Laporan Perpusnas PDF

Title Laporan Perpusnas
Author Dwi Rahmah Larasati
Pages 48
File Size 757.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 381
Total Views 584

Summary

LAPORAN OBSERVASI KEGIATAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA di Pusat Preservasi Bahan Pustaka, Perpustakaan Nasional RI Disusun oleh: Dwi Rahmah Larasati (1200535) PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2014 DAFTAR ISI ...


Description

LAPORAN OBSERVASI KEGIATAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA di Pusat Preservasi Bahan Pustaka, Perpustakaan Nasional RI

Disusun oleh: Dwi Rahmah Larasati (1200535)

PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2014

DAFTAR ISI

Daftar Isi ........................................................................................................... Laporan 1 : Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka Pelestarian ..................................................................................... Perawatan ...................................................................................... Penambalan bahan Pustaka yang Robek ....................................... Laminasi Bahan Pustaka ............................................................... Enkapsulasi Bahan Pustaka ........................................................... Lampiran ........................................................................................

1 2 7 7 8 9

Laporan 2 : Penjilidan Bahan Pustaka Penjilidan dengan Kain Kasa ............................. ........................... Penjilidan dengan Benang ............................................................. Pembuatan Cover .......................................................................... Lampiran .......................................................................................

15 16 16 19

Laporan 3 : Perawatan Bahan Mikrofilm Mengalih Media Bahan Pustaka kedalam Mikrofilm..................... Tahap Pemotretan Dokumen ......................................................... Perawatan Mikrofilm...................................................................... Enkapsulasi.....................................................................................

23 25 26 28

Laporan 4 : Reprografi Bahan Pustaka Reproduksi Foto Bersejarah (Reprografi) secara Digital ..............

38

Reproduksi Foto Bersejarah (Reprografi) secara Konvensional....

40

Laporan 5 : Teknik Trasformasi Digital Pengumpulan dan Seleksi Bahan Pustaka ....................................... Pengecekkan kondisi Fisik Bahan Pustaka ..................................... Proses Pengembalian Objek yang akan di Alih Mediakan ............. DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

i

45 40 48

B. PENJILIDAN BAHAN PUSTAKA

Penjilidan

adalah

suatu

kegiatan

menghimpun/menyusun

halaman-

halaman/lembaran-lembaran lepa: menjadi satu sesuai urutan lembaran yang seharusnya, yang dilindungi oleh ban atau sampul dengan menggunakan bahan dan alat bantu tertentu (peralatan dan bahan penjilid) agar mudah digunakan dan untuk melindungi buku tersebut (fisik/nilai informasinya). Tujuan Penjilidan: a. Mempertahankan dan melindungi 1. bentuk fisik buku b. Mempertahankan dan melindungi kandungan informasi didalamnya c. Memudahkan penggunaan bahan pustaka Dasar-dasar dilakukannya penjilidan antara lain adalah : a. Menghimpun/menggabung/menyusun b. Memperbaiki c. Melestarikan bahan pustaka d. Memperhatikan faktor : tujuan buku, kegunaan buku, bahan-bahan yang diperlukan, dan biaya e. Mempertimbangkan bentuk jilidan : harus kuat, mewah, lentur, tampak indah, dsb Salah satu kegiatan yang dilakukan di Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional RI juga ialah melakukan proses penjilidan. Dari keterangan nara sumber, ada dua macam teknik penjilidan, yaitu: 1) Jilid dengan Benang, dan 2) Jilid dengan kain Kasa. Berikut ialah laporan observasi dari kegiatan Di Perpustakaan Nasional RI :

 Langkah-langkah Penjilidan dengan Kain Kasa :

a. Press kertas yang akan dijilid. Tujuannya ialah untuk lebih menyatukan kertaskertas tersebut. Toreh bagian sisi kertas yang akan dijilid dengan kain kasa oleh cutter. Tujuannya agar lem dapat meresap. b. Olesi bagian sisi kertas yang akan dijilid dengan lem secara merata, gibas atasbawah. c. Gunting kain kasa dengan ukuran sedikit melebihi panjang buku yang akan dijilid. d. Tutupi permukaan kertas yang telah dilem tadi dengan kain kasa agar lebih menyatu, lalu press kembali agar kertas tidak mengembang setelah diberi lem dan kain kasa. Diamkan beberapa saat.

 Langkah Penjilidan dengan Benang a. Gunting 2 helai kain rimpis dengan lebar sekitar 2 sampai 2,5 cm. Ukurkan pada kertas dan buat polanya di tengah-tengah sisi kertas yang akan dijahit, Namun tidak berhimpitan. Sisakan ruang antara kedua kain rimpis dengan ukuran lebih lebar untuk menjadi ukuran panduan jarak di sisi kanan – kiri kedua helai kain rimpis tadi. b. Balik halaman (buku yang akan dijahit), tujuannya agar jahitan lebih terkontrol, lalu jahit sesuai pola yang telah dibuat. Mulai dengan menusukkan jarum di pola paling ujung kertas. c. Lakukan pola jahitan dari dalam ke luar, kaitkan dengan kain rimpis agar lembaran kertas lebih menyatu. Gunakan peberat agar kerta tidak bergerak-gerak. d. Lakukan hal yang sama pada kain rimpis yang ke-dua. Saat jahitan tiba di ujung, kaitkan jarum di sela-sela benang, dan ikat dengan simpul mati. e. Lakukan pada lembar selanjutnya. Bila telah sampai pada halaman kertas akhir, ikat dengan simpul mati 2 kali. Setelah selesai, press dan beri lem.

 Langkah Pembuatan Cover

a. Ambil bahan pustaka yang telah dijilid, lalu pasangkan kertas pelindung di permukaan atas dan bawahnya dengan ukuran lebih 3mm dari ukuran panjang kertas. b. Rekatkan pada sisi kertas yang telah dijilid dengan menggunakan lem. Tujuannya agar kerta pelindung tadi menyatu dengan jilidan kertas. c. Tekan sisi yang baru direkatkan tadi, ‗sisir‘ dan rapikan bekas rekatannya dengan menggunakan tulang pelipat. d. Potong bagian sisi buku yang tidak rata dengan menggunakan mesin pemotong. e. Gunting pita kapital dan pita baca dengan lebar sesuai dengan tebal buku. untuk pita baca, selipkan pita baca di antara halaman buku, pastikan ujung atas dan ujung bawahnya melebihi ukuran panjang buku. ujung atas untuk direkatkan dan ujung bawah sebagai ‗penampakan‘ pembatas. f. beri lem pada bagian atas punggung buku dan tempelkan ujung atas pita baca. g. Beri lem lagi di ujung atas pita baca, lalu tempelkan pita kapital. Pastikan rel-nya menghadap ke atas dan menyembul melebihi batas ukuran atas buku. h. Beri lem di sisi bawah kertas dan tempelkan pita kapital. Kali ini relnya menghadap bawah.

i. Setelah selesai, oleskan lem pada keseluruhan punggung buku beserta pita-pita yang direkatkan di atasnya. j. Sediakan kertas struk yang akan berperan sebagai penutup punggung buku. ukuran panjangnya lebih 2mm atas bawah dari ukuran panjang buku, sementara lebarnya 1/3 dari lebar buku. lalu gunting miring keempat ujungnya sedikit. Lipat kertas struk hingga memiliki garis tengah. Lumuri dengan lem. k. Tempelkan kertas struk pada punggung buku. pastikan garis tengahnya berada di tengah lebar punggung buku. Kempiskan gelembung yang terbentuk saat proses penempelan, dan rapikan dengan menggosokan tulang pelipat. Setelah proses ini selesai, maka terbentuklah blok buku.

 Catatan :

 Ukur panjang dan lebar buku, lebihkan masing-masing 3mm pada sisi atas dan bawah. Catat.

 Ukur panjang dan lebar punggung buku, lebihkan 6 mm untuk panjangnya, catat.

 Gunakan ukuran panjang dan lebar buku tadi untuk memotong 2 buah duplek/karton/bord—bahan untuk cover depan dan belakang buku. dan gunakan ukuran panjang dan lebar punggung buku untuk memotong duplek yang berfungsi sebagai penutup punggung buku. Potong duplek dengan menggunakan mesin pemotong yang dinamai Kacip. Tebal duplek/karton/bord bervariasi, antara 20-40 yang disesuaikan dengan ukuran dan tebal buku. Duplek yang digunakan untuk cover lebih tebal dibandingkan yang digunakan untuk punggung buku.

 Potong kertas struk sepanjang duplek namun lebar setengahnya dengan menggunakan cutter.

 Lem duplek yang dipakai untuk punggung buku, lalu rekatkan tegak lurus dan berada di tengah-tengah kertas struk tadi.

 Lem ujung kanan duplek cover depan dan ujung kiri duplek cover belakang selebar 2,5 - 3cm.

 Sisipkan alur jepit (lebar ±7mm) di sisi kanan dan kiri duplek punggung buku sebagai pemisah antara duplek punggung buku dengan duplek cover. Penyisipan alur jepit ini juga sebagai pemberi ruang gerak buku saat dibuka dan ditutup nantinya. (alur jepit nantinya dilepas, dipakai hanya sebagai patokan ukuran jarak antara duplek punggung dengan duplek cover)

 Ambil kertas linen (diucapkan narasumbernya „lénen‟) sebagai kertas pelapis cover. Letakan cover buku yang telah diberi duplek tadi di atasnya dengan posisi di tengahtengah kertas linen. Sisi duplek cover buku yang menampakkan duplek punggung buku diposisikan di bawah sehingga yang terlihat hanya sisi duplek cover buku yang memperlihatkan kertas struk saja. Potong kertas linen dengan ukuran lebih 1,5cm dari ukuran atas-bawah-kiri-kanan blok buku.

 Balik duplek cover buku sementara, lumuri duplek cover yang menghadap bawah tadi dengan lem agar dapat ditempeli kertas linen. Balik blok buku dan lekatkan simetris dengan kertas linennya.

 Setelah duplek cover menempel dengan kertas linen, balik dan ratakan dengan lap untuk mengeluarkan gelembung hasil perekatan.

 Buat rel buku (yang dibuat jarak oleh alur jepit tadi) dengan menggunakan tulang pelipat yang sebelumnya telah di‘ketukkan‘ pada lem pelicin.

 Balik, gunting miring keempat ujung kertas linen sesuai dengan keempat ujung cover duplek.

 Robek ujung kertas struk yang tidak terlumuri lem. Tujuannya agar tidak menimbukan garis saat nanti ditutup oleh kertas lainnya.

 Lem sisa kertas sepanjang 1,5cm tadi dan tarik ke dalam seperti hendak menyampul buku. rapikan dengan lap dan tulang pelipat.

 Tumpulkan ujung-ujung sampul kertas linen dengan melipat sedikit kertas linen sebelum ditimpa dengan kertas linen lain.

 Gabungkan blok buku dengan cover buku dengan mengelem kertas struk pelindung buku (ada di blok buku), BUKAN covernya tap JANGAN mengelem punggung blok bukunya agar buku masih tetap memiliki ruang gerak.

 Rapikan dan buat rel buku dengan tulang, press buku sekali lagi untuk lebih merekatkan lem.  LAMPIRAN

 Bahan-bahan yang digunakan dalam Penjilidan dengan Kain Kasa : a. Kain Kasa

b. Gunting

c. Alat Press

d. Penggaris

e. Lem dan Kuasnya

f. Cutter

 Bahan-bahan yang digunakan untuk Penjilidan dengan Benang : a. Benang dan jarum

b. Gunting

c. Kain Rimpis

d. Cutter

e. Pemberat Kertas

f. Penggaris

g. Alat Press

h. Lem dan Kuasnya

 Bahan yang digunkan untuk Pembuatan Cover : a. Penggaris

b. Pita Kapital

c. Cutter

d. Pita Baca

e. Lem dan Kuasnya

f. Kertas Linen

g. Gunting

h. Lilin Pelicin

i. Tulang Pelipat

j. Kertas duplek/karton/bord ragam ketebalan.

k. Mesin Pemotong

l. Alat Press

m. Kain Lap

n. Kertas Struk

C. PERAWATAN BAHAN MICROFILM Menurut buku panduan Praktikum Preservasi dan Konservasi di Perpustakaan Nasional, Microfilm adalah hasil reproduksi dalam benyuk gulungan film yang kecil dengan ukuran lembaran film 16mm dan panjang foto 100 feets. Untuk film yang berukuran 35mm dan panjang 200 feets, digulung dalam sel plastik. Mikrofilm merupakan kopi dari halaman-halaman buku, menuskrip dan sebagainya yang memlalui proses fotografi dimana bayangan kecil yang ada pada frame tersebut merupakan duplikat dari bagian aslinya. Mikrofilm masih merupakan pilihan yang populer karena bisa menampung sejumlah besar informasi yang dapat disimpan dalam ruang yang sangat kecil, dan membutuhkan biaya yang rendah. Beberapa alasan penggunaan mikrofilm di perpustakaan : 1. Melestarikan koleksi yang mempunyai nilai sejarah 2. Menyelamatkan koleksi yang sudah aus 3. Melengkapi koleksi yang tidak tersedia dalam bentuk cetak dan koleksi yang langka 4. Mempermudah dalam menggunakan bahan-bahan yang aslinya bertumpuk 5. Menghemat uang dalam pengiriman 6. Mengurangi kerusakan 7. Menggantikan interlibrary loan Keuntungan penggunanaan mikrofilm : 1. Menghemat penyimpanan 2. Memperlancar penyebaran dokumen 3. Melestarikan bahan informasi dalam bentuk stensil 4. Untuk memperkecil penjilidan 5. Memungkinkan penyimanan semua dokumen yang terdaftar dalam file komputer 6. Untuk mengurangi ongkos pengiriman dokumen Kekurangan penggunaan mikrofilm : 1. Sulit untuk diperbaharui atau menyisipkan revisi dokumen 2. Tidak ekonomis untuk mendistribusikan dokumen sendiri 3. Diperlukan wadah khusus untuk penyimpanan

4. Menimbulkan masalah dalam interfilling dokumen yang berkaitan dengan filming yang bemutu 5. Penggunaan informasi oleh pengguna akan mengakibatkan ketegangan mata dan kelelahan fisik 6. Microfilm memerlukan perawatan khusus dan tenaga ahli dalam proses pembuatannya. Menurut buku pedoman Teknis Alih Media Mikrofilm, mikrofilm (bentuk mikro) adalah hasil kreasi manusia dalam bidang fotografi untuk mengecilkan informasi yang terkandung dalam bahan perpustakaan dengan menggunakan kamera mikrofilm. Karena informasi telah dipindahkan kedalam mikro, maka cara membacanya harus mengguanakan alat yang disebut reader. Citra Mikro (micro image) ialah tulisan atau gambaran yang sangat kecil sehingga untuk membacanya harus dibesarkan terlebih dulu dengan lensa di dalam mikroreader tersebut. Pada awalnya penggunaan dan pemakaian mikrofilm bertujuan melestarikan bahan tertulis atau bahan tercetak pada kertas yang sudah jelek kondisinya, atau sebagian besar sudah rapuh sehingga isi kandungan informasi ilmiahnya akan terus berlanjut tersedia untuk masyarakat ilmiah dan masyarkat peneliti untuk masa sekarang dan untuk masa yang akan datang. Pembuatan mikrofilm atau mikro juga merupakam suatu cara penggunaan bahan perpustakaan dengan menyediakan kopi film untuk para pemakai. Hal ini juga dapat mengurangi tempat yang diperlukan untuk menyimpan bahan pustaka atau dokumen dan melindungi bahan perpustakaan rapuh atau langka dari penanganan yang tidak perlu. Koleksi bentuk mikro banyak mempunyai kegunaan, baik suatu perpustakaan atau arsip. Sebagai contoh, bentuk mikro dan mikrofilm digunakan secara luas untuk menghemat tempat karena dapat mengganti kertas dalam jumlah yang besar. Baik perpustakaan maupun arsip juga menyediakan koleksi bentuk mikro kepada para peneliti sebagai pengganti untuk bahan pustaka yang langka dan rapuh. Dengan demikian, bahan pustaka tersebut terlindung dan terlestarikan dengan cara langsung pada bahan asli. Alih media bahan perpustakaan merupakan salah satu dari strategi perpustakaan dalam melestarikan koleksinya, terutama koleksi khusus seperti naskah, surat kabar, peta dan buku langka.

Koleksi bahan perpustakaan dalam bentuk teks atau gambar dapat dialih mediakan menjadi 4 bentuk, yaitu : a. Alih media kedalam bentuk micro; b. Transformasi digital; c. Fotografi dan d. Foto copy. Alih media ke bentuk mikro dan transformasi digital merupakan strategi yang banyak dipilih oleh perpustakaan, arsip maupun museum diseluruh dunia, karena kedua nya memberikan sejumlah pendekatnya alterbative untuk keperluan yang berbeda, antara lain sebagai contoh : bentuk mikro dapat memberikan bebagai format dalam bentuk hitam putih atau berwarna, sedangkan transformasi digital selain memberikan hitam putih dan berwarna juga dapat dengan resolusi rendah, sedang atau tinggi. Resolusi rendah untuk akses secara online, sedangkan resolusi tinggi merupakan master digital yang dapat disimpan. Bentuk mikro terdiri dari mikrofilm dan mikrofis, mikrofilm berbentuk rol yang dikembangkan lebih dari 100 tahun yang lalu sebagai bagian dari teknologi fotografi konvensional. Apabila mikrofilm yang dibuat di atas film polyester, direkam, direkam, diproses dengan standar internasional dan dimasukkan ke dalam kotak yang stabil serta disimpan pada kondisi yang memenuhi syarat, maka mikrofilm tersebut akan berumur maksimal 500 tahun. Panjangnya unur bentuk mikro ini merupakan salah satu keuntungan jika dibandingkan dengan alihmedia ke dalam bentuk lain. Pelestarian bentuk mikro dilakukan karena beberapa alasan, yaitu : 1. Sebagai pengganti koleksi yang sudah rapuh atau diserang yang kandungan informasinya merupakan pertimbangan utama. 2. Sebagai perlindungan bagi koleksi yang asli untuk mencegah kerusakan karena digunakan. 3. Memperhitungkan kebutuhan pengguna, baik sekarang maupun untuk masa yang akan datang. 4. Copy dari bentuk mikro hasil pembelian atau hibah tidak sesuai dengan standar. 5. Mengganti bentuk mikro yang rusak. 6. Sebagai pengaman bagi koleksi yang harga dan kegunaannya bernilai tinggi.

Terbatasnya dana yang dipakai dalam pembuatan bentuk mikro, maka bahan perpustakaan hanya dapat dibuat bentuk mikronya dalam bentuk master negatve saja yang nantinya akan disimpan dalam ruang penyimpanan yang telah memenuhi standar dan copynya akan dilayankan kepada pengguna sedangkan fisik asli bahan pustaka disimpan.  Jenis bahan film Jenis media bentuk mikro berkembang dari jenis film selulose nitrat, selulose aset sampai kepada polyester. Film solulose nitra sangat mudah terbakar, setiap saat mengeluarkan gas yang sangat berbahaya dan mengakibatkan terjadinya dekomposisi pada media ini. Karena sejak tahun 1950-an produksi film selulose nitrat ini dihentikan sama sekali. Film selulose asetan lebih aman dan tidak mudah terbakar, tapi tetap mengalami kerusakan setiap waktu karena mengeluarkan gas asam cuka (vineger syndrome). Karena mengeluarkan gas ini, menyebabkan bentuk mikro menjadi rusak. Proses kerusakan selulose asetan ini akan berlangsung terus menuerus jika tidak disimpan pada tempat yang memenuhi syarat. Pengertian film menurut Leksikon Grafika adalah lembar tipis, bening dan lentur (fleksibel) dari bahan sel.uloid, plastik, asetan dan poliester, yang dilapisi dengan emilsi peka cahaya serta antihalisio. Jenis bahan tersebut berupa : 1. Film Asetan : semua film yang mempunyai alas/dasar tersebut dari selulosa asetan, selulosa triasetan, selulosa asetan propinat atau selulosa asetan butiran. 2. Film nitrat : Film dengan alas yang terutama terdiri dari selulosa niktrat. Sifat kimiawi nitrat cepat membusuk. Oleh karena itu, tidak sesuai untuk dokumen atau informasi permanen. 3. Film Polyester : Film yang mempunyao alat poliester. Film poliester yang dikeluarkan oleh Eastman Kodak Company lazim disebut Eastar Base Film. Poliester sangat liat dan kuat serta stabilitas dimensinya baik sekali. Emulsi mikrofilm pada alesan Ester sekarang ini dihasilkan untuk berbagai tujuan. 4. Film Handal (Safety Film): Setiap film yang memenuhi persyaratan ANSI (American National Standard Institute) PH.25-1976, Semua safety film (baik asetan maupun poliester) yang dikeluarkan oleh Eastman Kodak Company memenuhi syarat-syarat tersebut. Artinya sukar dinyalakan, lambat terbakar dan mengandung nitrat rendah. Sebagai ilutrasi, perlu dijelaskan hal-hal

berikut. Menurut ANSI PH. 25, film berukuran lebar 8 mm dan panjang 35 mm harus memenuhi persyaratan : a. Titik nyala harus dari sepuluh menit pada suhu 3000 C. b. Waktu terbakar tidal kurang dari 30 detik. c. Nitrat tidak lebih dari 0,4%.  Seleksi bahan untuk alih Media bentuk Mikro Alasan utama pengguna mikrofilm ialah sebagai berikut : a. Menghemat tempat penyimpanan dokumen. Informasi yang disimpan pada buku setebal 300 halaman dapat disimpan hanya dalam 5 lembar mikrofische. b. Sistem penyimpanan dan penelusuran informasi bentuk mikro lebih murah dari pada media tercetak. Bentuk mikro biasanya disimpan dalam kabinet khusus dengan sistem tertentu. c. Biaya pengiriman bentuk mikro lebih murah dari pada biaya pengiriman buku. Mikrofilm dapat dimasukan dalam amplop surat biasa dan dikirim dengan biaya perangko surat biasa. Pen...


Similar Free PDFs