Laporan Pengelolaan Kasus UKM dan UKP Dokter Internsip PDF

Title Laporan Pengelolaan Kasus UKM dan UKP Dokter Internsip
Author Annisa Fitriani
Pages 23
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 471
Total Views 724

Summary

LAPORAN KEGIATAN PROGRAM DOKTER INTERNSIP Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Banyumas Disusun Oleh: dr. Annisa Fitriani Pendamping : dr. Tri Feriana PROGRAM DOKTER INTERNSIP KAB...


Description

LAPORAN KEGIATAN PROGRAM DOKTER INTERNSIP

Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Banyumas

Disusun Oleh: dr. Annisa Fitriani

Pendamping : dr. Tri Feriana

PROGRAM DOKTER INTERNSIP KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH 2018

1

HALAMAN PENGESAHAN Laporan Kegiatan Internsip Puskesmas Banyumas Periode Oktober 2018-Februari 2019

Topik: 1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 2. Upaya Kesehatan Lingkungan 3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KB) 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 5. Upaya Surveillance, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular 6. Upaya Pengobatan Dasar

Disusun oleh: dr. Annisa Fitriani

Diajukan sebagai syarat dalam menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Banyumas.

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Banyumas,

Januari 2019

Mengetahui, Dokter Pendamping

dr. Tri Feriana NIP. 19760226 200701 2 008

2

F.1 UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENYULUHAN HIPERTENSI

A. LATAR BELAKANG Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah pada hampir semua golongan masyarakat baik di Indonesia maupun diseluruh dunia. Di seluruh dunia , peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total kematian di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi masyarakat yang terkena hipertensi berkisar antara 6-15% dari total penduduk. Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi kinerja berbagai organ. Hipertensi juga menjadi suatu faktor resiko penting terhadap terjadinya penyakit seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke. Apabila tidak ditanggulangi secara tepat, akan terjadi banyak kerusakan organ tubuh. Hipertensi disebut sebagai silent killer karena dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ tanpa gejala yang khas. Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh ke dalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi “krisis hipertensi” dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Namun, krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi maupun komplikasi lainnya menjadi kurang dari 1%.

B. PERMASALAHAN Dari sekian banyak pasien yang datang di balai pengobatan puskesmas Banyumas, masih banyak pasien dengan penyakit hipertensi. Keadaan ini tentunya sudah tidak asing dijumpai, mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan berkolesterol, kurangnya olahraga dan merokok.

3

Hipertensi dapat membahayakan apabila tidak diobati. Lama-kelamaan dapat mennyebabkan komplikasi lintas organ penyakit kardiovaskuler, renal bahkan cerebrovaskuler (stroke). Kurangnya pengetahuan masyarakat akan hipertensi menyebabkan masyarakat rajin untuk memeriksakan tekanan darahnya tanpa mengetahui halhal apa saja yang perlu dilakukan untuk mempertahankan dan menurunkan tekanan darahnya. Masih banyak pasien yang merasa malu untuk bertanya ataupun tidak waspada terhadap komplikasi yang dapat disebabkan oleh hipertensi ini.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI Strategi

atau

(empowerment).

pendekatan

yang

ditempuh

yaitu

Pemberdayaan

ini

dilakukan

dengan

pemberdayaan memberikan

kemampuan kepada individu (sasaran) melalui penyuluhan yang dibarengi dengan kegiatan Posyandu Lansia. Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan Hipertensi ini adalah sasaran primer orang dengan lanjut usia yang sangat berisiko terhadap hipertensi, yakni anggota Posbindu Papringan. Tujuan umum adalah mengurangi angka kejadian penyakit hipertensi dan segala penyakit yang berkaitan dengan hipertensi. Tujuan khusus adalah memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang penyakit hipertensi untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat diamalkan untuk diri sendiri maupun kerabatnya.

D. PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan

: Penyuluhan tentang Hipertensi

Tujuan

: Meningkatkan pengetahuan anggota Posyandu Lansia tentang Hipertensi

Peserta

: Anggota Posbindu Papringan berjumlah 30 orang.

Waktu dan Tempat : Senin, 10 Desember 2018

4

Metode

:Pemberian materi secara lisan yang berisi materi definisi dari hipertensi, penyebab, tanda dan gejala, kriteria hipertensi, pencegahan, penatalaksanaan dan komplikasi dari hipertensi. Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab

E. MONITORING DAN EVALUASI Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan pemahaman peserta penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta penyuluhan merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan mampu diterima dan dipahami oleh peserta sehingga cukup membantu untuk mengontrol tekanan darah masing-masing peserta. Penyuluhan rutin ulangan perlu dilakukan agar pemahaman yang ada dapat selalu diingat.

F. DOKUMENTASI KEGIATAN

5

6

F.2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN PENYISIRAN MONITORING SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

A. Latar Belakang Indonesia

sebagai

negara

berkembang

saat

ini

mempunyai

permasalahan di bidang sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, sebagaimana negara berkembang lainnya. Dengan adanya otonomi daerah, permasalahan di bidang sanitasi ini pun bukan lagi hanya menjadi urusan bagi Pemerintah Pusat, namun juga sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Pada kondisi sanitasi saat ini, jumlah penduduk yang hidup dalam akses sanitasi yang buruk mencapai 72.500.000 jiwa. Mereka tersebar di perkotaan (18,20%) dan perdesaan (40%). Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa di Indonesia ada 226 kota yang masih bermasalah dengan pengelolaan air limbah, 240 kota menghadapi masalah pengelolaan sampah, serta 100 kota masih bermasalah dengan drainase. Sedangkan kota yang bermasalah dengan ketiganya sebanyak 52 kota. Dalam hal ini Pemerintah juga telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi dengan menetapkan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS) dan peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS) yang merupakan salah satu kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu program pemberdayaan masyarakat dalam bidang sanitasi dimana kegiatannya diarahkan pada perubahan perilaku dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) menuju pada suatu tempat tertentu (jamban/kakus) sekalipun hanya dalam bentuk yang paling sederhana berupa lubang atau galian yang diberi tempat jongkokan sampai kepada WC yang mewah yang dapat mencegah terhadap bau yang tidak sedap, pencemaran terhadap sumbersumber air bersih

7

serta keterjangkauan lalat yang dapat menyebabkan penyakit berbasis lingkungan misalnya saja penyakit diare.

B. Permasalahan Perilaku BABS/Open defecation termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. BABS/Open defecation adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak – semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air. Penyakit yang berhubungan dengan sanitasi dan higiene yang buruk memberikan dampak kerugian finansial dan ekonomi termasuk biaya perawatan kesehatan, produktivitas dan kematian usia dini. Prevalensi penyakit akibat sanitasi buruk di Indonesia adalah penyakit diare sebesar 72%, kecacingan 0,85%, scabies 23%, trakhoma 0,14%, hepatitis A 0,57%, hepatitis E 0,02% dan malnutrisi 2,5%, sedangkan kasus kematian akibat sanitasi buruk 2 adalah diare sebesar 46%, kecacingan 0,1%, scabies 1,1%, hepatitis A 1,4% dan hepatitis E 0,04%.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Terkait dengan tingginya buang air besar sembarangan dan program pemerintah yaitu stop buang air besar sembarangan, maka kami melakukan program pemicuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar perduli terhadap kesehatan.

D. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan : Penyisiran Monitoring STBM Peserta

: Warga RT 04 RW 04 Desa Karangrau

Waktu

: Senin, 15 Oktober 2018

Metode

: Melakukan kunjungan dari rumah ke rumah untuk menilai

kelayakan jamban sekaligus memberikan penyuluhan oral kepada kepala keluarga/pemangku desa..

8

E. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan pemicuan dan komitmen ODF diharapkan masyarakat mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuh mencegah terjadinya penyakit yang di tularkan karena buang air besar sembarangan dan diharapkan dapat segera membuat jamban sehat agar tercipta desa ODF.

F. Dokumentasi

9

F.3 KESEHATAN IBU DAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA PENYULUHAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD), KEHAMILAN RISIKO TINGGI DAN UPAYA PENCEGAHAN KOMPLIKASI

A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat

yang baik ditandai dengan

rendahnya Angka Kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dan peningkatan status gizi masyarakat. Saat ini kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas dari program kesehatan nasional. Diharapkan nantinya terdapat penurunan AKI dan AKB sesuai dengan target nasional MDGs 2015. Kematian ibu erat kaitannya dengan kehamilan yang berisiko tinggi. Tinginya AKI disebabkan infeksi 54,49%, hipertensi 23,95%, perdarahan 17,22%, lain lain 4,04%. Masih rendahnya deteksi dini kehamilan risiko

tinggi

oleh masyarakat

dan masih

kurangnya

kesiapsiagaan keluarga dalam rujukan persalinan pada kehamilan risiko tinggi

merupakan

beberapa

alasan

tingginya

AKI.

Kondisi

ini

menggambarkan derajat kesehatan masyarakat khususnya status kesehatan ibu masih perlu ditingkatkan terutama di wilayah-wilayah dengan kasus kematian ibu tinggi. Sedangkan kematian bayi berhubungan erat dengan kesehatan ibu ketika hamil, proses persalinan yang aman dan status gizi bayi tersebut. Pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai kehamilan risiko tinggi dan IMD sangat diperlukan bagi wanita usia subur mengingat pengetahuan yang baik akan mengarahkan pada tindakan dan kebiasaankebiasaan baik yang secara tidak langsung dapat menurunkan AKI dan AKB. Masyarakat harus memahami pentingnya merencanakan kehamilan dan persalinan agar ibu selamat dan bayi lahir sehat. Selain itu perlu ditumbuhkan

motivasi untuk

melaksanakan

berbagai

cara

untuk

merencanakan kehamilan tanpa komplikasi serta penting bagi masyarakat

10

untuk memahami apa manfaat dari IMD dan memahami cara serta termotivasi melaksanakan IMD dan ASI Eksklusif untuk bayinya.

B. Permasalahan Permasalahan yang ditemukan di masyarakat yaitu masih kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan petingnya IMD. Selain itu juga masih kurang pemahaman mengenai kehamilan risiko tinggi dan bagaimana melakukan perencanaan persalinan yang baik sehingga dapat mencegahterjadinya komplikasi kehamilan dan komplikasi persalinan. Pemberian penyuluhan IMD dan kehamilan risiko tinggi perlu dilakukan secara rutin dan berkala agar menjadi edukasi yang baik bagi masyarakat khususnya wanita usia subur dan juga ibu hamil.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Penyampaian informasi kepada sasaran yang tepat dan dengan metode yang baik dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat secara umum. Penyuluhan pada masyarakat luas merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Penyuluhan kali ini dilakukan pada sasaran seluruh ibu hamil dan ibu dengan balita di daerah Karangrau.

D. Pelaksanaan Hari/ Tanggal : 20 Desember 2018 Waktu

: 10.00 WIB

Tempat

: Balai Desa Karangrau

Kegiatan

: Penyuluhan IMD, Kehamilan Risiko Tinggi dan Upaya Pencegahan Komplikasi

E. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar dan tampak antusiasme dari peserta penyuluhan. Penyuluhan dilakukan oleh pemateri yaitu dokter internship dan juga bidan dari bagian KIA Puskesmas

11

Banyumas. Media yang lebih atraktif seperti video atau pemutaran film dapat meberikan informasi yang lebih mudah ditangkap oleh peserta.

F. DOKUMENTASI

12

F.4 UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT PERAN POSYANDU BALITA DALAM UPAYA PERBAIKAN GIZI

A. Latar Belakang Menurut Menkes, gizi buruk yang terjadi di Indonesia bukan hanya gizi kurang saja tapi juga gizi lebih. Maka itu, memperkuat posyandu di seluruh Indonesia merupakan kunci sukses dalam upaya perbaikan gizi. Tujuan Posyandu sangat mulia yakni fokus melayani ibu dan anak serta mensejahterakan kesehatan masyarakat dengan program dan pelayanan terpadu. 

Menurunkan angka kematian ibu dan anak



Meningkatkan

pelayanan

kesehatan

anak

dan

ibu

demi

mencengahnya kematian anak dan ibu 

Mewujudkan keluarga kecil sehat sejahtera



Meningkatkan rasa peduli masyarakat akan pentingnya kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 2004).

B. Permasalahan Masih banyaknya ibu-ibu yang tidak membawa anak-anak mereka untuk mengikuti kegiatan posyandu secara rutin tiap bulannya dikarenakan alasan kerja atau dengan alasan apabila anak mereka ikut posyandu dan mendapat imunisasi, maka anak mereka akan menjadi sakit.

13

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Intervensi yang diberikan adalah dengan mengadakan penyuluhan yang diadakan saat program posyandu Balita di Desa Pasinggangan Bawah.

D. Pelaksanaan Hari/ Tanggal : Desember 2018 Waktu

: 10.00 WIB

Tempat

: Balai Desa Pasinggangan

Kegiatan

:Penyuluhan, Penimbangan Berat Badan Balita, dan

Konseling mengenai gizi balita.

E. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dilakukan dengan melihat hasil KMS balita tiap bulannya dan evaluasi tiap bulan dengan melihat jumlah kunjungan yang ada.

F. Dokumentasi

14

F.5 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR PENYULUHAN HIV DAN KESEHATAN REPRODUKSI

A. Latar Belakang Penularan HIV/AIDS di kalangan anak muda Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan. Epidemi HIV/AIDS telah menyebar dengan cepat. Penyakit yang 20 tahun lalu belum dikenal sama sekali, akan tetapi saat ini diperkirakan lebih dari 60 juta orang terinfeksi dan lebih dari 21 juta orang meninggal karenanya. Rata-rata setiap harinya terdapat 14 ribu orang terinfeksi, sebagian adalah usia remaja antara 15-24 tahun. AIDS telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di seluruh dunia. Perkiraan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan tahun 2002 jumlah pengidap HIV/AIDS di Indonesia adalah sekitar 90 – 130 ribu orang. Akan tetapi yang tercatat dan dilaporkan hanya sekitar 6000 orang sejak 1987. Sampai sekarang di Indonesia telah ditemukan banyak kasus terinfeksi HIV/AIDS yang jumlahnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kasus terbanyak infeksi HIV/AIDS di Indonesia berturut-turut ditemukan di DKI Jakarta, Papua, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau dan Riau. Sedangkan kelompok umur yang paling banyak ditemukan kasus HIV/AIDS adalah kelompok umur dewasa muda yaitu usia 20 – 29 tahun, disusul berturut-turut 30-39 tahun, 40-49 tahun dan 15-19 tahun. Menurut jenis penularannya kasus HIV/AIDS terbanyak ditemukan pada pengguna jarum suntik (Intravenous Drugs Users), disusul pasangan heteroseksual, homoseksual, penularan saat persalinan, transfusi darah dan lain-lain. Saat ini Indonesia tidak lagi tergolong sebagai Negara dengan prevalensi infeksi rendah, akan tetapi sudah terjadi peningkatan status menjadi epidemi terkonsentrasi.

15

Data sampai Desember 2001 menunjukkan, ada 1.978 kasus HIV positif dan 671 kasus AIDS di Indonesia. Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat hingga 80.000-120.0000 kasus pada tahun 2010. Ironisnya, sekitar 30% penderitanya adalah remaja, baik yang ditularkan melalui penyalahgunaan nafza, maupun yang ditularkan dari ibu pengidap HIV/AIDS yang sejak muda telah mengkonsumsi napza kepada bayi-bayi yang dilahirkannya. Bahkan, yang lebih parah lagi hanya sebagian kecil saja dari mereka yang tahu kalau dirinya terinfeksi. Faktor- faktor yang menyebabkan peningkatan cepat epidemi di Indonesia antara lain terbanyak adalah penggunaan narkoba dengan jarum suntik yang tidak steril, peningkatan atau meluasnya industri seks yang melayani 7-10 juta konsumen setiap tahun serta minimnya penggunaan kondom oleh pelanggan pekerja seks komersil. Apabila tidak segera ditanggulangi maka, HIV/AIDS akan dengan cepat meniadakan kemajuan pembangunan yang telah dicapai bangsa selama ini. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan pengetahuan komprehensif tentang HIV/ AIDS pada penduduk usia 15-24 masih rendah, hanya 11,4 persen.

B. Permasalahan 1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat terutama para remaja usia sekolah mengenai HIV/AIDS. 2. Masih banyaknya angka kejadian HIV/AIDS terutama pada usia muda dikarenakan pemahaman yang kurang mengenai HIV/AIDS. 3. Masih kurangnya pengetahua masyarakat terutama para remaja usia sekolah mengenai cara penularan HIV/AIDS dan bahaya yang ditimbulkannya.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan warga Desa Sudagaran mengenai HIV/AIDS dilakukan melalui kegiatan penyuluhan 16

yang menggunakan metode ceramah menggunakan media slide (powerpoint). Pada kegiatan tersebut juga dilakukan sesi tanya jawab yang difasilitasi oleh penyuluh dari dokter internship Puskesmas Banyumas. Pada kegiatan penyuluhan tersebut akan dijelaskan mengenai pengertian, bahaya HIV/AIDS, penyebab, gejala, penularan, kelompok yang beresiko terkena HIV/AIDS, pencegahan dari HIV/AIDS dan usaha yang dilakukan jika terkena AIDS.

D. Pelaksanaan Hari/ Tanggal : Selasa, 22 Oktober 2018 Waktu

: 10.00 WIB

Tempat

: Balai Desa Sudagaran

Peserta

: 42 orang ibu-ibu bidan dan kader desa Sudagaran

Kegiatan

:Penyuluhan menggunakan media slide (power point) dan

dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

E. Monitoring Dan Evaluasi Evaluasi penyuluhan HIV/AIDS dinilai secara langsung dengan metode tanya jawab yang dilakukan pada akhir penyuluhan. Hal itu dilakukan untuk menilai seberapa besar pemahaman para peserta mengenai HIV/AIDS baik itu dari segi pengertian, gejala, cara penularan, dan pencegahan dari HIV/AIDS tersebut. Pada evaluasi didapatkan terjadinya peningkatan pemahaman dan pengetahuan daripada sebelum dilakukan penyuluhan. Dengan peningkatan yang terjadi ini, diharapkan para peserta tersebut dapat membagikan informasi yang didapatkan dari penyuluhan kepada keluarga maupun orang di ...


Similar Free PDFs