LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos PDF

Title LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos
Author Hari Nugraha
Pages 30
File Size 395.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 309
Total Views 995

Summary

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos) Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air semester ganjil Disusun oleh : Hari Nugraha 230110160103 Naufal Arrasyid 230110160112 Syadza F...


Description

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos) Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air semester ganjil Disusun oleh : Hari Nugraha Naufal Arrasyid Syadza Fatina Oktafiarani

230110160103 230110160112 230110160143

Kelas : Perikanan B / Kelompok 11

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR 2017

0

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan - masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jatinangor, November 2017

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

BAB

Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .....................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................

vii

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1.2 Tujuan .................................................................................. 1.3 Kegunaan .............................................................................

1 1 2

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ikan Bandeng (Chanos chanos) ........................................... 2.1.1 Klasifikasi Ikan Bandeng ..................................................... 2.1.2 Morfologi Ikan Bandeng ...................................................... 2.1.3 Habitat Ikan Bandeng ......................................................... 2.2 Sistem Pernafasan ................................................................ 2.2.1 Tahap Inspirasi ..................................................................... 2.2.2 Taha Ekspirasi...................................................................... 2.3 Suhu ..................................................................................... 2.4 Dissolve Oksigen (DO) ........................................................ 2.5 Konsumsi Oksigen ............................................................... 2.6 Laju Metabolisme ................................................................

3 3 3 4 4 5 5 5 7 8 8

III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu .............................................................. 3.2 Alat dan Bahan .................................................................... 3.2.1 Alat-Alat Praktikum ............................................................. 3.2.2 Bahan-Bahan Praktikum ...................................................... 3.3 Metode Praktikum ............................................................... 3.4 Prosedur Praktikum .............................................................

10 10 10 10 11 12

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil .................................................................................... 4.1.1 Hasil Angkatan .................................................................... 4.1.2 Hasil Kelompok ................................................................... 4.2 Pembahasan ......................................................................... 4.2.1 Pembahasan Data Kelompok ............................................... 4.2.2 Pembahasan Data Angkatan ................................................

13 13 13 15 15 15

I

II

V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .......................................................................... 5.2 Saran .................................................................................... iii

18 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................

19

LAMPIRAN ...................................................................................

20

iv

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

1

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ..................................

10

2

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ...........................

10

3

Tabel data kelompok ......................................................................

22

4

Tabel data angkatan .......................................................................

22

v

DAFTAR GAMBAR Nomor

Judul

Halaman

1

Mekanisme Pernafasan Ikan ..........................................................

5

2

Grafik hasil pengamatan kelompok ...............................................

13

3.

Grafik hasil pengamatan angkatan ..................................................

14

vi

DAFTAR LAMPIRAN Nomor

Judul

Halaman

1

Alat praktikum.................................................................................

20

2

Bahan praktikum ............................................................................

20

3

Kegiatan praktikum .........................................................................

21

vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Salah satu ciri-ciri mahluk hidup adalah bernafas. Bernafas merupakan proses

menghirup

oksigen

(O2)

melalui

organ

pernafasan

dan

mengeluarkan

karbondioksida (CO2) Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat di tentukan

oleh

kemampuannya

memperoleh

oksigen

yang

cukup

dari

lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup (Fujaya 2004). Ikan

merupakan

hewan

poikilotermik,

suhu

tubuhnya

akan

menyesuaikandengan suhu lingkungan. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan. Kenaikan suhu akan diikuti oleh kenaikan derajat metabolisme serta meningkatnya kebutuhan ikanakan O2 (Najiyati 1992). Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas. Atas dasar inilah dilakukan praktek konsumsi oksigen (O2) pada ikan bandeng (Chanos chanos). 1.2

Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara menghitung konsumsi

oksigen ikan bandeng yang sensitif terhadap kadar oksigen terlarut di media hidupnya.

1

2

1.3

Kegunaan Manfaat yang didapat oleh praktikan dari praktikum mengenai Laju

Konsumsi Oksigen Ikan bandeng (Chanos chanos) sebagai berikut: a. Dapat mengetahui definisi, klasifikasi, dan morfologi Chanos chanos b. Dapat mengetahui sistem pernapasan Chanos chanos c. Dapat mengetahui definisi suhu air d. Dapat mengetahui laju konsumsi oksigen Chanos chanos e. Dapat mengetahui kelarutan oksigen di perairan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1

Ikan Bandeng (Chanos chanos) Ikan bandeng atau milkfish termasuk ikan yang sudah lama dikenal di

Indonesia. Ikan bandeng termasuk jenis ikan pelagis yang mencari makan di permukaan dan sering dijumpai di daerah dekat pantai atau litoral. Ikan bandeng merupakan ikan bertulang keras (Teleostei) dengan habitat di perairan payau. Diantara Genus-nya, ikan bandeng hanya terdapat satu spesies, yaitu ikan bandeng (Chanos chanos). Ikan bandeng sudah lama dikenal di negara Indonesia sebagai ikan yang banyak dipelihara di tambak yang tersebar hampir di seluruh pulau besar di Indonesia (Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi). Ikan ini telah banyak dikonsumsi masyarakat baik ikan segar maupun dalam bentuk olahan. Ikan ini juga dipelihara di Filipina dan Taiwan. Ikan bandeng ini ditempat lain disebut banding, mulch, agam (Sumatera), bolu (Bugis), bangos (Filipina) dan sabahi (Taiwan) (Saparinto 2009). 2.1.1 Klasifikasi Ikan Bandeng Klasifikasi ikan bandeng menurut Nelson (1984) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies

: Animalia : Chordata : Pisces : Teleostei : Gonorhynchiformes : Chanidae : Chanos : Chanos chanos

2.1.2 Morfologi Ikan Bandeng Ikan bandeng mempunyai ciri-ciri morfologi badan memanjang, agak pipih, tanpa skut pada bagian perutnya, mata diseliputi lendir mempunyai sisik besar pada sirip dada dan sirip perut, sirip ekor panjang dan bercagak, sisik kecil dengan tipe cycloid, tidak bergigi, sirip dubur jauh di belakang sirip punggung (Saanin 1984).

3

4

Ikan ini memiliki karakteristik berbadan langsing, sirip bercabang serta lincah di air, memiliki sisik seperti kaca dan berdaging putih. Ikan bandeng memiliki keunikan, yakni mulutnya tidak bergigi dan makanannya adalah tumbuh-tumbuhan dasar laut. Selain itu panjang usus bandeng 9 kalipanjang badannya (Murtidjo 1989). 2.1.3 Habitat Ikan Bandeng Ikan bandeng hidup diperairan muara, pantai, hutan bakau dan lagoon. Ikan bandeng dewasa biasanya hidup diperairan littoral. Pada musim kawin induk ikan bandeng biasanya hidup berkelompok dan tidak jauh hidup di pantai dengan perairan yang mempunyai karakteristik perairan jernih, dasar pantai berpasir dan berkarang dengan kedalaman air antara 10-30 meter. 2.2

Sistem Pernafasan Pernapasan

adalah

proses

pengikatan

oksigen

dan

pengeluaran

karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernapasan. Proses pengikatan oksigen tersebut dipengaruhi struktur alat pernapasan, juga dipengaruhi perbedaan tekanan parsial O2 antara perairan dengan darah. Perbedaan tersebut menyebabkan gas-gas berdifusi ke dalam darah atau keluar melalui alat pernapasan. Ikan hanya dapat hidup di air dan mempunyai alat pernapasan yang khusus. Ikan bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kanan dan kiri kepalanya. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen,dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Bagian filamenini

terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga

memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati seperti ikan mas, ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum. Mekanisme pernafasan pada ikan secara umum sama, namun ada perbedaan antara golongan Elasmobranchii dengan Teleostei. Mekanisme pernafasan kelompok ikan Teleostei berlangsung sebagai berikut :

5

2.2.1 Tahap inspirasi Tutup insang tertutup rapat, mulut membuka pada saat beberapa otot berkontraksi. Termasuk dalam otot yang berkontraksi adalah sternohioid dan elevator lengkung palatin. Pada saat yang sama jari-jari penyokong keping tutup insang mengembang dan merendah, rongga bukofaring dan rongga insang mengembang. Terjadi tekanan air yang rendah. Air dari luar masuk melalui mulut menuju rongga mulut.Selanjutnya ruang antara insang dan operkulum meluas ketika tutup insang mengembang ke arah muka meskipun kulit penutup insang tertutup di bagian posterior oleh tekanan air dari luar. Pada saat air dari rongga mulut bergerak melewati insang, terjadi difusi dari lingkungan luar (media air) menuju lingkungan dalam (kapiler darah) pada lamela sekunder. 2.2.2 Tahap Ekspirasi Mulut menutup, kemudian rongga bukofaring dan rongga insang mulai menyempit, sementara katup mulut mencegah aliran air keluar melalui mulut. Rongga mulut mulai berubah fungsi dari sebagai pompa penghisap menjadi sebagai pompa penekan. Operkulum tetap tertutup, telah mencapai kondisi yang lebih lanjut dari penyempitan dan air berkumpul di luar insang. Pada kondisi ini celah insang terbuka. Air bergerak keluar melalui celah insang. Secara skematis mekanisme gerakan air yang terjadi pada proses pernafasan dapat dilihat pada Gambar 2. Mekanisme Pernafasan Ikan Bertulang Sejati.

Gambar 1. Mekanisme Pernafasan Ikan

(Sumber: Ahmad 2014) 2.3

Suhu Suhu menurut Kangingan (2007) adalah suatu besaran yang menyatakan

ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Suhu menunjukkan derajat panas

6

benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda.Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.Suhu juga disebut temperatur. Benda yang panas memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan benda yang dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Namun dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengukur suhu masyarakat cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan.Ini terutama disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus

menentukan

kegiatan

metabolisme,

misalnya

dalam

hal

respirasi. Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai rentang yang dapat ditolerir oleh setiap jenis organisme. Masalah ini dijelaskan dalam kajian ekologi yaitu, “Hukum Toleransi Shelford”. Dengan alat yang relatif sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas respirasi organisme tidak

sulit

dilakukan,

misalnya

dengan

menggunakan

respirometer

sederhana (Udom 1989). Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme tergantung pada lengkapnya keadaan, ketiadaan atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan maupun kelebihan baik secar kualitatif maupun secara kuantitatif dari salah satu dari beberapa faktor yang mungkin mendekati batas-batas toleransi organisme tersebut. Faktor-faktor yang mendekati batas biotik tersebut meliputi komponen biotik dan komponen abiotik yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme tersebut. Komponen biotik yang dimaksud tidak terbatas pada tersedianya unsur-unsur yang dibutuhkan, tetapi mencakup pula temperatur, sinar matahari, air dan sebagainya. Tiap organisme mempunyai batas maksimum dan

7

minimum terhadap faktor-faktor tersebut, dengan kisaran diantaranya batas-batas toleransi (Udom 1989). 2.4

Dissolve Oxygen (DO) DO merupakan perubahan mutu air paling penting bagi organisme air pada

konsentrasi lebih rendah dari 50% konsentrasi jenuh, tekanan parsial oksigen dalam air kurang kuat untuk mempenetrasi lamela, akibatnya ikan akan mati lemas (Ahmad dkk. 1998). Kandungan DO di kolam tergantung pada suhu, banyaknya bahan organik, dan banyaknya vegetasi akuatik (Lelono 1986). DO merupakan kelarutan suatu gas pada cairan. Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal: 1. Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik. 2. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan. 3. Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam hari. Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil (Abdilanov 2011). Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut (Wardoyo 1978). Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya (Swingle 1968).

8

2.5

Konsumsi Oksigen Konsumsi oksigen pada setiap jenis ikan berbeda-beda. konsumsi oksigen

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, ukuran tubuh, aktivitas yang dilakukannya (Djuhanda 1981). Konsumsi oksigen pada tiap organisme berbedabeda tergantung pada aktivitas, jenis kelamin, ukuran tubuh, temperatur dan hormon. (Hurkat dan Marthur 1976). Faktor lain yang menyebabkan perbedaan konsumsi oksigen terlarut adalah nutrisi dan usia. Semakin besar bobot ikan maka semakin banyak pula konsumsi oksigennya., begitu juga sebaliknya. Semakin banyak konsumsi oksigen semakin besar laju metabolismenya (Gordon 1972). Menurut Lagler (1977), konsumsi O2 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu 1. Intensitas dari metabolisme oksidatif dalam sel. 2. Kecepatan pertukaran yang mengontrol perpindahan air disekitar insang yang berdifusi melewatinya. 3. Faktor internal yaitu kecepatan sirkulasi darah dan volume darah yang dibawa menuju insang. 4. Afinitas oksigen dari haemoglobin. Semakin tinggi temperatur maka semakin sedikit O2 terlarut dan bertambah besar konsumsi oksigen. Pengaruh temperatur ini terjadi karena kenaikan temperatur akan menaikkan metabolisme. Umumnya, metabolisme hewan poikiloterm dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan, pada suhu rendah metabolisme turun dan metabolisme akan meningkat pada suhu lingkungan yang meningkat (Singh 1997). 2.6

Laju Metabolisme Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipa...


Similar Free PDFs