LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI I - TUBUH SEBAGAI SATU KESATUAN PDF

Title LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI I - TUBUH SEBAGAI SATU KESATUAN
Author Tifanni Brendatia
Pages 20
File Size 718.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 487
Total Views 970

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI I FA2241 MODUL 4 PANCA INDERA Tanggal Percobaan : 6 Maret 2020 Tanggal Pengumpulan : 13 Maret 2020 Disusun oleh: Kelompok 1 (Shift Jumat) NIM / Nama Tugas 11618010 / Juliant Pandiangan Metodologi, Hasil Pengamatan Anestesi Lokal, Pembahasan Anestesi Perm...


Description

Accelerat ing t he world's research.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI I - TUBUH SEBAGAI SATU KESATUAN Tifanni Brendatia

Related papers PANCA INDRA t risnakurnia put ri

LAPORAN PRAKT IKUM PENGAMATAN SEL KELAMIN Erma Safira Laporan Hasil Pengukuran Fisiologi Ana Mardiana

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI I FA2241 MODUL 4 PANCA INDERA Tanggal Percobaan : 6 Maret 2020 Tanggal Pengumpulan : 13 Maret 2020 Disusun oleh: Kelompok 1 (Shift Jumat) NIM / Nama

Tugas

11618010 / Juliant Pandiangan

Metodologi, Hasil Pengamatan Anestesi Lokal, Pembahasan Anestesi Permukaan, Infiltrasi, Reigner, dan Haffner

11618021 / Tifanni Brendatia

Metodologi, Anatomi dan Gangguan Indera Pendengaran, Obat yang mempengaruhi indera Pendengaran, pembahasan afterimages, lokalisasi suara

11618030 / Fairuz Aisya Alzura

Pendahuluan, Anatomi dan Gangguan Indera Penglihatan, Obat yang mempengaruhi indera Penglihatan, pembahasan titik akomodasi dekat, ketajaman pengelihatan

11618034 / Sucinilasari Azis

Pendahuluan, Anatomi dan Gangguan Indera Pengecapan, Obat yang mempengaruhi Indera Pengecapan

11618035 / Elsa Oktavia Siahaan

Kesimpulan, anatomi dan gangguan indera penciuman, obat yang mempengaruhi indera penciuman dan adaptasi penciuman

11618042 / Febianti Hermawan

Tujuan, Pembahasan Uji Keseimbangan, Indera Penciuman, dan Stimulasi Penciuman

11618044 / Oktaviana A. P.

Tujuan, Anatomi dan Gangguan Indera Pengecapan, Obat yang mempengaruhi Indera Pengecapan, Pembahasan distribusi kuncup pengecapan

Nama / NIM Asisten Praktikum: Silma Aulia Rahmah – 11616024

LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2020

I.

Tujuan 1. Menentukan efek yang dirasakan pada fenomena afterimages pada organ penglihatan 2. Menentukan titik akomodasi jarak dekat dengan metode push up 3. Menentukan ketajaman penglihatan menggunakan uji ketajaman mata dengan diagram Snellen 4. Menentukan distribusi kuncup pengecapan terhadap rasa manis, asam, asin, pahit, dan umami 5. Menentukan pengaruh bau, tekstur, stimulasi,adaptasi dan temperatur pada penciuman 6. Menentukan hasil uji ketajaman pendengaran 7. Menentukan tuli konduktif dan tuli sensineural dengan uji Weber dan Rinne 8. Menentukan ketepatan dalam melokalisasi suara dengan mata tertutup 9. Menentukan hasil uji keseimbangan 10. Menentukan efektivitas anestesi permukaan secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode Regnier 11. Menentukan respons Haffner sebagai hasil anestesi konduksi menggunakan larutan NaCl fisiologis, lidokain HCl, dan lidokain HCl dalam larutan adrenalin 12. Menentukan respons positif dari anestesi infiltrasi menggunakan larutan NaCl fisiologis, lidokain HCl, dan lidokain HCl dalam larutan adrenalin

II.

Pendahuluan Dalam uji penglihatan dilakukan tiga uji, yaitu, uji afterimages untuk menguji kepekaan mata terhadap perbedaan kesan suatu objek yang terlihat ketika mata dibuka lalu ditutup dan dibuka lagi, uji titik akomodasi mata untuk mengetahui jarak penglihatan terdekat mata terhadap suatu objek, dan uji ketajaman penglihatan untuk menguji kemampuan mata untuk melihat objek yang cukup jauh dengan ukuran yang berbeda-beda. Dalam uji penciuman dilakukan uji stimulasi penciuman, identifikasi bau, dan adaptasi terhadap bau. Ketiga uji dilakukan untuk menguji kepekaan indera penciuman terhadap bau atau aroma yang berbeda-beda lalu dapat mengidentifikasi dan beradaptasi terhadap bau tersebut. Pengujian ini diperlukan bahan volatile yang dapat diidentifikasi aromanya. Dalam uji pengecapan dilakukan uji distribusi kuncup pengecapan, kepekaan dan identifikasi indera pengecapan terhadap suatu objek. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui bagian-bagian lidah yang menjadi reseptor aktif dalam spesifikasi rasa. Selain itu, indera pengecapan memiliki peran penting untuk merasakan makanan atau objek yang masuk dalam mulut.Dalam uji pendengaran dilakukan uji ketajaman pendengaran terhadap sumber suara, lokalisasi suara, uji weber yang menentukan keadaaan pendengaran seseorang dalam keadaan baik, tuli sensorineural, atau tuli konduktif. Selain itu, dilakukan uji rinne untuk membandingkan kondisi pendengaran melalui perambatan tulang. Dalam uji keseimbangan dilakukan uji dengan tujuan menunjukkan fungsi normal apparatus keseimbangan. Uji yang dilakukan yaitu uji barany (induksi nistagmus dan vertigo) untuk mengamati sensasi yang dirasakan subjek ketika melakukan gerak rotasi. Selain itu, dilakukan uji nistagmus kalori barany dengan mengamati adanya nistagmus atau pergerakan mata yang tidak terkendali berupa naik-turun atau memutar kekiri dan kekanan. Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit atau nyeri ketika melakukan tindakan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anestesi dibagi menjadi dua, anestesi umum dan anestesi lokal. Pada praktikum kali ini, dipraktikkan bagaimana cara memberikan anestetika lokal. Anestetik lokal merupakan hilangnya

sensasi rasa sakit dengan cara aplikasi atau injeksi obat anestesi yang dapat menghambat konduksi saraf (terutama nyeri) secara sementara pada daerah tertentu di bagian tubuh tanpa disertai dengan hilangnya kesadaran. III.

Metodologi Pada uji penglihatan, percobaan Afterimages, praktikan diminta untuk melihat salah satu halaman buku modul praktikum selama beberapa detik, kemudian menutup mata secara perlahan selama kurang lebih 1 menit, apa yang dilihat oleh praktikan dicatat secara berurutan. Percobaan Penentuan Titik Akomodasi Dekat, pensil dipegang pada jarak satu lengan di depan mata praktikan, pensil digerakkan perlahan ke arah mata sampai bentuk pensil terdistorsi, diukur jarak dari pensil pada titik ini., prosedur serupa diulangi untuk mata yang lain. Pada Pengujian Ketajaman Pengelihatan, teman praktikan diminta untuk berdiri pada jarak 6 meter (20 kaki) dari diagram Snellen sambil menutup salah satu matanya, ketajaman matanya diperiksa selama urutan huruf dibaca oleh teman praktikan, angka pada garis dicatat dimana huruf terkecil masih dapat terbaca., prosedur yang sama diulangi untuk mata yang satu lagi, prosedur dilakukan baik dengan maupun tanpa kacamata, bila menggunakan lensa kontak, lensa kontak jangan dilepas, namun pemakaian lensa kontak dicatat. Pada uji penciuman dan pengecapan, pada percobaan Distribusi Kuncup Pengecapan (taste buds), dibilas mulut dengan air, lidah dikeringkan dengan tissue, pengoles kapas dilembabkan perlahan dengan larutan sukrosa 5%, jus pare, NaCl, as. Asetat, larutan MSG, satu persatu lalu ditentukan pada bagian2 lidah, ditandai pada diagram lidah lokasi reseptor, dilakukan pembilasan dan pengeringan lidah sebelum penambahan rasa baru, digunakan pengoles baru. Pada percobaan Pengaruh Bau dan Tekstur Makanan, 1 orang praktikan duduk dengan mata tertutup dan menjepit hidung, ditempatkan 1 potong makanan dalam mulut, diidentifikasi tekstur lalu kunyah, jika tidak teridentifikasi, kunyah sambil membuka lubang hidung dan identifikasi. Pada percobaan Pengaruh Stimulasi Penciuman disiapkan vial berisi minyak (peppermint, kayu putih, minyak tawon), subjek yang diuji tidak boleh melihat minyak yang diberikan, dikeringkan lidah dengan tissue dan tutup lubang hidung, 1 orang lain memberi 1 tetes minyak pada lidah subjek, subjek mengidentifikasi aroma dengan dan tanpa membuka lubang hidung, lalu lidah dikeringkan disiapkan 2 pengoles, sensasi yang terjadi dicatat. Pada Adaptasi Penciuman dilakukan pencatatan waktu selama menghirup minyak peppermint dan kayu putih sampai hilangnya bau. Pada uji pendengaran, dilakukan Uji Ketajaman dengan suara jam saku yang diukur jaraknya dari terdengar sampai tidak terdengar dengan gerak menjauhi. Pada lokalisasi suara mata ditutup dan menebak dari mana asal lokasi suara. Pada Uji Weber dengan garpu tala dipukul lalu ditempelkan pada pegangan di dahi posisi di medial lalu suara yang terdengar diidentifikasi. Pada Uji Rinne dengan garpu tala pada tulang ke udara dan udara ke tulang lalu dicatat bunyi yang terdengar. Pada uji keseimbangan, praktikan diminta berjalan pada garis lurus, dengan menempatkan salah satu kaki di depan kaki yang lainnya, dicatat keseimbangannya. Pada anestesi lokal, dilakukan Anestesi Permukaan dengan lidokain & prokain sebanyak 0.2 mL, pada mata kanan dengan NaCl, mata kiri diteteskan lidokain & prokain lalu mata ditutup diamati refleks korneal tiap 5’ dengan misai. Pada Infiltrasi dengan lidokain/prokain sebanyak 0,2 mL lidokain & prokain diberikan, lalu NaCl, lalu uji getaran otot tiap 5’ dengan peniti. Pada uji Regnier dengan lidokain & prokain diuji refleks kornea, diteteskan obat & kontrol, respons diamati.

Pada Anestesi Konduksi, dengan mencit diberikan sediaan (NaCl, Lidokain) , (NaCl, Prokain), (Lidokain, Prokain), respons Haffner dicatat. IV.

Hasil Pengamatan Tabel 1. Uji Afterimages Subjek Penglihatan 1 melihat cahaya merah-merah, bayangan kelinci, berkas cahaya, dan pandangan hitam secara berturut-turut 2 cahaya merah jingga, bayangan tikus, berkas cahaya, bayangan hitam putih, tulisan-tulisan blur, bentuk kotak, dan pandangan hitam secara berturutturut Tabel 2. Uji Titik Akomodasi Dekat Subjek

Titik dekat mata kanan

Titik dekat mata kiri

Interpretasi

1

19 cm

29.5 cm

Penglihatan mata normal

2

8.1 cm

10.5 cm

Terdapat disfungsi akomodasi pada mata kanan

Uji Ketajaman Penglihatan Tanpa kacamata : Mata kanan 20/120, mata kiri 20/40. Subjek adalah miopik. Dengan kacamata : Mata kanan 20/15, mata kiri 20/15. Penglihatan lebih baik daripada orang normal.

Tabel 3. Distribusi Kuncup Pengecapan J1

J2

J3

J4

J5

Keterangan: O : Manis B : Pahit M : Umami (-) : Asam (+) : Asin

J6

J7

J8

J9

Tabel 4. Pengaruh Bau dan Tekstur Makanan Makanan Yang Diuji

Hanya Tekstur

Mengunyah Dengan Hidup Tertutup

Mengunyah Dengan Hidung Terbuka

Brownies

Lembut

Sedikit Manis

Lebih Manis

Keripik Singkong

Renyah

Asin

Lebih Asin Dan Gurih

Tabel 5. Ketajaman Pendengaran Subjek

Jarak telinga kanan tidak mendengar suara lagi

Jarak telinga kiri tidak mendengar suara lagi

1

29 cm

28 cm

2

17 cm

24 cm

Tabel 6. Lokalisasi Suara Subjek

Keterdengaran

1

Terdengar: kanan, kiri Tidak terdengar: depan, atas, belakang

2

Tendengar: kanan, kiri Tidak terdengar: depan, atas, belakang

Tabel 7. Uji Weber Kedua Telinga

Telinga Kanan

Telinga Kiri

Kesimpulan

Terdengar sama keras

-

-

Normal

Tabel 8. Uji Rinne Telinga

Udara ke Tulang

Tulang ke Udara

Kesimpulan

Kanan

Terdengar-Tidak Terdengar

Terdengar-Terdengar

Normal

Kiri

Terdengar-Tidak Terdengar

Terdengar-Terdengar

Normal

Uji Kesetimbangan Subjek berjalan tanpa adanya simpangan ke samping Tabel 9. Stimulasi Penciuman Bahan

Identifikasi dengan hidung tertutup

Idenifikasi dengan hidung terbuka

1. Minyak peppermint

Terasa pedas dan pahit di lidah

-

2. Minyak kayu putih

Masih dengan peppermint terasa pedas, pahit dan dingin

Rasa di lidah lebih kuat dibandingkan bau minyak kayu putih melalui hidung namun tidak tercium bau kayu putih

3. Minyak tawon

Masih dengan peppermint terasa pedas, dingin dan pahit

Rasa di lidah lebih kuat dibandingkan dengan bau minyak tawon melalui hidung namun tercium bau minyak tawon

Tabel 10. Adaptasi Penciuman Minyak yang digunakan

Lubang hidung yang diuji

Waktu adaptasi

Minyak tawon

Lubang hidung kiri

2 menit 33 detik

Lubang hidung kanan

2 menit 45 detik

Lubang hidung kiri

3 menit 52 detik

Lubang hidung kanan

3 menit 20 detik

Minyak kayu putih

Uji Anestesi Lokal Tabel 11. Anestesi Permukaan Pengamatan

Waktu

NaCl : mata normal ketika di buka Lidokain : sedikit lambat ketika membuka mata

0-5 menit

NaCl : adanya refleks mata (mata normal) Lidokain : adanya refleks mata (mata normal)

5-10 menit

NaCl : adanya refleks mata (mata normal) Lidokain : refleks mata melambat

10-15 menit

NaCl : normal Lidokain : normal

>15 menit

Tabel 12. Anestesi infiltrasi Jenis anestesi

Efek anestesi pada ( t menit ) 1

5

10

15

>15

Lidokain

-

+

+

-

-

NaCl

-

-

-

-

-

Tabel 13. Anestesi Regnier Waktu (menit)

Respon

8

2

12,5

4

15

1

17,5

2

20

2

25

1

30

1

35

1

40

1

45

1

50

1

55

1

60

1

Tabel 14. Anestesi Metode Haffner

V.

Waktu (menit)

Lidokain

Prokain

5

+, efek ditimbulkan

-, tidak ada efek yang ditimbulkan

10

-, efek mulai hilang

-, tidak ada efek

15

-, efek hilang

-, tidak ada efek

Pembahasan Afterimages merupakan aktivitas fotokimia di retina yang berlanjut. Pada percobaan afterimages, didapatkan hasil yang sesuai dengan benda yang dilihat selama sebelum memejamkan mata dengan saat memejamkan mata, menandakan aktifitas fotokimia di retina relevan. Akomodasi adalah penyesuaian otomatis mata untuk memberi kita visi yang jelas. Selama lakomodasi, lensa menjadi lebih bulat untuk memfokuskan gambar objek yang dekat pada retina dan menjadi lebih rata untuk memfokuskan gambar objek yang jauh pada retina (Martini, 2018). Daya akomodasi mata dibatasi oleh dua titik yaitu titik dekat (punctum proximum), yaitu titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata dan titik. Pemeriksaan akomodasi dilakukan untuk menilai kemampuan akomodasi mata seseorang (Wati, 2018). Untuk mata normal (emetropi), titik dekatnya berjarak 10 cm s.d. 20 cm (untuk anak-anak) dan berjarak 20 cm s.d. 30 cm (untuk dewasa). Titik dekat disebut juga jarak baca normal. Pada percobaan uji ketajaman penglihatan, didapat hasil penglihatan tanpa kacamata adalah 20/140 untuk mata kanan dan 20/40 untuk mata kiri. Hasil penglihatan dengan kacamata menunjukkan hasil yang lebih baik, yaitu 20/15 untuk kedua mata. Saat ini, sudah ada alat khusus yang dapat mengukur ketajaman visus atau penglihatan mata secara langsung, yaitu autorefractometer. Namun, pemeriksaan ketajaman visus mata secara tradisional tidak dilupakan, yaitu pemeriksaan mata dengan kartu Snellen (Snellen chart). Terdapat banyak variasi kartu Snellen, tapi secara umum ada sebelas baris huruf kapital yang berisi beberapa macam huruf dan semakin bawah ukuran tulisan akan semakin kecil. Angka-angka yang terdapat pada setiap baris

memiliki arti khusus, yaitu menyatakan jarak (biasanya dalam satuan kaki) di mana mata orang normal dan sehat dapat membaca huruf pada baris tersebut. Visus mata 20/140 berarti mata subjek dengan jarak 20 kaki hanya mampu membaca huruf yang cukup besar yang dapat dibaca pada jarak 140 kaki. Maka dari itu, jika angkanya adalah suatu rasio yang kurang dari satu, maka subjek memiliki ketajaman penglihatan di bawah normal (subjek adalah miopik) dan berlaku sebaliknya. Bila angka tersebut adalah 20/20, maka penglihatan orang tersebut adalah normal, dan bila angka tersebut adalah 20/15, maka penglihatannya lebih baik dari normal. Proses penglihatan dimulai dari fotoreseptor dan berakhir di visual cortex pada serebral hemisfer. Berbeda dengan proses sensorik lainnya, informasi yang didapat harus melewati 2 sinapsis (dari fotoreseptor ke sel bipolar, dan dari sel bipolar ke sel ganglion), baru kemudian informasi diteruskan ke otak. Sinapsis tambahan ini meningkatkan keterlambatan sinaptik, namun memberikan kesempatan untuk memproses dan mengintegrasikan informasi visual sebelum informasi tersebut meninggalkan retina. Setiap fotoreseptor pada retina memonitor bidang penerimaan yang spesifik. Mengingat bahwa ada juga jutaan sel bipolar dan ganglion, sejumlah konvergensi harus terjadi pada awal jalur penglihatan. Selanjutnya, akson dari seluruh sel ganglion bertemu pada diskus optik, menembus dinding mata, dan diproses menuju diensefalon melalui saraf optik (II). Kedua saraf optik dari masingmasing mata sampai di diensefalon setelah melewati partial crossover pada kiasma optik. Dari optik kiasma, setengah serabut diproses menuju lateral geniculate body yang berapa pada sisi yang sama dengan otak, dan setengahnya menyeberang untuk mencapai lateral geniculate body dari sisi yang berlawanan. Dari masing-masing lateral geniculate body, informasi visual berjalan menuju visual cortex pada lobus oksipital hemisfer serebral. Beberapa serabut yang bersinapsis di lateral geniculate body juga berlanjut ke pusat pemrosesan bawah sadar di diensefalon dan batang otak (Martini, 2018). Beberapa gangguan yang dapat terjadi pada mata adalah gangguan refraksi (miopia, presbiopia, hiperopia, astigmatisme), degenerasi makula terkait usia, katarak, retinopati diabetik, glaukoma, dan amblyopia. Degenerasi makula, sering disebut degenerasi makula terkait usia (Agerelated macular degeneration, AMD), adalah gangguan pada mata yang berkaitan dengan penuaan dan mengakibatkan kerusakan penglihatan tajam dan sentral. Penglihatan sentral diperlukan untuk melihat objek secara jelas dan juga diperlukan untuk menunjang kegiatan sehari-hari seperti membaca dan berkendara. AMD mempengaruhi makula, bagian tengah retina yang memungkinkan mata untuk melihat detail dengan sangat baik. Terdapat dua macam AMD, yaitu AMD kering dan basah. AMD basah terjadi ketika pembuluh darah abpapilnormal di bawah retina mulai tumbuh di bawah makula sehingga terjadi kebocoran darah dan cairan, menyebabkan kerusakan dan hilangnya penglihatan sentral dengan cepat. Gejala awal AMD basah adalah garis lurus tampak bergelombang. AMD kering terjadi pada 70-90% kasus AMD dan disebabkan oleh menipisnya makula seiring jalannya waktu sebagai bagian dari proses penuaan dan secara bertahap menyebabkan penglihatan kabur dan penglihatan sentral menghilang karena berkurangnya fungsi kerja makula. Gejala awal yang paling umum dari AMD kering adalah terdapat drusen, yaitu deposit berwarna kuning atau putih yang berada di bawah retina (Center for Disease Control and Prevention, 2015). Penggunaan obat-obatan tertentu dapat memberikan dampak kepada fungsi panca indera. Beberapa obat yang dapat menyebabkan gangguan pada mata adalah alpha-blocker (alfuzosin) yang dapat menyebabkan penglihatan kabur dan nyeri pada mata, antibiotik (siprofloksasin), obat

osteoporosis (alendronat) dapat menyebabkan konjungtivitis dan sensitif terhadap cahaya, serta obat kolesterol (atorvastatin) dapat menyebabkan penglihatan ganda, korti...


Similar Free PDFs