Title | KOMUNIKASI PADA SITUASI KHUSUS |
---|---|
Author | Riza Shabrina |
Pages | 5 |
File Size | 27.3 KB |
File Type | DOCX |
Total Downloads | 574 |
Total Views | 629 |
KOMUNIKASI PADA SITUASI KHUSUS Sangat sering terjadi tenaga kesehatan harus menghadapi pasien yang marah atau menjengkelkan, sebagian merendahkan diri atau sarkastik, sedangkan lainnya bersikap menuntut, agresif, dan terang-terangan memperlihatkan sikap bermusuhan. Terkadang pasien mengucapkan tegur...
KOMUNIKASI PADA SITUASI KHUSUS Sangat sering terjadi tenaga kesehatan harus menghadapi pasien yang marah atau menjengkelkan, sebagian merendahkan diri atau sarkastik, sedangkan lainnya bersikap menuntut, agresif, dan terang-terangan memperlihatkan sikap bermusuhan. Terkadang pasien mengucapkan teguran yang tidak pantas yang bersifat merendahkan pemula atau bahkan dokter yang sudah berpengalaman. Tenaga kesehatan mungkin merasa sebal, marah, kewibawaannya terganggu, tidak sabar, atau frustasi. Tenaga kesehatan harus menyadari bahwa reaksi ini adalah respons pasien terhadap penyakitnya, dan belum tentu menunjukkan respons terhadap pewawancara. Tiap pewawancara harus menyadari bahwa emosi yang sama seperti marah, iri, atau takut ada pada kedua belah pihak, pasien dan tenaga kesehatan yang menanganinya. Seorang pasien dapat mengungkapkan perasaannya kepada tenaga kesehatan, yang harus bertindak secara professional dan obyektif, dan tidak merasa diserang atau menjadi defensif. 1. Pasien dalam Keadaan Marah Terkadang kita segera merasa benci kepada pasien yang marah-marah. Tetapi membenci pasien berlawanan dengan segala sesuatu yang telah diajarkan kepada kita. Karena penyakitnya, pasien mempunyai perasaan hilang kendali, kewibawaan terganggu, dan takut. Kemarahannya adalah mekanisme untuk mengatasi perasaan takutnya. Konfrontasi dapat menjadi teknik yang berguna untuk berbicara atau mewawancarai pasien seperti itu. Dengan mengatakan "Anda kelihatan sangat marah" , Anda membuat pasien dapat melepaskan sebagian ketakutannya. Cara konfrontasi lainnya adalah dengan mengatakan, "Anda jelas merasa marah mengenai sesuatu hal. Beritahukanlah kepada saya hal yang salah menurut Anda." Anda harus mempertahankan ketenangan hati Anda dan jangan menjadi defensif. Jika pada awal wawancara Anda mengetahui bahwa pasien sedang marah, berusahalah untuk menghilangkan perasaan tersebut. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan Anda dengan perlahan- lahan...