KONFLIK SAMPIT : PERTIKAIAN SUKU DAYAK DENGAN SUKU MADURA PDF

Title KONFLIK SAMPIT : PERTIKAIAN SUKU DAYAK DENGAN SUKU MADURA
Author Yudha Tri Ardiansyah
Course Dasar-Dasar Ilmu Politik
Institution Universitas Padjadjaran
Pages 10
File Size 153 KB
File Type PDF
Total Downloads 97
Total Views 178

Summary

Konflik yang terjadi pada Suku Dayak dan Suku Madura yang bernama Konflik Sampit...


Description

KONFLIK SAMPIT : PERTIKAIAN SUKU DAYAK DENGAN SUKU MADURA Makalah Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Politik

Dosen Pengampu : Prof. Reiza D. Deinaputra

Yudha Tri Ardiansyah Koesuma 180310180045

ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR, SUMEDANG 2021

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Menurut arti yang luas, konflik terjadi karena perbedaan pendapat, persaingan

dan pertentangan di antara sejumlah individu, kelompok maupun organisasi dalam upaya mendapatkan dan mempertahankan sumber-sumber dari keputusan yang dibuat dan dilaksanakan pemerintah. Dalam keseharian, manusia pasti mengalami suatu konflik, baik konflik positif maupun konflik negatif. Contoh konflik yang negatif jika konflik tersebut mengandung kekerasan, jika sudah mengandung kekerasan maka konflik tersebut mengancam eksistensi sistem politik yang berlaku. Peristiwa konflik Sampit salah satunya. Konflik Sampit adalah pertikaian antar-suku di Kalimantan yang terjadi pada tahun 2001. Konflik ini terjadi karena adanya kerususahan antara Suku Dayak dengan Suku Madura dan konflik ini juga mengakibatkan lebih dari 500 kematian. Makalah ini akan membahas tentang faktor apa saja yang menyebabkan konflik antar-etnis ini bisa terjadi serta bagaimana penanggulangan untuk menghadapi konflik tersebut dan bagaimana kondisi setelah terjadi konflik tersebut. Topik ini akan dibahas menggunakan pendekatan ilmu sejarah dengan bantuan ilmu politik secara bersamaan.

2.

Rumusan Masalah 1. Faktor apa saja yang menyebabkan konflik Sampit bisa terjadi ? 2. Bagaimana penanggulangan terhadap konflik Sampit dan bagaimana kondisi pasca konflik ?

3.

Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan konflik Sampit terjadi 2. Untuk mengetahui cara penanggulangan yang dilakukan untuk konflik Sampit dan mengetahui kondisi pasca konflik.

4.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode sejarah dasar untuk pendekatan sejarah

dan juga pendekatan ilmu politik dengan konsep konflik untuk mengetahui bagaimana suatu konflik dapat terjadi. Metode sejarah yang digunakan terdiri dari empat tahapan yaitu : 1. Heuristik

: tahapan atau kegiatan menemukan dan menghimpun sumber

informasi jejak masa lampau. Di dalam tahap ini penulis masih mencari sumber melalui internet maupun buku-buku online. Penulis juga masih menggunakan beberapa situs internet seperti BBC News.

2. Kritik

: tahapan atau kegiatan meniliti sumber yang didapat penulis

secara internal maupun eksternal 3. Interpretasi : tahapan atau kegiatan menafsirkan fakta-fakta serta menetapkan makna dan hubungan dari fakta-fakta yang diperoleh. Proses penafsiran dilakukan dengan memerhatikan pendekatan politik konflik. Pendekatan ini menentukan apakah konflik tersebut bersifat positif atau negatif, struktur apa saja yang ada dalam konflik tersebut, serta bagaimana pengaturan konflik tersebut. 4. Historiografi : tahapan atau kegiatan terakhir yang menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi imajinatif masa lampau itu sesuai dengan jejak-jejaknya.

PEMBAHASAN 1. Faktor Terjadi Konflik Sampit Penduduk asli Kalimantan Barat adalah Suku Dayak yang hidup sebagai petani dan nelayan. Di dalam pulau Kalimantan tidak hanya suku asli saja, tetapi juga terdapat suku lainnya yang telah datang ke Kalimantan yaitu Madura, Minang, Batak, Melayu, dan Cina. Dalam hal berkomunikasi, banyak suku menggunakan bahasa mereka sendiri dikarenakan kecilnya tingkat pendidikan. Dengan gaya bahasa yang berbeda bisa menyebabkan kesalahpahaman antar-suku.

Sering sekali ditemukan kesalahpaham antara suku Dayak dengan suku Madura, dengan logat atau cara berbicara suku Madura yang keras membuat suku Dayak mengatakan bahwa suku Madura terlihat sangat kasar dan penuh kesombongan. Dengan watak suku Dayak yang ramah dan lembut merasa tidak nyaman dengan karakter orang Madura yang tidak menghormati dan menghargai suku Dayak sebagai penduduk lokal yang menghargai hukum adatnya. Bagi suku Dayak, hukum adat memegang peranan penting bagi mereka. Perilaku suku Madura membuat sentiment sendiri bagi suku Dayak yang menganggap mereka sebagai penjarah tanah suku Dayak. Sebelum tahun 2001, terdapat konflik yang terjadi antara suku Dayak dengan suku Madura seperti pada tahun 1972, seorang gadis Dayak diperkosa oleh pemuda Madura. Terhadap kejadian ini diadakan penyelesaian secara damai melalu hukum adat. Ada juga pada tahun 1982, terjadi tindakan pembunuhan oleh orang Madura terhadap Dayak. Pelaku tidak tertangkap dan tidak dilakukan pengusutan atau penyelesaian secara hukum yang berlaku. Adapun tahun 1996, di Palangkaraya terjadi pemerkosaan terhadap gadis Dayak dan dibunuh oleh pemuda Madura di Bioskop Panala, namun pelaku hanya mendapatkan hukuman yang ringan. Tidak hanya itu, pada tahun 1997 dua orang pemuda Dayak dikeroyok oleh sekumpulan pemuda Madura, hingga menyebabkan seorang pemuda Madura meninggal dan memberikan hukuman yang berat terhadap pemuda Dayak. Tahun 2000 juga, seorang pemuda Dayak menjadi korban aksi kejahatan preman Madura.

Lalu pada bulan Desember 2000, pemuda Dayak di Desa Kasongan kembali menjadi korban oleh pemuda Madura. Dari sekian banyak konflik terjadi, pada tahun 2001 pecahlah konflik Sampit. Konflik ini terjadi pada bulan Februari 2001, dimana tempat konflik ini ada di Kota Sampit tetapi menyebar hingga sampai dengan Provinsi Kalimantan Tengah termasuk ibu kota Palangkaraya. Konflik ini menyebabkan 500 kematian dan ribuan orangorang Madura harus kehilangan tempat tinggal mereka dan juga yang meninggal secara tragis yaitu dengan memenggal kepala orang-orang Madura oleh suku Dayak. Konflik ini terjadi karena adanya kesenjangan secara horizontal yaitu secara kultural. Secara garis besar konflik Sampit ini terjadi karena pertentangan budaya yang saling berlawanan antara suku Dayak dan Madura, dimana kedua suku tersebut bertikai dan tidak mampu berakulturasi dengan baik. Tetapi jika dianalisa secara mendalam

terdapat

faktor-faktor

politik

dan

ekonomi,

dimana

adanya

ketidaksenangan dengan pemerintah daerah yang dimana suku Dayak merasa tidak diuntungkan di tanah mereka sendiri.

2. Penanggulangan Konflik Sampit Dengan terjadinya konflik Sampit pada Februari 2001 yang mengakibatkan kerusakan maupun ratusan kematian, maka digelarlah Kongres Rakyat Kalimatan Tengah III (KRKT III) pada tanggal 4-7 Juni 2001 dengan berpijak pada upaya penyelesaian konflik secara terpadu dengan proses pembangunan daerah sesuai

dengan Tekad Damai Anak Bangsa di bumi Kalimantan. Nilai-nilai yang terkandung yaitu nilai perjuangan secara damai, bahu membahu, melalui organisasi, menentang kelaliman dan eksploitasi, monopoli, sentralisme, KKN, menentang kekerasan dan cara-cara kekerasan. Pola penanggulangan pasca konflik berdasarkan KKRT III di Palangkaraya yaitu 1) Menerima hasil Tekad Damai Anak Bangsa 2) Menerima pusat sebagai mediator 3) Menolak cara-cara kekerasan 4) Menerima pengungsi Madura dengan prasyarat “siap damai dan minta maaf” dengan syarat : 

Adanya Perda Kependudukan



Proses hukum



Pendinginan dinamik, rasa aman kedua belah pihak



Budaya betang



Pembangunan

secara

terpadu

dengan

proses

dan

perencanaan

pembangunan oleh provinsi dan kabupaten/kota.

Penanggulangan konflik yang dilakukan oleh kedua etnis yang bertikai ini adalah sebagai hasil musyawarah besar yang secara tersurat menampilkan nilai-nilai perdamaian, nilai-nilai budaya dan nilai-nilai pembangunan.

Selain itu juga, penanggulangan yang dilakukan oleh Pemda Tk II Kotawaringin Timur pada saat terjadinya konflik yaitu melalui Wakil Bupati Sampit yang turun langsung kelapangan menyerukan masyarakat agar segera menghentikan atau mendinginkan pertikaian dan juga toko masyarakat dihimbau untuk menenangkan warganya di setiap lokasi konflik. Pemda Tk II Sampit juga melakukan evakuasi bersama aparat TNI dan Polisi dalam mengamankan suku Madura dari amukan suku Dayak dengan memberikan lokasi penampungan sementara di Kantor Bupati dan Kantor DPRD. Pasca konflik di Kota Sampit memunculkan berbagai wacana yaitu, cara memulangkan orang-orang Madura ke Kota Sampit; perlindungan harta milik berupa tanah pertanian, perumahan, dan pekarangan, serta bangunan tempat usaha; lapangan pekerjaan bagi orang Madura; serta proses rekonsiliasi antara orang-orang Madura dan orang Dayak. Hasil KKRT memberikan rekomendasi terkait dengan hal tersebut yaitu cara memulangkan orang-orang Madura dengan cara alamiah. Pengembalian alamiah artinya tidak dilakukan secara bersamaan serta dilakukan berdasarkan jalur kekerabatan dan perdamaian. Orang-orang Madura yang ingin kembali ke Kota Sampit harus mengambil referensi berbagai peristiwa masa lalu yang akan menyebabkan dirinya diterima kembali di Kota Sampit. Sebagian besar untuk mengingat bagaimana relasi pada masa lalu dengan orang-orang Dayak yang bersifat harmoni atau tidak saling mengganggu.

SIMPULAN Konflik yang terjadi Kota Sampit ini merupakan konflik yang terjadi antaretnis atau konflik yang berjenis kemajemukan horizontal karena setara dengan sesame etnis tertentu. Ada beberapa yang menyebabkan konflik Sampit ini bisa terjadi, sebagian besar karena adanya ketidak sukaan atas Suku Dayak dengan Suku Madura. Suku Madura yang tidak menghormati, kasar dan kesombongannya dan dianggap penjarah bagi Suku Dayak. Sebelum terjadinya konflik Sampit ini ada beberapa konflik yang terjadi antara Suku Dayak dan Suku Madura tetapi puncak konflik yang menelan ratusan jiwa yaitu pada tahun 2001. Banyak sekali orang-orang Madura yang kehilangan keluarga, rumah maupun usaha mereka. Dengan mediasi dari pemerintah pusat untuk mengadakan KKRT untuk menyelesaikan konflik Sampit ini. Setelah terjadinya konflik ini, beberapa orang Madura ada yang berusaha untuk kembali ke Kota Sampit dengan berbagai cara untuk mendapatkan simpati lagi terhadap orang Dayak.

DAFTAR SUMBER Alexander, Robert. 2005. Konflik Antar Etnis dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Kriminologi Dalam Kasus Kerusuhan Etnis di Sampit Kalimantan Tengah ). Tesis. Program Magister Ilmu Hukum, Universitas Diponegoro Semarang Alexandra, Frisca. 2018. Analisis Akar Konflik Sampit Melalui Teori Deprivasi. Global & Policy. Vol. 6, No. 2 Hadiyanto, Alwan. 2014. Analisa Penyebab Terjadinya Konflik Horizontal di Kalimantan Barat. Jurnal Dimensi. Universitas Riau Kepulauan. Sukaryanto. 2012. Etnosentrisme di Sampit: Kasus Warga Dayak dan Warga Madura Pasca Konflik. LPPM Universitas Airlangga, Surabaya. Yogaswara, Herry. 2016. Meneruskan Hidup Setelah Kerusuhan: Ingatan Kolektif dan Identitas Etnis Madura Pasca-Kekerasan Antar Etnis di Kota Sampit, Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia Vol. 42, No. 1 2016...


Similar Free PDFs