LAPORAN LENGKAP TEKNOLOGI BAHAN DAN PRODUKSI PAKAN PDF

Title LAPORAN LENGKAP TEKNOLOGI BAHAN DAN PRODUKSI PAKAN
Author Ardana Kurniaji
Pages 58
File Size 569.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 34
Total Views 552

Summary

1 LAPORAN LENGKAP TEKNOLOGI BAHAN DAN PRODUKSI PAKAN Laporan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Kelulusan Pada Mata Kuliah Teknologi Bahan Dan Produksi Pakan OLEH : ARDANA KURNIAJI I1A2 10 097 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI...


Description

Accelerat ing t he world's research.

LAPORAN LENGKAP TEKNOLOGI BAHAN DAN PRODUKSI PAKAN Ardana Kurniaji

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Laporan Prakt ikum Nut risi Ikan Ardana Kurniaji

Laporan pakan Neng Dhiffa PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 Frist y Ayu

1

LAPORAN LENGKAP TEKNOLOGI BAHAN DAN PRODUKSI PAKAN

Laporan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Kelulusan Pada Mata Kuliah Teknologi Bahan Dan Produksi Pakan

OLEH :

ARDANA KURNIAJI I1A2 10 097

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2013

2

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis ikan baik itu ukuran, kebutuhan protein dan kebiasaan ikan. Pakan buatan ini biasanya dinamakan pellet. Pakan buatan biasanya di produksi secara besar-besaran di pabrik pengolahan pellet dimana pada pembuatan pellet ini di produksi oleh para ahli dibidangnya. Namun pada dasarnya cara atau teknik pembuatan pekan ikan ini sangat sederhana. Konversi yang efisien dalam memberi makan ikan sangat penting bagi pembudidaya ikan sebab pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total biaya produksi. Bagi pembudidaya ikan, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan pakan merupakan sesuatu yang sangat kritis sebab pakan menghabiskan biaya 4050% dari biaya produksi (Herry,2008) Formula pakan harus tepat

agar pakan yang diberikan pada ikan dapat

memenuhi semua nutrien yang dibutuhkan ikan dan diperlukan data mengenai kebutuhan nutrien pakan ikan dan pengetahuan mengenai kemampuan ikan untuk mengasimilasi bahan pakan. Dalam membuat pakan buatan langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan perencanaan pembuatan pakan buatan. Perencanaan terhadap pembuatan pakan harus dibuat dengan seksama agar pakan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan

3

ikan yang mengkonsumsinya. Pengetahuan pertama yang harus dipahami adalah mengenai kandungan nutrisi dari pakan buatan. Kandungan nutrisi yang terdapat didalam pakan buatan harus terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Komposisi nutrisi pakan yang terdapat pada pakan buatan sangat spesifik untuk setiap ukuran ikan. Kualitas pakan buatan ditentukan antara lain oleh kualitas bahan baku yang ada. Hal ini disebabkan selain nilai gizi yang dikandung bahan baku harus sesuai dengan kebutuhan ikan, juga pakan buatan ini disukai ikan baik rasa, aroma dan lain sebagainya yang dapat merangsang ikan untuk memakan pakan buatan ini. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum pembuatan pelet untuk mengetahui formulasi pakan yang sesuai dengan kebutuhan organisme target dalam hal ini adalah juvenil ikan bandeng, sehingga diperoleh konsep formulasi yang digunakan untuk meningkatkan stabilitas pakan. 1.2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui menyusun formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan ikan. 1. Mengetahui formulasi pakan ikan untuk juvenil ikan bandeng 2. Mengetahui Stabilitas pakan dari hasil formulasi 3. Mengetahui actractability pakan yang telah diformulasikan Sedangkan manfaat dari praktikum ini mahasiswa dapat mengatahui bagaimana menformulasi pakan sesuai dengan kebutuhan ikan.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bioekologi Organisme 2.1.1. Klasifikasi Ikan Bandeng mempunyai ciri-ciri seperti badan memanjang, padat, kepala tanpa sisik, mulut kecil terletak di depan mata. Mata diselaputi oleh selaput bening (subcutaneus). Menurut Ghufron dalam Susanto (2010) Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dapat tumbuh hingga mencapai 1,8 m, anak ikan Bandeng (C. chanos) yang biasa disebut nener yang biasa ditangkap di pantai panjangnya sekitar 1 -3 cm, sedangkan gelondongan berukuran 5-8 cm. Menurut Saanin dalam Susanto (2010) Ikan Bandeng (Chanos chanos) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Class : Pisces Ordo : Malacopterygii Famili : Chanidae Genus : Chanos Spesies : Chanos chanos

Gamabar 1. Ikan Bandeng (Chanos chan (Sumber: Soewarto, 2011)

5

2.1.2. Morfologi dan Anatomi Ikan Bandeng (C. chanos) merupakan ikan air payau. Bentuk tubuhnya seperti peluru torpedo, sirip ekor bercabang, mata bundar berwarna hitam dengan bulatan putih jernih ditengah-tengahnya, dan sisik berwarna putih keperak-perakan. Daging ikan berwarna putih susu sehingga disebut juga dengan milkfish (Saparianto, dkk. 2006). Ikan bandeng mempunyai ciri-ciri morfologi badan memanjang, agak pipih, tanpa skut pada bagian perutnya, mata diseliputi lendir mempunyai sisik besar pada sirip dada dan sirip perut, sirip ekor panjang dan bercagak, sisik kecil dengan tipe cycloid, tidak bergigi, sirip dubur jauh di belakang sirip punggung. Kulit ikan terdiri dari daerah punggung, perut dan ekor sesuai dengan bentuk badannya. Kulit ikan tersusun dari komponen kimia protein,lemak, air, dan mineral. Kulit ikan mengalami kemunduran mutu seperti bagian ikan yang lain ketika mati. Kadar protein yang tinggi pada kulit menyebabkan kulit mudah rusak pada suasana asam, basa, serta aktivitas mikroba sehingga kulit mudah busuk Enzim-enzim yang banyak berperan dalam kemunduran mutu kulit, seperti halnya pada ikan, adalah enzim-enzim proteolitik, yaitu enzim katepsin dan kolagenase (Rahmat et al. 2008). Secara eksternal ikan bandeng mempunyai bentuk kepala mengecil dibandingkan lebar dan panjang badannya, matanya tertutup oleh selaput lendir (adipose). Sisik ikan banding yang masih hidup berwarna perak, mengkilap pada seluruh tubuhnya. Pada bagian punggungnya berwarna kehitaman atau hijau kekuningan atau kadang-kadang albino, dan bagian perutnya berwarna perak serta

6

mempunyai sisik lateral dari bagian depan sampai sirip ekor. Pada ikan bandeng ukuran juvenil dan dewasa jumlah sirip dorsal II :12-14, anal II: 8 atau 9, sirip dada I: 15-16, sirip bawah I:10 atau 11 dan mempunyai sisik lateral dari bagian depan sampai caudal antara 75-85, dan tulang belakang berjumlah 44 ruas (Novianto, 2001). Ikan bandeng dikenal sebagai ikan petualang yang suka merantau. Ikan bandeng ini mempunyai bentuk tubuh langsing mirip terpedo, dengan moncong agak runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warnanya putih gemerlapan seperti perak pada tubuh bagian bawah dan agak gelap pada punggungnya (Mudjiman, 1998). Ciri umum ikan bandeng adalah tubuh memanjang agak gepeng, mata tertutup lapisan lemak (adipase eyelid), pangkal sirip punggung dan dubur tertutup sisik, tipe sisik cycloid lunak, warna hitam kehijauan dan keperakan bagian sisi, terdapat sisik tambahan yang besar pada sirip dada dan sirip perut. Bandeng jantan memiliki ciriciri warna sisik tubuh cerah dan mengkilap keperakan serta memiliki dua lubang kecil di bagian anus yang tampak jelas pada jantan dewasa (Hadie, 2000). Menurut Ghufron & Kardi (1997), ikan bandeng mempunyai badan yang memanjang seperti torpedo dengan sirip ekor bercabang sebagai tanda bahwa ikan bandeng tergolong sebagai perenang cepat. Kepala ikan bandeng tidak bersisik, mulut kecil terletak di ujung rahang tanpa gigi, lubang hidung terletak di depan mata. Mata diliputi oleh selaput bening (subcutaneus). Warna badan putih keperak-perakan dan punggung putih kehitaman.

7

2.1.3. Habitat dan Penyebaran

Ikan bandeng hidup diperairan pantai, muara sungai,hamparan hutan bakau, lagoon, daerah genangan pasang surut dan sungai. Ikan bandeng dewasa biasanya berada diperairan littoral. Pada musim pemijaham induk ikan bandeng sering dijumpai berkelompok pada jarak tidak terlalu jauh dari pantai dengan karakteristik habitat perairan jernih, dasar perairan berpasir dan berkarang dengan kedalaman antara 10-30 m Kematangan kelaminDaerah penyebaran ikan Bandeng yaitu di laut tropik Indo Pasifik dan dominan didaerah Asia. Di Asia Tenggara ikan bandeng berada didaerah perairan pantai Burma, Thailand, Vietnam, Philipina, Malalysia dan Indonesia. Secara umum penyebaran ikan bandeng tercatat berada di sebagian besar laut Hindia dan laut Pasifik kira-kira dari 40 BT-100 BB dan antara 40 LU - 40 LS. Penyebarannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti phase bulan ,pasang surut,arus air dan kelimpahan plankton (Novianto, 2001). Ikan bandeng memerlukan temperatur atau suhu air optimal antara 15-40oC. apabila temperatur air kurang, ikan bandeng bisa stres dan akhirnya mati. Namun demikian ikan ini memiliki sifat euryhalien,

artinya dapat mudah dan cepat

beradaptasi ke arah air payau bahkan ia mampu melawan arus hingga ia mendapatkan air tawar. Sehingga tidak heran jika ikan bandeng mudah dijumpai di daerah rawa, sungai, maupun danau (Purnomowati dkk. 2007).

8

2.1.4. Reproduksi dan Daur Hidup Pemijahan bandeng berlangsung parsial, yaitu telur matang dikeluarkan sedangkan yang belum matang terus berkembang didalam tubuh untuk pemijahan berikutnya. Dalam setahun, 1 ekor induk bandeng dapat memijah lebih dari satu kali.. Jumlah telur yang dihasilkan dalam satu kali pemijahan berkisar antara 300.0001.000.000 butir telur (Murtidjo, 1989). Indikator bandeng memijah adalah bandeng jantan dan bandeng betina berenang beriringan dengan posisi jantan dibelakang betina. Pemijahan lebih sering terjadi pada pasang rendah dan fase bulan seperempat. Menurut Ahmad (1998), dalam siklus hidupnya, bandeng berpindah dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya mulai dari laut sampai ke sungai dan bahkan danau. Hal ini disebabkan karena bandeng memiliki kisaran adaptasi yang tinggi terhadap salinitas. 2.1.5. Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Bandeng mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis seperti plankton, udang renik, jasad renik, foraminifera, famenbran-chiopoda, copepoda, dan tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan ukuran mulutnya, ikan ini tidak mampu menelan makanan yang berukuran besar dan keras. Ia akan menyukai jenis makanan yang berupa unsur tumbuh-tumbuhan yang membusuk, plankton dan klekap atau sekumpulan ganggang biru yang tumbuh di dasar perairan (Purnomowati dkk. 2007).

9

Bandeng termasuk herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan). Ikan ini memakan klekap, yang tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari permukaan tanah, klekap ini sering disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng terutama terdiri dari plankton (Chlorophyceae dan Diatomae), lumut dasar (Cyanophyceae), dan pucuk tanaman ganggang (Nanas dan Ruppia). Tumbuh-tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk (Liviawaty, 1991). Menurut Ahmad et al, (1993), larva bandeng merupakan bagian dari komunitas plankton di laut lepas yang kemudian hidup dan berkembang, hidup di perairan pantai berpasir, berair jernih dan banyak mengandung plankton, serta bersalinitas 25-35o/oo. Tahapan larva berlangsung sampai sekitar 30 hari setelah menetas. Larva mulai makan plankton 72 jam setelah ditetaskan. Benih yaitu larva berumur lebih dari 25 hari atau disebut juga nener, hidup di perairan pantai berkarang atau pantai berlumpur, berair jernih yang kadang-kadang ditumbuhi vegetasi campuran atau mangrove, namun subur dan bersalinitas 25-35o/oo. 2.2. Bahan Pakan 2.2.1. Pakan Buatan Manajemen pakan ikan merupakan salah satu faktor menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan. Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dari beberapa jenis bahan baku. Pakan buatan yang baik adalah pakan yang

10

mengandung gizi yang penting untuk ikan, memiliki rasa yang disukai oleh ikan dan mudah dicerna oleh ikan (Akbar dkk., 2001). Menurut Rizal (2005), pellet adalah bentuk ransum yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan perbandingan komposisi yang telah dihitung dan ditentukan. Kemudian bahan-bahan tersebut diolah menggunakan mesin pellet (pelletizer). Tujuan ransum dibuat menjadi pellet untuk mengurangi loss nutrisi dan dalam bentuk yang lebih utuh. Bahan baku adalah bahan yang akan digunakan untuk membuat pakan buatan. Bahan baku yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan jenis ikan yang akan mengkonsumsi pakan buatan tersebut. Jenis-jenis bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat pakan buatan untuk induk, larva dan benih ikan dapat dikelompokkan menjadi bahan baku hewani, nabati dan bahan tambahan. Jenis bahan baku yang akan digunakan untuk pembuatan pakan ikan laut biasanya berasal dari sumber hewani. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah mempunyai nilai gizi tinggi, dengan bahan baku yang bergizi tinggi akan diperoleh pakan yang dapat dicerna oleh ikan dan dapat menjadi daging ikan lebih besar dari 50%. Tidak mengandung racun, bahan baku yang mengandung racun akan menghambat pertumbuhan ikan dan dapat membuat ikan mati dan sesuai dengan kebiasaan makan ikan, bahan baku yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan dialam, hal ini dapat meningkatkan selera makan dan daya cerna ikan.Seperti diketahui bahwa berdasarkan kebiasaan makannya jenis pakan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu herbivor,

11

omnivor dan karnivor. Maka dalam memilih bahan baku yang akan digunakan untuk ikan herbivor akan sangat berbeda untuk ikan karnivora atau omnivor. Pada ikan herbivor komposisi bahan baku lebih banyak yang berasal dari nabati dan untuk ikankarnivor maka komposisi baha bakunya lebih banyak berasal dari hewani. 2.2.2. Tepung Ikan Ikan memiliki kandungan gizi yang baik, terutama protein dan lemak yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan fortifikasi pada berbagai produk makanan. Protein ikan dapat difortifikasikan dalam bentuk daging lumat atau tepung ikan mutu pangan, dan protein hidrolisat. Sedangkan lemak dapat ditambahkan dalam bentuk minyak ikan, konsentrat asam lemak omega-3 dan tepung minyak ikanbBerasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60 – 70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik, di mana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati. Mineral kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi, dan karena berbagai keunggulan inilah maka harga tepung ikan menjadi mahal (Irianto, 2007).. Kandungan nutrisi tepung ikan adalah Protein kasar 60 – 70 %, Serat kasar 1,0 %, Kalsium 5,0 % dan Fosfor 3,0 %. Menurut Mudjiman (2004) ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan, aktivitas hidup dan perkembangbiakan. Ikan menggunakan protein sebagai sumber energi yang utama, sumber energi kedua yang digunakan adalah lemak sedangkan karbohidrat menjadi sumber energi yang ketiga.

12

Tepung ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan. Produk yang kaya dengan protein dan mineral ini digunakan sebagai bahan baku pakan (Tarwiyah dkk., 2001). 2.2.3. Tepung Kedelai Kandungan gizi kacang kedelai yaitu, Mineral 3261 mg, Mineral Kalium 1835 mg, Magnesium 225 mg, Protein 2,8 g, Lemak 1,5 g, Karbohidrat 3,6 g, Serat 0,1 g, Vitamin A 110 mcg, Vitamin B 407 mcg, Kalori 331 g, Hidrat arang 34,8 g, Fosfor 585 g, dan sebagian besar didalam kandungan ini memiliki nilai gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh (Junaedi, 2009) Sugiyono (2007) mengatakan, untuk menentukan nilai gizi suatu makanan sebaiknya diukur dengan kadar kandungan tertentu, misalnya kadar protein, kadar lemak, kadar vitamin tertentu, kadar serat, dan lain-lain. Produk-produk yang dibuat dari kedelai umumnya memiliki kadar protein relatif tinggi. Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering (Agustono dkk., 2007). 2.3. Kualitas Pakan Pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia untuk ikan peliharaan yang berasal dari berbagai macam bahan baku yang mempunyai kandungan gizi yang

13

baik sesuai dengan kebutuhan ikan dan dalam pembuatannya sangat memperhatikan sifat dan ukuran ikan. Pakan buatan dibuat oleh manusia untuk mengantisipasi kekurangan pakan yang berasal dari alam yang kontinuitas produksinya tidak dapat dipastikan. Dengan membuat pakan buatan diharapkan jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan akan terpenuhi setiap saat (Hasbullah, 2001). Pakan selain sebagai kebutuhan pertumbuhan bagi ikan, juga merupakan biaya variable terbesar dalam proses produksi sekitar 60 % dari biaya produksi. Kenaikan harga pakan akan

menurunkan

laba

dan meningkatkan

biaya

produksi. Oleh karena itu harus dikembangkan formulasi pakan yang memiliki efisiensi pakan yang tinggi dengan biaya produksi pakan yang serendah mungkin tetapi tidak mengurangi kandungan nutrient yang ada pada pakan (Arie, 2009). Salah satu cara untuk menekan biaya produksi adalah mengunakan sumber bahan pakan yang dalam penggunaannya tidak bersaing dengan bahan pokok makanan manusia, ketersediaan berkesinambungan, mempunyai nilai gizi tinggi dan harganya relatif murah (Murtidjo, 2001). Kebutuhan protein untuk ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ukuran ikan, temperatur air, rata-rata pemberian pakan (feeding rate), ketersediaan dan kandungan gizi pakan, keseluruhan kandungan energi yang dapat dicerna oleh ikan dan mutu protein tersebut. Mutu protein tergantung pada kuantitas dan kualitas asam amino esensial yang terkandung di dalamnya serta daya serapnya (bioavailability). Protein yang dicerna oleh ikan digunakan sebagai sumber energi untuk pembaruan/mengganti jaringan yang rusak dan pertumbuhan ikan. Oleh karena

14

pemakaian protein pakan akan sangat berguna jika semua protein tersebut digunakan untuk pertumbuhan atau perbaikan jaringan dan dapat dikatabolisme sebagai energy (Anonim, 2012). 2.4. Pengujian Pakan Dalam pembuatan pakan ikan, analisis proksimat beberapa bahan baku dan pakan buatan pelet sangat diperlukan untuk menjaga kualitasnya, demikian halnya untuk kebutuhan ikan baik itu kandungan protein, lemak, serat, ekstraksi bebas nitrogen dan abu (Darsudi, dkk., 2008). Hasil analisis proksimat bahan baku pakan berupa kandungan protein, lemak, abu, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Tepung ikan, tepung bungkil kedelai, dan DDGS memiliki kandungan protein di atas 20%, sehingga dijadikan sebagai sumber protein pakan. Sedangkan pollard menjadi sumber karbohidrat pakan. DDGS dan tepung bungkil kedelai selain sebagai sumber protein juga menjadi sumber karbohidrat. Kemudian sumber lemak pakan berasal dari DDGS dan tepung ikan (Hadadi, 2007). Analisis proksimat merupakan analisis kandungan makro zat dalam suatu bahan makanan Analisis proksimat adalah analisis yang dapat dikatakan berdasarkan perkiraan saja, tetapi sudah dapat menggambarkan komposisi bahan yang dimaksud. Analisis proksimat yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, serat, dan mineral (Endra, 2006).

15

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum pembuatan pakan formulasi untuk juvenil bandeng yaitu persiapan bahan baku pakan dan pembuatan tepung dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2013; analisis protein bahan baku dilaksanakan pada tanggal 4 - 11 Juni 2013; formulasi dan pembuatan pakan dilaksanakan pada tanggal

9 Juni 2013, uji fisik pakan

dilaksanankan pada tanggal 16 Juni 2013 dan uji biologis pakan dilaksanankan pada tanggal 23 Juni 2013. Bertempat di gedung Laboratorium Umum Universitas Haluoleo, Kendari. 3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut: 3.2.1. Pembuatan Tepung Tabel 1. Alat dan bahan pembuatan tepung No. 1.

Al...


Similar Free PDFs