KOMBINASI BAND LANDSAT-8 OLI/TIRS UNTUK MEMETAKAN KONDISI EKOSISTEM TELUK TAMIANG KABUPATEN KOTABARU PDF

Title KOMBINASI BAND LANDSAT-8 OLI/TIRS UNTUK MEMETAKAN KONDISI EKOSISTEM TELUK TAMIANG KABUPATEN KOTABARU
Author Hilya Nahdliyah
Pages 44
File Size 997.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 305
Total Views 347

Summary

KOMBINASI BAND LANDSAT-8 OLI/TIRS UNTUK MEMETAKAN KONDISI EKOSISTEM TELUK TAMIANG KABUPATEN KOTABARU SAMPUL LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN PENGINDERAAN JARAK JAUH KELAUTAN Hilyatun Nahdliyah G1F114030 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 20...


Description

KOMBINASI BAND LANDSAT-8 OLI/TIRS UNTUK MEMETAKAN KONDISI EKOSISTEM TELUK TAMIANG KABUPATEN KOTABARU SAMPUL LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN PENGINDERAAN JARAK JAUH KELAUTAN

Hilyatun Nahdliyah G1F114030

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2017

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan

:

Kombinasi Band Landsat-8 OLI/TIRS untuk Memetakan Kondisi Ekosistem Teluk Tamiang, Kabupaten Kotabaru

Nama Mahasiswa NIM

: :

Hilyatun Nahdliyah G1F114030

Laporan Praktek Telah Diperiksa dan Disetujui oleh : Dosen Pengasuh Mata kuliah Dosen II

Dosen III

Nursalam, S.Kel., MS NIP. 197708242008121002

Ulil Amri, SPi. M.Si NIP. 2016198808170701

Dosen I

Dr. M. Syahdan, S.Pi. M.Si NIP. 197708152006041003

Tanggal Disetujui : 13 Januari 2017

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmatNya jualah praktikan dapat menyelesaikan laporan Penginderaan Jarak Jauh Kelautan ini tepat pada waktunya. Praktikan sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu Praktikan sangat mengharapkan kritik dan sarannya demi kesempurnaan ini. Praktikan juga berharap semoga laporan ini bisa berguna dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Banjarbaru,

Desember 2016

Praktikan

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v 1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang............................................................................... 1 1.2. Maksud dan Tujuan ....................................................................... 2 1.3. Ruang Lingkup ............................................................................. 3 1.3.1. Ruang Lingkup Lokasi ...................................................... 3 1.3.2. Ruang Lingkup Materi ....................................................... 3 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 4 2.1. Pengertian Penginderaan Jarak Jauh ............................................ 4 2.2. Aplikasi Penginderaan Jarak Jauh di Bidang Kelautan ................. 6 2.3. Pengertian Citra Satelit ................................................................. 6 2.4. Satelit Resolusi Rendah ................................................................ 8 2.5. Klasifikasi Supervise dan Unsupervise ........................................ 10 2.6. Ekosistem Pesisir (Mangrove, Lamun, Karang) ........................... 13 3. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 21 3.1. Waktu dan Lokasi ......................................................................... 21 3.2. Alat dan Bahan ............................................................................. 21 3.2.1. Alat .................................................................................... 21 3.2.2. Bahan ................................................................................. 22 3.3. Metode Pengambilan Data ........................................................... 22 3.3.1. Pengambilan GCP.............................................................. 22 3.3.2. Pengukuran dan Pengamatan Ekosistem ........................... 22 3.4. Metode Analisis Data .................................................................... 23 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 26 4.1. Berbagai Hasil kombinasi Band Landsat 8 OLI/TIRS untuk Memetakan Ekosistem Pesisir ...................................................................................... 26 A. Kombinasi Band 432 (Natural Color) .......................................... 26 B. Kombinasi Band 543 (Color Infrared vegetation) ........................ 27 C. Kombinasi Band 562 (Healthy Vegetation) .................................. 29 D. Kombinasi Band 654 (Vegetation Analysis) ................................. 30 E. Kombinasi Band 764 (Urban / False Colour) ............................. 32 F. Kombinasi Band 134 (Terumbu Karang)...................................... 33 5. PENUTUP ......................................................................................................... 35 5.1. Kesimpulan .................................................................................... 35 5.2. Saran .............................................................................................. 36 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

No

Halaman

Tabel 1. Daftar 9 Band Sensor OLI ........................................................................ 8 Tabel 2. Dua Band Sensor TIRS ............................................................................ 9 Tabel 3. Karakteristik Band Landsat 8 ................................................................... 9 Tabel 4. Penggunaan Kombinasi Band untuk Aplikasi Penelitian ....................... 10

DAFTAR GAMBAR

No

Halaman

Gambar 1 Cara Kerja Metode Supervised ........................................................... 12 Gambar 2. Cara Kerja Metode Unsupervised ...................................................... 13 Gambar 3. Ekosistem Mangrove .......................................................................... 13 Gambar 4. Zooxanthellae pada Terumbu Karang. ............................................... 14 Gambar 5. Peta Lokasi Praktik Lapang di Desa Teluk Tamiang ......................... 21 Gambar 6. Tahapan analisis citra satelit Landsat-8 OLI/TIRS ............................ 25 Gambar 7. Kombinasi band 432 (Natural Color) ................................................ 26 Gambar 8. Kombinasi Band 543 (Color Infrared vegetation) ............................. 27 Gambar 9. Kombinasi Band 562 (Healthy Vegetation) ....................................... 29 Gambar 10. Kombinasi Band 654 (Vegetation Analysis) .................................... 30 Gambar 11. Kombinasi Band 764 (Urban / False Colour) ................................ 32 Gambar 12. Kombinasi Band 134 ........................................................................ 33

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi sumberdaya alam pesisir dan lautan yang sangat besar. Potensi sumberdaya alam ini perlu dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan bangsa Indonesia dengan tetap memperhatikan dan melakukan usaha untuk menjaga kelestariannya. Pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan lautan yang baik diperlukan metode dengan pendekatan multidisplin ilmu yang meliputi berbagai aspek, seperti aspek pemanfaatan sumberdaya, kelestarian lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat. Teknologi penginderaan jauh mempunyai kemampuan untuk mengindentifikasi serta melakukan monitoring terhadap perubahan sumberdaya alam dan lingkungan wilayah pesisir dan laut. Sebagai salah satu ekosistem wilayah pesisir, hutan mangrove memiliki fungsi ekologis, fungsi sosial dan ekonomis, serta fungsi fisik. Hutan mangrove merupakan daerah tempat hidup dan mencari makan (feeding ground) bagi berbagai organisme seperti udang, kepiting, ikan, burung dan mamalia. Selain itu, secara ekologis hutan mangrove juga menyediakan tempat yang sangat baik dan ideal bagi proses pemijahan (spawning ground) biota laut yang ada didalamnnya. Dari segi sosial ekonomi, produk hutan mangrove dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan kontruksi, kayu bakar, bahan baku kertas, bahan makanan, pariwisata dan sebagainya sehingga memberikan kontribusi dalam peningkatan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di sekitar hutan. Secara fisik, hutan mangrove memberikan perlindungan kepada pantai dari gelombang besar, angin kencang dan badai dari arah laut sehingga dapat meminimalisir kerusakan yang dapat muncul. Berbagai fungsi hutan mangrove tersebut memberikan andil bagi proses pembangunan terutama di wilayah pesisir. Hutan mangrove dengan berbagai hasilnya merupakan sumberdaya alam sebagai salah satu modal pembangunan. Sementara itu, fungsi fisik dan ekologisnya memberikan kontribusi bagi kelestarian lingkungan. Pengelolaan hutan mangrove dapat dipermudah dengan memanfaatkan aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Pemanfaatan data penginderaan jauh dan SIG telah banyak dilakukan

dalam kaitannya dengan wilayah pesisir dan lautan khususnya sektor perikanan dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan, seperti : aplikasi penginderaan jauh untuk memberikan informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI), kesesuaian lahan perairan untuk usaha budidaya laut dan pariwisata bahari, identifikasi potensi wilayah pesisir (seperti hutan bakau, terumbu karang, padang lamun dan pasir), zonasi kawasan konservasi laut, analisa potensi ekonomi wilayah pesisir pulau-pulau kecil, pengamatan perubahan garis pantai, analisa pencemaran lingkungan perairan dan lain sebagainya. Desa Teluk Tamiang Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki sumberdaya pesisir dan laut. Salah satu upaya untuk memperoleh informasi tentang potensi sumberdaya wilayah pesisir dan lautan tersebut yaitu menggunakan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG). Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu metode alternatif yang sangat menguntungkan jika dimanfaatkan pada suatu negara dengan wilayah yang sangat luas seperti Indonesia. Penggunaan teknologi penginderaan jauh memiliki keuntungan, salah satunya yaitu citra menggambarkan obyek daerah dan gejala di permukaan bumi dengan wujud dan letak obyek yang mirip dengan wujud dan letaknya di permukaan bumi, relatif lengkap, cakupan daerah cukup luas dan periode pembuatan citra juga relatif pendek. Informasi mengenai obyek yang terdapat pada suatu lokasi di permukaan bumi diambil dengan menggunakan sensor satelit.

1.2 Maksud dan Tujuan Adapun tujuan dari laporan Penginderaan Jarak Jauh Kelautan ini adalah mengetahui aplikasi remote sensing, mengetahui berbagai kombinasi band pada satelit Landsat-8 OLI/TIRS dalam memetakan ekosistem pesisir (terumbu karang, lamun dan mangrove).

1.3 Ruang Lingkup 1.3.1. Ruang Lingkup Lokasi Praktik lapang penginderaan jarak jauh kelautan meliputi daerah daerah administrasi Desa Teluk Tamiang Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. 1.3.2. Ruang Lingkup Materi Adapun parameter yang dianalisis dari laporan penginderaan jarak jauh kelautan adalah menganalisis citra dan membandingkan dengan data hasil ground check positioning (GCP) praktek lapang di Desa Teluk tamiang Analisis citra menggunakan aplikasi ArcView linsensi Universitas Lambung Mangkurat.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penginderaan Jarak Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh informasi fenomena alam pada obyek (permukaan bumi) yang diperoleh tanpa kontak langsung dengan obyek permukaan bumi melalui pengukuran pantulan (reflection) ataupun pancaran (emission) oleh media gelombang elektromagnetik. Obyek di permukaan bumi berdasarkan pada nilai pantulan energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh obyek permukaan bumi kemudian energi tersebut direkam oleh sensor. Ada tiga kelompok utama obyek permukaan bumi yang dapat dideteksi oleh sensor yaitu: air, tanah dan vegetasi yang masing-masing memancarkan energi elektromagnetik dengan kemampuan pemetaan citranya tergantung pada karakteristik masing-masing citra satelit. Kanal dan karakteristik inilah yang digunakan oleh penginderaan jauh untuk mengenali obyek-obyek atau tipe-tipe liputan lahan yang ada di permukaan bumi (Suwargana, 2013). Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut. Informasi diperoleh dengan cara deteksi dan pengukuran berbagai perubahan yang terdapat pada lahan dimana obyek berada. Proses tersebut dilakukan dengan cara perabaan atau perekaman energi yang dipantulkan atau dipancarkan, memproses, menganalisa dan menerapkan informasi tersebut. Informasi secara potensial tertangkap pada suatu ketinggian melalui energi yang terbangun dari permukaan bumi, yang secara detil didapatkan dari variasi-variasi spasial, spektral (Landgrebe, 2003). Penginderaan jauh berasal dari kata remote sensing memiliki pengertian bahwa penginderaan jauh merupakan suatu ilmu dan seni untuk memperoleh data dan informasi dari objek dipermukaan bumi dengan menggunakan alat yang tidak berhubungan langsung dengan objek yang dikajinya (Lillesand dan Kiefer,1990). Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak fisik dengan menggunakan alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain. Dalam hal ini yang direkam adalah permukaan bumi untuk berbagai kepentingan manusia. Sedangkan arti dari citra adalah hasil gambar dari proses perekaman

penginderaan

jauh

(inderaja)

yang

umumnya

berupa

foto.

Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh data dari jarak jauh dengan menggunakan peralatan tertentu. Data yang diperoleh itu kemudian dianalisis dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing adalah ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena didekat permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. Pengertian tanpa kontak langsung disini dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra satelit diproses dan ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur permukaan pada saat perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas ground truth, yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah yang jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi. Beberapa Pengertian Penginderaan Jauh Oleh Para Ahli :

− Menurut Lillesand and Kiefer (1979)

Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji.

− Menurut Lindgren (1985) Penginderaan jauh adalah bermacam-macam teknik yang dikembangkan untuk mendapat perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.

− Menurut Richards dan Jia (2006)

Data penginderaan jauh diperoleh dari suatu satelit, pesawat udara balon udara atau wahana lainnya. Data-data tersebut berasal rekaman sensor yang memiliki karakteristik berbeda-beda pada masing-masing tingkat ketinggian

yang akhirnya menentukan perbedaan dari data penginderaan jauh yang dihasilkan. Dari beberapa batasan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh merupakan upaya memperoleh informasi tentang objek dengan menggunakan alat yang disebut sensor (alat peraba), tanpa kontak langsung dengan objek atau penginderaan jauh merupakan pemantauan terhadap suatu objek dari jarak jauh dengan tidak melakukan kontak langsung dengan objek tersebut. Penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu metoda untuk mengenal dan menentukan obyek dipermukaan bumi tanpa melalui kontak langsung dengan obyek tersebut. Banyak pakar memberi batasan, penginderaan jauh hanya mencakup pemanfaatan gelombang elektromaknetik saja, sedangkan penginderaan yang memanfaatkan sifat fisik bumi seperti kemaknitan, gaya berat dan seismik tidak termasuk dalam klasifikasi ini. Namun sebagian pakar memasukkan pengukuran sifat fisik bumi kedalam lingkup penginderaan jauh.

2.2 Aplikasi Penginderaan Jarak Jauh di Bidang Kelautan Inderaja yang dimanfaatkan dalam bidang kelautan disebut sebagai Seasat atau MOS. Adapun pemanfaatan citra pengindraan jauh di bidang kelautan, yaitu sebagai berikut : -

Untuk mengamati sifat fisis air laut

-

Untuk mengamati pasang surut air laut dan gelombang laut

-

Sebagai pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi dan lainnya

Inderaja yang dimanfaatkan dalam bidang hidrologi adalah Landsat dan SPOT. Adapun pemanfaatan citra pengindraan jauh, yaitu : -

Pemanfaatan daerah aliran sungai atau DAS dan konservasi sungai

-

Pemetaan sungai dan studi mengenai sedimentasi sungai

-

Pemanfaatan luas daerah dan intensitasi banjir

2.3 Pengertian Citra Satelit Data penginderaan jauh dapat berupa citra foto dan citra digital. Citra adalah gambaran rekaman suatu objek atau biasanya berupa gambaran objek pada

foto. Citra merupakan masukan data atau hasil observasi dalam proses penginderaan jauh. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau/sensor,

baik

optik,

elektro-optik,

optik-mekanik

maupun

elektromekanik. Citra memerlukan proses interpretasi atau penafsiran terlebih dahulu

dalam

pemanfaatannya.

Citra

Satelit

merupakan

hasil

dari

pemotretan/perekaman alat sensor yang dipasang pada wahana satelit ruang angkasa dengan ketinggian lebih dari 400 km dari permukaan bumi. Citra satelit yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra satelit dibedakan berdasarkan penggunaanya, yaitu: a. Citra satelit untuk penginderaan planet. Seperti: ranger (AS), Viking (AS), Luna (Rusia) dan Da venera (Rusia) b. Citra satelit untuk penginderaan cuaca, misalnya citra NOAA (AS), dan citra meteor (Rusia) c. Citra satelit untuk penginderaan sumberdaya bumi. Seperti: Lndsat (AS), Soyus (Rusia) dan SPOT (Perancis) d. Citra satelit untuk penginderaan laut, seperti Seasat (AS) dan citra MOS (Jepang) Jenis Citra Satelit berdasarkan tingkat resolusi spasial Kemampuan sensor dalam merekam obyek terkecil pada tiap pikselnya ini disebut dengan resolusi spasial. Berdasarkan tingkatan resolusinya citra satelit dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : a. Citra resolusi rendah, memiliki resolusi spasial antara 15 m s/d 30 m (Citra satelit Landsat: Landsat 4/5/7, Landsat 8 LDCM dan SPOT-2, SPOT-4,) b. Citra resolusi sedang, memiliki resolusi spasial 2.5 m s/d 10 m (Citra satelit SPOT) c. Citra resolusi tinggi, memiliki resolusi spasial 0.6 m s/d 1 m (Citra satelit Ikonos dan Quickbird)

2.4 Satelit Resolusi Rendah Citra bersolusi rendah adalah citra-citra satelit yang memiliki resolusi spasial antara 15 m s/d 30 m. Berikut adalah citra yang tergolong kedalam resolusi rendah, yaitu: 2.4.1 Satelit Landsat-8 OLI/TIRS Landsat Data Continuity Mission (LDCM) atau dikenal juga dengan nama Landsat-8 merupakan satelit generasi terbaru dari Program Landsat. Satelit ini merupakan project gabungan antara USGS dan NASA beserta NASA Goddard Space Flight Center dan diluncurkan pada hari Senin, 11 Februari 2013 di Pan...


Similar Free PDFs