftar Pustaka ...................................................................................................................................... 28
1
KEPREAN I : TAHAP-TAHAN ANESTESI PERSIAPAN ANESTESI Sebelum proses anestesi dimulai ada
yang perlu disiapkan, yaitu:
a.
Mungkin bahasan bab ini agak sedikit panjang, namun bab ini adalah bab yang sangat penting dan menjadi basis bagi bab-bab selanjtnya. Baik kita bahas satu persatu ya 1. Persiapan Pasien Persiapan pasien bertujuan , baik beberapa hari sebelum proses anestesi atau beberapa jam sebelumnya. Biasanya sehari sebelum anestesi akan dilakukan . KPA dilakukan untuk mengetahui hal-hal berikut: Identitas meliputi sekurang-kurangnya tersebut berhubungan dengan proses anestesi nantinya
. Karena hal
Keluhan utama adalah keluhan yang membawa pasien datang ke dokter c. Anamnesis Anamnesis yang dilakukan sebagaimana anamnesis pada pasien-pasien lainnya, namun lebih diutamakan pada hal-hal yang berkaitan pada masalah seperti riwayat d. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan
, namun lebih dikhususkan pada
Adapun pemeriksaan untuk mengetahui kesulitan jalur napas, ingat LEMON L= kita lihat dari pemampakan luar , dll. E= , 3-3-2 rules digunakan untuk evaluasi. mulut dibuka, sampai permulaan leher (bawah dagu), dan antara M=
,
terdapat
; kelas
seperti
pada saat
=
, ; kelas = terlihat . Kelas terlihat , kelas = O= N=
, ,
apakah terdapat dsb. kita lihat apakah ada setelah trauma servikal.
2
, baik seperti , baik kekauan atau
Mallapati classification modified by Samsoon and Young
Laryngoscopy according to the classification of Cormack and Lahane e. Hasil Lab Pemeriksaan lab yang harus dilakukan sebelum proses anestesi atau operasi tergantung dari pasiennya, namun yang rutin dilakukan adalah
f. Hasil Konsultasi dengan spesialis lain Merupakan hasil yang didapat dari pertimbangan dari spesialis lain, seperti spesialis penyakit dalam, paru, jantung, dan sebagainya Dari proses persiapan pasien diatas, maka harus disimpulkan bahwa pasien bisa dilakukan anestesi atau operasi atau tidak, dan klasifikasi pasien ini umumnya menggunakan klasifikasi ASA (American Society of Anaesthesists)
3
2. Persiapan Alat-alat dan Mesin Alat-alat yang perlu disiapkan yaitu
, yang merupakan singkatan dari:
S=
,
stetoskop
T=
,
Pipa Trakea sesuai umur.
A=
,
, serta posisi (Cuffed), dan
OPA (Oro-Pharingeal airway) atau NPA (Naso-Pharingeal Airway) berfungsi , dan
T= I=
,
C=
yang berfungsi antara
S=
, dll
Adapun mesin yang perlu disiapkan adalah a. Mesin b. Mesin
. cek kebocoran !!!
A. Alat suction B. Alat ventilator dan anestesi C. Monitor TD, Nadi, SpO2, EKG, dan CO2
A
B
C
3. Persiapan Obat Obat-obat untuk anestesi secara garis besar ada 3 yang disebut “Trias Anestesia”, yaitu 1) Hipnotik (tidak sadarkan diri = “mati ingatan”) 2) Analgesia (bebas nyeri = “mati rasa”) 3) Relaksasi Otot rangka (“mari gerak”) Catatan:
biasanya diberikan pada
4
PREMEDIKASI Premedikasi adalah pemberian obat premedikasi bertujuan Tujuan tersebut antara lain:
dilakukan atau
,
. Secara garis besar , dan
1.
Contoh obat premedikasi -
Untuk Untuk Untuk (zantac) 150 mg Mengurangi
10-15 mg 50 mg i.m. karena dapat menyebabkan 2-4 mg
Nama
Sediaan
Kandungan/cc
Sedacum®
1 ampul = 25mg (5cc)
5mg / cc (diencerin dg aquades 4cc = 1mg/cc)
Dormicum®
Nama MIDAZOLAM Sedacum® Dormicum® Miloz®
,
1 ampul = 5mg (5cc)
Cardio
1mg / cc
Respi
↓TD
Dosis –
0,03 – 0,04 mg/kgBB Otak
OOA
DOA
30 detik
–
30 detik
15 – 80 menit
Efek Tambahan
↓Aliran darah otak, menyebabkan amnesea antegrad
Pasien hipovolemi → ↓TD nyata bgt
diberikan saat adalah obat-oabatan , adapun obat yang sering digunakan adalah dengan dosis . Fentanyl diberikan secara karena pasien fentanyl diberikan .
5
INDUKSI ANESTESI dilakukan Adapun teknik anestesi umum dapat dilakukan melalui 1. 2. 3.
dan , yaitu
.
, maintenance anestesi dengan inhalasi (VIMA) , maintenance anestesi dengan intravena (TIVA) , maintenance anestesi dengan inhalasi (Combine)
Cara ketiga yang sering digunakan, yaitu induksi anestesi dengan intravena dan maintenance dengan inhalasi. Adaupun untuk bayi, teknik yang sering digunakan adalah teknik yang pertama yaitu dengan inhalasi, baik pada induksi ataupun maintenance. Obat yang sering digunakan untuk induksi adalah pada kasus-kasus tertentu seperti pada saat pasien yang mengalami digunakan adalah
, kecuali , maka yang
Adapun stadium anestesi yang digunakan setelah induksi adalah menggunakan kalsifikais Guedel (1920) yang membagi anestesi umum dalam yaitu: Stadium I Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar, dapat dilakukan pada stadium ini. Stadium II Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleks bulu mata sampai pernapasan kembali teratur. Pada stadium ini terlihat adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pasien tertawa, berteriak, menangis, menyanyi, pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apne dan hiperpnu, tonus otot rangka meningkat, inkontinensia urin dan alvi, muntah, midriasis, hipertensi serta takikardia. stadium ini harus cepat dilewati karena dapat menyebabkan kematian. StadiumIII Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan hilang. StadiumIII dibagi menjadi 4 plana yaitu: Plana 1: Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak pupil miosis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna (tonus otot mulai menurun). Plana 2: Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun, frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga dapat dikerjakan intubasi. Plana 3: Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempurna (tonus otot semakin menurun). Plana 4: Pernapasan tidat teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat midriasis; refleks cahaya hilang, refleks sfingterani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempurna (tonus otot sangat menurun). Stadium lV Stadium IV (paralisis medula oblongata) dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding stadium III plana 4. Pada stadium ini tekanan darah tak dapat diukur, denyut jantung berhenti, dan akhimya terjadi kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan. 6
Pasien diberikan bantuan napas menggunakan sungkup muka ( face mask) setelah pasien melewati stadium 1, yang ditandai dengan hilangnya refleks bulu mata. Pasien diberikan O2 antara 4-6 L/menit. Karena setelah pasien diberikan obat induksi pasien akan mengalami depresi napas, bahkan sampai menyebabkan apnoe. Setelah pemberian oksigen adekuat, biasanya pasien akan diintubasi yaitu pemasangan selang untuk membantu pernapasan, umumnya pasien yang mnegalami anestesi umum akan dipasang endotrakeal tube (ETT) untuk diberikan ventilasi mekanik. Namun pada operasi dengan waktu singkat, pasien dapat diberikan bantuan napas dengan hanya menggunakan sungkup atau laringeal mask. Sebelum pemasangan ETT pasien akan diberikan obat pelumpuh otot (muscle relaxan) untuk memudahkan pemasangan ETT. Selagi menunggu onset dari obat pelumpuh otot tersebut pasien diberikan preoksigenasi menggunakan 02 100% sekitar 1-2 menit menggunakan sungkup, selain untuk menunggu onset dari obat tersebut preoksigenasi juga diberikan untuk mencukupi cadangan oksigen saat pemasangan intubasi agar tidak terjadi penurunan saturasi. Proses operasi dapat dilakukan setelah proses induksi anestesi telah dilakukan dan bantuan napas baik menggunakan ETT, laringeal mask, ataupun hanya menggunakan sungkup sudah adekuat.
7
MAINTENANCE ANESTESI Pasien yang telah dilakukan induksi harus diberikan pemeliharan (maintenance) agar pasien tidak bangun sebelum proses operasi selesai dilakukan. Selama proses pemeliharaan anestesi pasien biasanya diberikan beberapa obat anestesi, yang sering digunakan adalah isoflurane dan sevoflurane. Adapun pada anak-anak yang digunakan adalah sevoflurane, karena isoflurane dapat meningkatkan sekresi saliva yang dapat menyebabkan spasme otot napas. obat-obatan anasetesi ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, sehingga semakin tinggi dosis inhalasi yang diberikan semakin dalam anestsei yang terjadi dan semakin besar penurunan tekanan darah. Selain itu, pasien juga diberikan beberapa gas saat pemeliharaan. Gas yang diberikan biasanya 02 dengan N2O atau O2 dengan Udara (Air). N2O dapat mengisi ruang-ruang, sehingga pada operasi seperti laparatomi, operasi kranial, telinga, dan beberapa operasi lainnya tidak dapat diberikan. Dan karena sifatnya yang sangat mudah mengisi ruang, setelah pemberian O2 dengan N20 maka pasien harus diberikan O2 100% selama 5-7 menit, agar rongga-rongga alveolus tidak terisi oleh N2O. Pemeliharaan anestesi tidak hanya tentang memberikan obat anestesi atau gas, namun hal penting lainnya adalah monitoring keadaan pasien melali: TD, Nadi, EKG, SpO2, Urine Output, dan frekuensi napas serta tidal volume apabila pasien terpasang ventilator mekanik. Monitoring tersebut biasanya ditulis di status anestesi,sebagai berikut:
8
PASCA-ANESTESI Perawatan dan monitoring biasanya dilakukan : -
Di ruang pulih sadar pada keadaan tertentu dan khusus, dapat dilakukan di ruang perawatan Dapat dilakukan dengan peralatan sederhana selama pasien di ruang pulih sadar Dapat dilakukan dengan cara manual maupun menggunakan peralatan elektronik
Tingkat perawatan pasca-anestesi setiap pasien tidak selalu sama, bergantung pada kondisi fisik pasien, teknik anestesi, dan jenis operasi monitoring lebih ketat pada pasien dengan: 1. 2. 3. 4.
Risiko tinggi Kelainan organ Syok yang lama Dehidrasi berat
5. 6. 7.
Sepsis Trauma multipel Trauma kapitis Gangguan organ penting, mis: otak
8.
Untuk memudahkan perawatan, lakukan monitoring 6B: 1. Breath (nafas) sistem respirasi
-
-
-
Pasien belum sadar evaluasi : Pola nafas Tanda-tanda obstruksi Pernafasan cuping hidung Frekuensi nafas Pergerakan rongga dada simetris/tidak Suara nafas tambahan (-) pada obstruksi total Udara nafas yang keluar dari hidung Sianosis pada ekstremitas Auskultasi wheezing, ronki Pasien sadar tanyakan adakah keluhan pernafasan : (-) cukup berikan O2 Tanda-tanda obstruksi (+) terapi sesuai kondisi (aminofilin, kortikosteroid, tindakan triple manuver airway)
-
-
-
-
Tekanan darah Nadi Perfusi perifer Status hidrasi (hipotermi – syok) Kadar Hb
Periksa : Dilatasi lambung Tanda-tanda cairan bebas Distensi abdomen Perdarahan lambung postoperasi Obstruksi hipoperistaltik, gangguan organ lain, mis: hepar, lien, pankreas Dilatasi usus halus Hati-hati!! Pasien operasi mayor sering mengalami kembung mengganggu pernafasan karena ia bernafas diafragma
6. Bone (tulang) sistem muskuloskeletal
-
3. Brain (otak) sistem SSP
-
Periksa kualitas, kuantitas, warna, kepekatan urin mencerminkan kadar elektrolit Untuk menilai : Apakah pasien masih dehidrasi Apakah ada kerusakan ginjal saat operasi acute renal failure, transfusi hemolisis
5. Bowel (usus) sistem gastrointestinalis
2. Blood (darah) sistem kardiovaskuler
Perhatikan gejala kenaikan TIK
4. Bladder (kandung kencing) sistem urogenitalis
Menilai kesadaran pasien Dinilai dengan GCS (Glasgow Coma Scale)
9
Periksa : Tanda-tanda sianosis Warna kuku Perdarahan postoperasi Gangguan neurologis ekstremitas
gerakan
Penilaian di Ruang Pemulihan
Sebelum pasien dapat keluar dari ruang pemulihan, terdapat beberapa penilaian yang digunakan untuk menilai apakah pasien sudah bisa dipindahkan atau tidak. 1. Adrete Score
Pasien dapat dipindahkan dari ruang pemulihan (RR) apabila skor sudah mencapi > 8.
2. Steward Score (untuk anak-anak)
Pada pasien anak, pasien dapat dipindahkan dari ruang pemulihan apabila skor mencapai > 5.
9
3. Bromage Scale
Adapun untuk anestesi spinal, yang digunakan adalah Bromage Scale, pasien dapat dipindahkan dari ruang pemulihan jika sudah mencapai Grade 2.
KOMPLIKASI ANESTESI Adapun komplikasi yang mungkin terjadi akibat anestesi, antara lain:
10
Penyebab Anestesi
pembedahan
Kondisi pasien
Terapi Penyebab anestesi
pembedahan
Kondisi pasien
Terapi
ARITMIA BRADIKARDI obat (suksametonium, prostigmin, halotan, lignocain) refleks bradikardi selama intubasi stadium awal hipoksia spinal
ARITMIA TAKIKARDI obat (atropine, galamin, trilene, siklopropan) hiperkarbia hipoksia hipotensi anestesi GA dangkal traksi mesenterium infilrasi adrenalin traksi bola mata traksi viscera bedah saraf operasi bedah saraf dan jantung penyakit jantung bradikardi tirotoksikosis obat pre op (digoksin, beta bloker, demam neostigmin) hipovolemi hipotensi terapi pre digoxin TIK meningkat sakit payah cari kausa, atropine HIPOTENSI obat (petidin, thiopenton, halotan, eter, muscle relaxan) inhalasi paru bertambah tekanan meningkat hipoksia dan hiperkarbia pada stadium lanjut transfusi darah tidak cocok anestesi spinal atau epidural posisi trandelenberg, lateral kehilangan darah stimulasi visceral pelepasan tourniquet/calamp emboli udara/lemak
HIPERTENSI anestesi dangkal ventilasi tidak adekuat retensi CO2 hipoksia, hiperkarbia TD meningkat obat ketamin, pavulon transfusi darah berlebihan malignant hiperpireksia
infiltrasi adrenalin traksi viscera oksitosin, ergometrin posisi trandelenberg clamp pemb darah besar
anemia dehidrasi penyakit jantung iskemik, gagal jantung, aritmia sindrom posisi hipotensi quadriplegi-TD bervariasi syok septic cari kausa infus cepat cairan IV RL 10 cc/kgBB naikkan koensentrasi O2 turunkan dosis obat anestesi jika TD sistol < 80 mmHg (O2 100%) vasopressor efedrin HCl tinggikan kaki pasien untuk kembalikan venous return
hipertensi tak terdiagnosa dapat MAO inhibitor vesica urinaria penuh quadriplegi
cari kausa naikkan kepala sedasi (petidin, largactil) monitoring tanda vital
11
KEPREAN II : CAIRAN I. CAIRAN TUBUH
Zat Cair = 60% BB Cairan transeluler 5%
Cairan interstisial 24%
Cairan ekstrasel Cairan intrasel 63%
32% Cairan intravaskuler 8%
EBV = 70 cc/kgBB
Kebutuhan Air 30-35 cc/kgBB/hari Kebutuhan elektrolit : Na+ 1,5 mEq/kgBB/hari dan K+ 1 mEq/kgBB/hari
Balans cairan = cairan masuk – cairan keluar
Cairan masuk = enteral + parenteral + hasil oksidasi
Hasil oksidasi = 5 cc/kgBB
Cairan keluar = urin + feses + IWL
Feses 1cc/hari
Urine output 0,5-1 cc/kgBB/jam
12
IWL (30-usia) cc/kgBB/hari
II. JENIS CAIRAN a. Cairan Kristaloid : cairan yang mengandung zat dengan BM rendah (8000 dalton), mengisi ruang intravaskuler
Albumin 25% Komponen darah : PRC, FFP, Whole blood, cryoprecipitate Sintesis dari hewan : gelofusin (gelatin) Sintesis dari tumbuhan : voluven (HES : Hidroxy etil starch)
13
KEPREAN III : SYOK Syok adalah sindroma klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh Stadium kompensasi Simpatis ↑, takikardi, gelisah, kulit pucat, dingin, CRT>2"
Stadium dekompensasi Hipoksia, takikardi, TD↓, asidosis, oliguria, kesadaran↓
Stadium irreversible Multi organ failure, nadi tidak teraba, TD tidak terukur, anuria
Penyebab Syok :
Hipovolemik (volume intravaskuler berkurang) Cardiogenic (pompa jantung terganggu) Obstructive (hambatan sirkulasi menuju jantung) Distributive (vasomotor terganggu)
1. Syok Hipovolemik
Kehilangan cairan (Dehidrasi)
Defisit Hemodinamik
Jaringan Urin SSP
Ringan 3-5% Takikardia, nadi lemah
Mukosa kering, turgor turun Pekat Mengantuk
Sedang 6-8% Takikardia, nadi sangat lemah, volume kolaps, hipotensi ortostatik Lidah keriput, turgor kurang Jumlah turun Apatis
Berat >10% Takikardia, nadi tdk teraba, akral dingin, sianosis Atonia, turgor buruk Oliguria Koma
-
Atasi syok : kristaloid elektrolit 20cc/kgBB dalam 1 jam (dapat diulang) Sisa defisit 50% dalam 8 jam pertama dan 50% dalam 16 jam berikutnya Pantau urine output
Perdarahan
Sistolik Nadi Nafas Mental Blood Loss
-
Kelas I >110 90 >120 21-26 Confused 1500-2000cc (3040%)
Kelas IV 140 >26 Lethargic >2000cc (>40%)
Note : sebenarnya ini sudah tidak up-to-date tapi beberapa konsulen masih oke oke aja sih sama ilmu ini, mohon rajin membaca ilmu terbaru 2. Syok Kardiogenik -
Penyebab gangguan kontraktilitas miokardium perbaiki fungsi miokardium dan sirkulasi Terapi : infus (perbaiki sirkulasi) dan permberia...