KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSEPEKTIF GENDER PDF

Title KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSEPEKTIF GENDER
Author Novita Evayanti
Pages 4
File Size 292.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 339
Total Views 458

Summary

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSEPEKTIF GENDER. Jakarta, 15 Desember 2016 (oleh : Novita Putri Evayanti) Diakui atau tidak pada saat ini peranan wanita cukup berpengaruh dalam berbagai bidang, baik dalam pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, bahkan politik. Hal ini berarti bahwa wanita dapat memajukan...


Description

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSEPEKTIF GENDER.

Jakarta, 15 Desember 2016 (oleh : Novita Putri Evayanti) Diakui atau tidak pada saat ini peranan wanita cukup berpengaruh dalam berbagai bidang, baik dalam pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, bahkan politik. Hal ini berarti bahwa wanita dapat memajukan bangsa dan negara melaui SDM yang dimiliki wanita di Indonesia. Namun dalam bidang kesehatan masih banyak ditemukan isu-isu kesehatan yang berkaitan dengan gender, dimana pengertian feminitas dan maskulinitas merupakan akarnya. Maka diharapkan masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang konsep analisis gender karena perbedaan jenis kelamin secara biologis melahirkan persepsi gender yang dirasa cukup bias bagi sebagian kelompok. Isu gender dalam kesehatan mengenali faktor penting sosial budaya, serta hubngan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki berperan dalam mendukung atau mengancam kesehatan individu. Hal ini termuat dalam konferensi perempuan sedunia ke IV Beijing tahun 1995. Baik laki-laki maupun perempuan sama-sama terkenena dampak steriotipe gender masingmasing di pengaruhi sosial budaya yang berlaku. Misalnya dalam bermasyarakat laki-laki tidak pantas menunjukan kelemahan, keluhan, serta rasa sakitnya di depan umum dan perempuan lebih ditoleransi untuk lebih bebas menunjukannya. Namun perempuan sebagai kelompok mempunyai angka harapan hidup atau panjang umur lebih tinggi dari laki-laki, secara umum dianggap sebagai factor biologis. Namun, dalam menjalani kehidupannya perempuan cenderung kurang sehat disbanding laki-laki. sehingga penjelasn terhadap paradox ini berakar pada factor biologis jenis kelamin dan sosial (gender) berpengaruh terhadap ksehatan. Sejumlah penelitian yang dimuat BKKBN menunjukan beberapa penyakit yang menyerang laki-laki dan perempuan pada usia berbeda, misalnya penyakit kardioaskular ditemukan lebih banyak pada wanita berusia lanjut dibandingkan dengan laki-laki, selain itu anemia, gangguan makan, penyakit pada kehamilan, dan kanker

1

serviks. Sementara itu hanya penyakit prostat yang ditemukan pada laki-laki dalam hal kesehatan reproduksi. Proses kehamilan dan melahirkan menunjukan bahwa wanta memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, dalam keadaan sakit maupun sehat. Sehingga wanita dianjurkan untuk selalu dapat akses pelayanan kesehatan reproduksi sepanjang siklus kehidupannya karena hal ini sangat menentukan kesejahteraan dirinya. Penting sekali mehamami realitas bahwa perempuan dan laki-laki menghadapi penyakit yang berbeda. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap konsekuesi kesehatan baik laki-laki maupun wanita. Dalam berita yang dikutip dari Dinkes Provinsi Bali, ditemukan bahwa isu gender dalam 4 siklus yaitu : 1. Isu Gender Di Masa Kanak-Kanak. Isu gender pada anak-anak laki-laki, misalnya: pada beberapa suku tertentu, kelahiran bayi laki-laki sangat diharapkan dengan alas an, misalnya laki-laki adalah penerus atau pewaris nama keluarga; laki-laki sebagai pencari nafkah keluarga yang handal; laki-laki sebagai penyanggah orang tuanya di hari tua., Dan perbedaan perlakuan juga berlanjut pada masa kanak-kanak. Pada masa kanakkanak, sifat agresif anak laki-laki serta perilaku yang mengandung resiko diterima sebagai suatu kewajaran, bahkan didorong kearah itu, karena dianggap sebagai sifat anak laki-laki. Sehingga data menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih sering terluka dan mengalami kecelakaan. Isu Gender Pada Anak Perempuan secara biologis bayi perempuan lebih tahan daripada bayi laki-laki terhadap penyakit infeksi di tahun-tahun pertama kehidupannya. Sebab itu jika data memperlihatkan kematian bayi perempuan lebih tinggi dan bayi laki-laki, patut dicurigai sebagai dampak dari isu gender. 2. Isu Gender Di Masa Remaja. Isu gender yang berkaitan dengan remaja perempuan, antara lain : kawin muda, kehamilan remaja, umumnya renmaja puteri kekurangan nutrisi, seperti zat besi, anemia. Menginjak remaja, gangguan anemia merupakan gejala umum dikalangan remaja putri. Gerakan serta interaksi social remaja puteri seringkali terbatasi dengan datangnya menarche. Perkawinan dini pada remaja puteri dapat member tanggung jawab dan beban melampaui usianya. Belum lagi jika remaja puteri mengalami kehamilan, menempatkan mereka pada resiko tinggi terhadap kematian. Remaja putreri juga berisiko terhadap pelecehan dan kekerasan seksual, yang bisa terjadi di dalam rumah sendiri maupun di luar rumah. Remaja putri juga bisa terkena isu berkaitan dengan kerentanan mereka yang lebih tinggi terhadap perilaku-perilaku 2

steriotipi maskulin, seperti merokok, tawuran, kecelakaan dalam olah raga, kecelakaan lalu lintas, ekplorasi seksual sebelum nikah yang berisiko terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan :IMS, HIV/AIDS. 3. Isu Gender Di Masa Dewasa . Pada tahap dewasa, baik laki-laki maupun perempuan mengalami masalah-masalah kesehatan yang berbeda, yang disebabkan karena factor biologis maupun karena perbedaan gender. Perempuan menghadapi masalah kesehatan yang berkaitan dengan fungsi alat reproduksinya serta ketidaksetaraan gender. Masalah-masalah tersebut, misalnya konsekwensi dengan kehamilan dan ketika melahirkan seperti anemia, aborsi, puerperal sepsis (infeksi postpartum), perdarahan, ketidak berdayaan dalam memutuskan bahkan ketika itu menyangkut tubuhnya sendiri (“tiga terlambat”). Sebagai perempuan, dia juga rentan terpapar penyakit yang berkaitan dengan IMS dan HIV/AIDS, meskipun mereka sering hanya sebagai korban. 4. ISU Gender Di Masa Tua . Di usia tua baik laki-laki maupun perempuan keadaan biologis semakin menurun. Mereka merasa terabaikan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan mereka secara psikologis dianggap semakin meningkat. Secara umum, umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Namun umur panjang perempuan berisiko ringkih, terutama dalam situasi soaial-ekonomi kurang. Secara kehidupan social biasanya mereka lebih terlantar lagi, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan yang semakin banyak dan semakin tergantung terhadap sumber daya. Osteoporosis banyak diderita oleh perempuan di masa tua, yaitu delapan kali lebih banyak dari pada laki-laki. Depresi mental juga lebih banyak diderita orang tua, terutama karena merasa ditinggalkan. Antara faktor jenis kelamin dan gender dalam kehidupan social, ekonomi, dan budaya sesorang dapat meingkatkan resiko terhadap beberapa penyakit, sementara juga dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit lainnya. Prinsip kebebasan yang dianut dalam system demokrasi memberikan kebebasan pada wanita untuk menyuarakan kesetaraan untuk dapat turut berkarir dalam bidang apapun yang bisa dilakukan laki-laki. Dan juga isu tindak kekerasan pada umumnya berkaitan dengan gender. Secara umum pelaku kekerasan biasanya laki-laki, yang merefleksikan keinginan untuk menunjukkan maskulinitas, dominasi. Karena itu kekrasan terhadap perempuan sering disebut sebagai “kekerasan berbasis gender”.

3

Referensi : 1. Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dalam “isu gender dalam bidang kesehatan” pada halaman www.dinkes.baliprov.go.id. 2. situs BKKBN (bkkbn.go.id//infoprogram/Documents/431558529.pdf)

4...


Similar Free PDFs