Laporan geologi, paleontologi Sangiran PDF

Title Laporan geologi, paleontologi Sangiran
Author Shisil Fitriana
Pages 68
File Size 9.4 MB
File Type PDF
Total Downloads 512
Total Views 949

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI FIELDTRIP SANGIRAN Dosen Pengampu : Drs. Gentur Waluyo Asisten Praktikum : Fatchurrohman Dwi Saputra Disusun Oleh : Untung Rizkiyanto ( H1F012002 ) Dalfa Fatihatussalimah ( H1F012002 ) Shisil Fitriana ( H1F012013 ) Enggar Shafira Agriska ( H1F012015 ) Luthfi Adi Praset...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Laporan geologi, paleontologi Sangiran Shisil Fitriana

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

T HE FAUNAL POSIT ION OF PAT IAYAM SIT E IN T HE BIOST RAT IGRAPHY OF JAVA Sofwan Noerwidi

POSISI FAUNA SIT US PAT IAYAM DALAM BIOST RAT IGRAFI JAWA T HE FAUNAL POSIT ION OF PAT IAYAM… Berkala Arkeologi Sangkhakala, Sofwan Noerwidi Buku Panduan Ekskursi Geologi Regional UGM 2014 Moch. Indra Novian, Salahuddin Husein

LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI FIELDTRIP SANGIRAN

Dosen Pengampu

:

Drs. Gentur Waluyo Asisten Praktikum : Fatchurrohman Dwi Saputra Disusun Oleh :

Untung Rizkiyanto

( H1F012002 )

Dalfa Fatihatussalimah

( H1F012002 )

Shisil Fitriana

( H1F012013 )

Enggar Shafira Agriska

( H1F012015 )

Luthfi Adi Prasetyo

( H1F012018 )

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI PURWOKERTO 2013

1

KATA PENGANTAR

2

Terimakasih pada Dosen Paleontologi kita tercinta

Asisten praktikum

Pendamping Kelompok

3

Kerjasama Kelompok

4

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Geologi daerah Sangiran erat kaitannya dengan cabang ilmu Geologi

khususnya Paleontologi. Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan fosil-fosil yang terkandung dalam batuan yang dapat mengungkapkan sejarah masa lalu. Daerah Sangiran sangat kaya akan keterdapan fosilnya terutama fosil vertebrata. Sudah banyak penelitian di daerah sangiran ini yang mempelajari formasi batuan, kandungan fosilnya,jenis fosilnya dan yang lainnya. Semua penelitian ini dapat kita lihat d museum yang ada d Sangiran. Museum Sangiran adalah museum arkeologi yang terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Museum ini berdekatan dengan area situs fosil purbakala Sangiran yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia. Situs Sangiran memiliki luas mencapai 56 km² meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh) serta Kecamatan Gondangrejo yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (17 km dari kota Solo). Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi obyek wisata yang menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia. Dalam museum ini dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus Erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald. Museum sangiran menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang informasi tentang museum sangiran.

5

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi geologi regional daerah sangiran? 2. Apa saja jenis fosil yang terdapat pada daerah sangiran? 3. Bagaimana sejarah geologi daerah sangiran?

1.3 Tujuan Penulisan Tujuan yang terkandung dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui kondisi geologi regional daerah sangiran 2. untuk mengetahui jenis fosil yang terdapat pada daerah sangiran 3. untuk mengetahui sejarah geologi daerah sangiran

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini adalah hasil studi lapangan paleontologi dan kondisi geologi dengan keterdapatan fosil di

daerah Sangiran. Studi lapangan paleontologi

dilakukan dengan : 1. Pengamatan kondisi geologi di lapangan. 2. Pengamatan kondisi bentang alam di lapangan. 3. Pengamatan fosil yang dapat diamati di lapangan seperti kemunculan fosil molusca laut, rawa dan darat pada singkapan formasi di Sangiran

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Regional Sangiran Pulau Jawa secara fisiografi dan struktural, dibagi atas empat bagian

utama (Bemmelen, 1970) yaitu: Sebelah barat Cirebon (Jawa Barat), Jawa Tengah (antara Cirebon dan Semarang), Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya), Cabang sebelah timur Pulau Jawa, meliputi Selat Madura dan Pulau Madura. Jawa Tengah merupakan bagian yang sempit di antara bagian yang lain dari Pulau Jawa, lebarnya pada arah utara-selatan sekitar 100 – 120 km. Daerah Jawa Tengah tersebut terbentuk oleh dua pegunungan yaitu Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan dengan jalur Pegunungan Bogor di sebelah barat dan Pegunungan Kendeng di sebelah timur serta Pegunungan Serayu Selatan yang merupakan terusan dari Depresi Bandung di Jawa Barat. Pegunungan Serayu Utara memiliki luas 30-50 km, pada bagian barat dibatasi oleh Gunung Slamet dan di bagian timur ditutupi oleh endapan gunung api muda dari Gunung Rogojembangan, Gunung Prahu dan Gunung Ungaran.

Geologi daerah penelitian tepatnya terletak pada jalur Pegunungan

Serayu Utara, yaitu pada lereng bagian selatan dari Gunung Api Rogojembangan, Dieng dan Gunung Sundoro, serta terletak pada bagian utara dari aliran Sungai Serayu yang mengalir dari Timur ke arah Barat.Sketsa fisiografi Jawa bagian

tengah (Bemmelen, 1943 van Bemmelen, 1970, dengan modifikasi)

7

Pembahasan geomorfologi secara regional di Indonesia, tidak terlepas dari pembagian jalur-jalur fisiografi yang dibuat oleh van Bemmelen (1949).Menurut van Bemmelen (1949), secara umum fisiografi Jawa Tengah mulai dari bagian utara sampai ke selatan dapat dibagi ke dalam lima zona fisiografi, yaitu: 1. Dataran Pantai Utara Di Jawa Tengah, zona ini mempunyai lebar maksimum 40 km di selatan Brebes, Lembah Pemali memisahkan Zona Bogor (Bogor Range) dari Jawa Barat dengan Pegunungan Utara dari Jawa Tengah. Ke arah timur dataran pantai ini makin menyempit +20 km di sebelah selatan Tegal dan kemudian menghilang seluruhnya di sebelah timur Pekalongan, dataran tinggi dari gunungapi Kuarter menjorok ke arah laut. Antara Weleri dan Kaliwungu, dataran ini muncul kembali, dibentuk oleh hamparan endapan aluvial dari sungai Bodri yang mengalami pertumbuhan maju ke arah Laut Jawa. 2.

Pegunungan Serayu Utara Zona ini menempati bagian utara Jawa Tengah dan membentuk rantai

penghubung antara Zona Bogor di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di Jawa Timur. Di bagian barat dibatasi oleh Gunung Slamet (3429 mdpl) dan di bagian timur tertutup oleh hasil endapan volkanik muda dari Gunung Regojembang (2177 mdpl), Komplek Dieng (Gunung Prahu, 2566 mdpl) dan Gunung Ungaran (2050 mdpl).Garis batas dengan Zona Bogor adalah PrupukBumiayu-Ajibarang. 3. Zona Depresi Sentral Zona ini menempati bagian tengah dari Jawa Tengah dan dikenal dengan nama Lembah Serayu. Lembah ini memisahkan antara Pegunungan Serayu Utara dengan Pegunungan Serayu Selatan.Zona ini mempunyai penyebaran dari Majenang, Ajibarang, Purwokerto, Banjarnegara, dan Wonosobo. 4.

Pegunungan Serayu Selatan Zona ini terdiri dari bagian barat dan timur. Bagian barat disebut sebagai

pengangkatan pada zona depresi Bandung dari Jawa Barat atau sebagai struktur baru yang terdapat di Jawa Tengah. Bagian timur Pegunungan Serayu Selatan membentuk antiklin. Bagian barat dengan bagian timur dipisahkan oleh Lembah

8

Jatilawang, yang dimulai dekat Ajibarang, sebuah antiklin menjadi sempit dan dipotong oleh Sungai Serayu yang melintang dengan arah utara-selatan. Sebelah timur dari Banyumas, antiklin berkembang ke arah timur, membentuk antiklinorium mencapai lebar 30 km dari daerah Luk Ulo sampai ke selatan Banjarnegara. Sedangkan ujung timur dari

Pegunungan Serayu Selatan

membentuk sebuah dome dari Purworejo sampai lembah Sungai Progo dan dikenal sebagai Pegunungan Kulon Progo. 5. Dataran Pantai Jawa Tengah Selatan Zona ini mempunyai lebar 10 – 25 km. Bagian ini membentuk kontras yang tajam dengan pantai berbukit dari Jawa Barat dan Jawa Timur.Jalur dataran ini bergantung dengan Zona Bandung dari Jawa Barat. Pada bagian tengah jalur ini terganggu oleh adanya Pegunungan Karangbolong yang secara fisiografis dan struktural mirip dengan Pegunungan Selatan dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Daerah penelitian masuk ke dalam zona kuning, dimana daerah penelitian masuk ke dalam zona Antiklinorium Pegunungan Kendeng (van Bemmelen, 1970).

9

Menurut van Bemmelen (1949) struktur kubah sangiran mungkin berkaitan dengan penggelinciran grafitasi(grafity gliding). Bahan vulkanik di lereng gunung api. Kloosterman mempunyai pendapat lain yang digambarkan di gambar diatas struktur diaplir gunung mijil adalah kunci untuk mengerti struktur kubah sangiran. Walaupun dalam skala yang lebih besar tetapi prinsip nya tetap sama yaitu lapisan plastis yang ditekan oleh beban dari lapisan yang diatasnya, apalagi bila ditekan dari atas tidak merata seperti tubuh gunung api. Gunung api laawu yang mempunyai fundamesi batuan tersier yang sangat lembek. Tekanan gravitasi tubuh gunung api lawu mungkin mampu menekan material plastis yaitu mud stones dan lempung marine keluar dari diaplir yang mengalir ke atas dan membentuk lapisan diatasnya. Jadi menurut kloosterman struktur kubah sangiran yang begitu sempurna adalah hasil dari diaplir bahan tersier yang mendorong keatas sehingga lapisan diatas terbentuk sebagai kubah. Proses ini mungkin masih terjadi terus menerus karena proses ini berjalan pelan pelan. Oleh karena proses ini berjalan secara menerus, sungai antaselden dan kali cemoro berhasil memotong struktur jubbah sangiran. Keistimewaan sangiran menurut ahli geologi dahulu dimasa purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses tektonik dan bencana alam letusan gunung lawu, gunung merapi dan gunung merbabu maka sangiran menjadi sebuah dataran. Hal ini dibuktikan dengan lapisan lapisan pembentuk wilayah sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah pada

10

wilayah lain. Tiap lapisan tanah ditemukan fosil-fosil menurut jenis dan jamannya.Misalnya fosil binatang laut banyak di temukan di lapisan tanah paling bawah yang dulunya merupakan lautan.

Geomorfologi

daerah

sangiran

merupakan

suatu

dome.Sangiran

merupakan daerah dengan luas sekitar 32 km2 yang membujur dari utara ke selatan sepanjang 8 km dan dari timur ke barat sepanjang 4 km, sehingga secara umum dome Sangiran berbentuk oval.Dome Sangiran merupakan daerah yang tersingkap. Berdasarkan hasil penelitian terbentuknya Dome Sangiran merupakan peristiwa geologi yang diawali pada 2,4 juta tahun yang lalu terjadi pengangkatan,gerakan lempeng bumi,letusan gunung berapi dan adanya masa glasial sehingga terjadi penyusutan air laut yang akhirnya membuat wilayah Sangiran terangkat keatas, hal ini dibuktikan dengan endapan yang bisa kita jumpai di sepanjang Sungai Puren yang tersingkap lapisan lempeng biru dari Formasi Kalibeng yang merupakan endapan daerah lingkungan lautan dan hingga sekarang ini banyak sekali dijumpai fosil-fosil moluska laut. Aspek geomorfologi dome Sangiran meliputi : 1. Merupakan Dome. 2. Sangiran adalah suatu Kawasan yang dibentuk / dikontrol oleh struktur Geologi (Lipatan Miring Segala Arah) yang bekerja secara bersama-sama dengan proses Eksogenik ( Curah Hujan, Pelapukan, Erosi dan sedimentasi). 3. Proses-proses Geomorfik ini akan bekerja secara simultan, karena didukung oleh faktor resistensi Batuan yang ada adalah sangat bervariasi. Morfologi Sangiran merupakan kubah struktural dengan puncak telah terer osi kuat.Sebagaiakibatnya adalah pembentukan pada aliran yang spesifik yaitu "an 11

nular"yakni pada aliran "trallis" dominan

sungai sub sekuenya melingkar dan

sungai konsekuenya radial. Suatu struktur kubah sering kali memperlihatkan penampang-penampang geologis yang baik dari informasi muda di pinggir ke formasi yang tua di pusat kubahnya. Kubah sangiran juga menyingkap suatu penampang hingga batuan tersier. Proses ini mungkin masih berlangsung terus menerus, sebab proses ini berjalan secara geomorfik. Dalam sangiran terdapat sungai anteseden dan kali cemoro yang memotong struktur kubah sangiran walaupun lapisan lapisan di dalam kubah terpotong ke atas tetapi kali cemoro tetap dapat memotongnya dengan erosi vertical.

2.2 

Formasi-Formasi di Sangiran Formasi Kalibeng. Formasi ini merupakan formasi tertua di lembah Sangiran. Lapisan ini

terdiri dari pasir yang berwarna abu kehitaman dan batu pasir gampingan dengan kandungan fosil Foraminifera dan Mollusca(bertulang lunak) yang melimpah. Di lapisan ini pula terdapat fosil kepiting, hal ini menunjukkan bahwa lapisan ini dulunya adalah wilayah perairan payau. Menurut para ahli bahwa perairan ini mengalami regresi (penyusutan air laut) yang terjadi pada zaman Pliosen, hal ini menyebabkan terbentuknya daratan baru. Hipotesa tersebut diperkuat dengan penemuan fosil Gajah purba atau Madtodon bumi juensis . Berumur 5 juta s/d 1.8 juta tahun lalu. Dengan lapisan: 1. Lapisan napal (Marl) 2. Lapisan lempung abu-abu (biru) dari endapan laut dalam 3. Lapisan foraminifera dari endapan laut dangkal 4. Lapisan balanus batu gamping 

5. Lapisan lahar bawah dari endapan air payau. Formasi Pucangan. Formasi ini terdiri dari dua bagian yaitu : bagian breksi dan bagian batu

lempung hitam. Bagian breksi terdiri dari batu pasir konglomerat dan breksi, lapisan ini berbatasan langsung dengan formasi Kalibeng. Pada bagian breksi ditemukan fosil hewan jenis vertebrata (bertulang belakang) seperti Stegodont

12

spdan Sus sp. spesies ini disebut fauna Jetis oleh Von Koeningswald. Sementara pada lapisan lempung hitam diduga berasal dari daerah air tawar, dan jenis spesies faunanya serupa dengan bagian breksi. Pada formasi Pucangan ini strukturnya terdiri dari Vulkanik dan air tawar. Berumur 1.8 juta s/d 1 juta tahun lalu. Dengan lapisan: 1. Lapisan lempung hitam (kuning) dari endapan air tawar 2. Lapisan batuan kongkresi 3. Lapisan lempung volkanik (Tuff) (ada 14 tuff) 4. Lapisan batuan nodul 5. Lapisan batuan diatome warna kehijauan



Formasi Kabuh. Formasi ini diduga berasal dari danau Plestosin yang telah mengering, pada lapisan ini telah dilakukan ekskavasi di teras Dayu yang merupakan Grenzbank(lapisan pembatas). Disini ditemukan Sangiran flake industry (alat buatan khusus Sangiran) dan fosil Pithecanthropus erectus. berumur 1 juta s/d 250 ribu tahun lalu. Dengan Lapisan: 01. Lapisan konglomerat 02. Lapisan batuan grenzbank sebagai pembatas 03. Lapisan lempeng vulkanik (tuff) (ada 3 tuff) 04. Lapisan pasir halus silang siur 05. Lapisan pasir gravel.



Formasi Notopuro. Formasi ini merupakan formasi yang paling curam letaknya, dan hanya terdapat fosil seperti di formasi kabuh. Adapun fosil manusia purba yang ditemukan di Sangiran, yaitu :

 

Meganthropus palaeojavanicus Ditemukan pada lapisan pleistosen bawah, oleh Von Koeningswald

Homo soloensis Ditemukan di lapisan pleistosen atas oleh 3 arkeolog Belanda yaitu Ter Haar, Oppenoorth dan Von Koeningswald. Berumur 250 ribu s/d 15 ribu tahun lalu. Dengan lapisan: 01. Lapisan lahar atas

13

02. Lapisan teras 03. Lapisan batu pumice Berikut rincian penemuan fosil-fosil di daerah Sangiran : TAHUN

TEMUAN

1936

Fragmen rahang bawah

1937

Atap tengkorak

1938

Atap tengkorak

1939

Tengkorak

1939

Fragmen rahang bawah

1941

Gigi-gigi

1952

Rahang bawah

1960

Fragmen rahang bawah

1963

Tulang pipi, atap tengkorak

1965

Gigi-gigi

1965

Atap tengkorak

1965

Tulang-tulang tengkorak

1965

Fragmen tengkorak

1966

Fragmen tulang tengkorak

1966

Fragmen dasar tengkorak

1968

Fragmen rahang atas kiri

1969

Fragmen rahang atas kanan

1970

Fragmen tulang tengkorak

1970

Fragmen tulang kepala bagian belakang

1971

Fragmen tulang tengkorak

2.3

Struktur Yang Terdapat di Sangiran Menurut Pulunggono dan Martodjojo (1994), pola struktur Pulau Jawa

pada dasarnya memiliki tiga arah kelurusan struktur yang dominan, yaitu: Pola struktur pertama yang dicirikan oleh arah timur laut - barat daya yang dikenal dengan Pola Meratus. Pola Meratus terbentuk pada 80 sampai 53 juta tahun yang lalu (Kapur akhir – Eosen Awal)

14

Pola struktur kedua dominan dijabarkan oleh sesar-sesar berarah utara – selatan yang dikenal dengan Pola Sunda. Pola Sunda pada umumnya berupa struktur regangan. Pola Sunda terbentuk sejak 53 sampai 32 juta tahun yang lalu (Eosen awal – Oligosen awal) Pola struktur ketiga atau disebut juga Pola Jawa mempunyai arah struktur barat – timur yang umumnya dominan berada berada di daratan Pulau Jawa bagian barat diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar baribis dan sesarsesar dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola sesar-sesar yang terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu Selatan.Di bagian Timur ditunjukan oleh sesar naik.Pola Jawa terbentuk sejak 32 juta tahun yang lalu. Secara regional di zona Pegunungan Serayu Selatan dijumpai struktur geologi berupa lipatan, sesar, dan kekar (Asikin, dkk, 1992).Pada umumnya struktur–struktur tersebut dijumpai pada batuan yang berumur Kapur hingga Pliosen.Lipatan–lipatan sebagian besar berada di daerah barat dan umunya berarah barat–timur.Di bagian timur dan selatan struktur lipatan pada umumnya berupa monoklin dengan kemiringan lapisan ke arah selatan.Sumbu–sumbu lipatan tersebut memiliki arah yang relatif sejajar dan sebagian besar terpotong oleh sesar. Struktur Geologi permukaan yang terdapat di daerah Banyumas dan sekitarnya umumnya didominasi oleh sumbu-sumbu lipatan dan jurus perlapisan batuan yang berarah baratlaut-tenggara.Dari interpretasi penampang seismik melalui Adipala- Purwokerto, terlihat adanya tinggian dan rendahan pada Cekungan Banyumas.Tinggian dan rendahan tersebut dipisahkan oleh sesar-sesar turun membentuk struktur graben dan setengah graben.Pada graben ini diendapkan material sedimen Paleogen dan Neogen.

2.4

Sejarah Sangiran Sangiran merupakan situs prasejarah yang berada di kaki gunung lawu,

tepatnya di depresi Solo sekitar 17 km ke arah utara dari kota solo dan secara administrative terletak diwilayah Kabupaten Sragen dan sebagian terletak di kabupaten karanganyar, propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah 56 KM yang mencakup tiga kecamatan di kabupaten Sragen. Surat keputusan Menteri

15

Pendidikan & Kebudayaan NO 070/0/1977, Sangiran ditetapkan sebagai cagar budaya dengan luas wilayah 56 KM, dan selanjutnya Sangiran pada tahun 1996 oleh UNESCO ditetapkan sebagai World Heritage dengan nomor 593. Menurut sejarah Geologi, daerah Sangiran mulai terbentuk pada akhir kala plestosen. Situs Sangiran terkenal karena mempunyai stratigrafi yang lengkap dan menjadi

yang

terlengkap

di

benua Asia,

sehingga

itu

diakui

dapat

menyumbangkan data penting bagi pemahaman sejarah evolusi fisik manusia, maupun lingkungan keadaan alam purba. Stratigrafi di kawasan situs S...


Similar Free PDFs