Laporan Praktikum Parasitologi PDF

Title Laporan Praktikum Parasitologi
Author etik wahyuni
Course Ilmu Kesehatan Masyarakat
Institution Universitas Diponegoro
Pages 15
File Size 398.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 64
Total Views 178

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI PEMERIKSAAN FILARIASIS Disusun Oleh : Etik Wahyuni 25000117183006 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO 2018 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lymphatic filariasis atau lebih dikenal sebagai penyakit kaki gajah (elephantiasis) adalah penyakit infeksi a...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI PEMERIKSAAN FILARIASIS

Disusun Oleh :

Etik Wahyuni 25000117183006

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO 2018

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lymphatic filariasis atau lebih dikenal sebagai penyakit kaki gajah (elephantiasis) adalah penyakit infeksi akibat cacing filaria (mikrofilaria).1 Ada 3 spesies mikrofilaria penyebab penyakit ini yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.2,3 Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.4 Manusia terinfeksi melalui gigitan nyamuk vektor yang mengandung larva infektif (L3) dari spesies mikrofilaria tersebut. Meskipun jarang menimbulkan kematian, cacing filaria yang berkembangbiak di dalam pembuluh limfe akan menyebabkan kerusakan dan penyumbatan pada saluran limfatik. Pada stadium akhir dari kasus kronis sering ditemukan pembengkakan (kecacatan) pada kaki, tangan, maupun organ genital. Upaya pencegahan dan infeksi awal dapat dilakukan dengan pemberian obat anti-filaria. Namun pada kondisi yang sudah terjadi pembengkakan diperlukan langkah dan tata laksana kasus yang berbeda.1,4 Pada tahun 2000 lalu, WHO membentuk Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis (GPELF) dengan maksud untuk mengeliminasi penyakit ini pada 2020.5 Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis filaria adalah pemeriksaan secara mikroskopis pada sediaan darah jari (SDJ). Pengambilan sampel darah dilakukan pada pukul 22.00 malam sampai 02.00 dini hari sesuai periodisitas dari spesies cacing filaria. Namun saat ini di pasaran telah tersedia kit immunochromatographic card test (ICT) yang mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Teknik ini untuk mendeteksi adanya antigen dari W. bancrofti dari sampel dengan membutuhkan 100 uL darah.6 Ada pula uji cepat untuk mendeteksi antibodi terhadap Brugia spesies (Brugia Rapid Test). Pengambilan sampel darah dapat dilakukan pada siang maupun malam hari.

B. Tujuan 1. Untuk mendeskripsikan pemeriksaan filariasis menggunakan Filariasis Test Strip (FTS). 2. Untuk mendeskripsikan pemeriksaan filariasis menggunakan Brugia Rapid Test.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Filariasis ( penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia,Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening. Apabila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, payudara, dan alat kelamin baik pada perempuan maupun laki-laki. Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala klinis akut dan atau kronik.3,7 B. Etiologi Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening. Anak cacing yang disebut mikrofilaria, hidup dalam darah. Mikrofilaria ditemukan dalam darah tepi pada malam hari. Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori.Wuchereria bancrofti hanya ditemukan pada manusia; Brugia malayi sering kali menyebar kepada manusia melalui inang hewan. Parasit dewasa hidup di sistem limphatik. Mikrofilaria yang dilepaskan oleh betina gravit ditemukan di darah perifer, biasanya pada malam hari. Infeksi menyebar melalui banyak genera nyamuk. Vektor Wuchereria bancrofti adalah aedes, culex, dan anopheles. Vektor Brugia malayi adalah anopheles dan mansonia.7,8 Mikrofilaria dimakan oleh nyamuk, berkembang di otot torax serangga, dan kemudian matur dan bermigrasi ke bagian mulut serangga. Jika nyamuk terinfeksi menggigit inang baru, mikrofilaria masuk ke tempat gigitan dan akhirnya mencapai saluran limfatik, dimana mereka manjadi matur.7 C. Diagnosis 1.

Diagnosis Klinik

Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik. Diagnosis klinik penting dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and Chronic Disease Rate). Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis filariasis adalah gejala dan pengalaman limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang dan gejala menahun.6 2.

Diagnosis Parasitologik Mikrofilaria ditemukan pada pemeriksaan darah jari pada malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan siang hari, 30 menit setelah diberi dietilkarbamasin 100 mg. Species cacing filaria dapat ditentukan dari mikrofilaria secara morfologis.5,6 Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi, amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi antibodi dan/atau antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang diagnosis. Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremi, tidak membedakan infeksi dini dan infeksi lama. Deteksi antigen merupakan deteksi metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih mendekati diagnosis parasitologik, antibodi monokional terhadap O. gibsoni menunjukkan korelasi yang cukup baik dengan mikrofilaremia W. bancrofti di Papua New Guinea.6

3.

Diagnosis Epidemiologik Endemisitas filariasis suatu daerah ditentukan dengan menentukan microfilarial rate (mf rate), Acute Disease Rate (ADR) dan Chronic Disease Rate (CDR) dengan memeriksa sedikitnya 10% dari jumlah penduduk. Pendekatan praktis untuk menentukan daerah endemis filariasis dapat melalui penemuan penderita elefantiasis. Dengan ditemukannya satu penderita elefantiasis di antara 1000 penduduk, dapat diperkirakan ada 10 penderita klinis akut dan 100 yang mikrofilaremik.8,9

D. Cara Penularan Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang

mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung mikrofilaria atau binatang reservoir yang mengandung mikrofilaria. Siklus Penularan penyakit kaki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoar.7,8 2.1 Skema Rantai Penularan Filariasis Wuchereria Brancofti

Keterangan : 1. Saat mengisap darah, nyamuk yang terinfeksi memasukkan larva stadium tiga (L-3) melalui kulit manusia dan penetrasi melalui luka bekas gigitan 2. Larva berkembang menjadi dewasa dan pada umumnya habitatnya pada kelenjar limfatik 3. Cacing dewasa menghasilkan microfilaria yang migrasi ke limfe dan mencapai sirkulasi darah perifer 4. Microfilaria masuk kedalam tubuh nyamuk saat nyamuk menggigit manusia yg terinfeksi microfilaria 5. Setelah masuk dalam tubuh nyamuk, selubung (sheath) dari microfilaria terlepas kemudian masuk ke dinding proventikulus dan ke usus bagian tengah (midgut) kemudian mencapai otot toraks

6. Microfilaria berkembang di otot toraks menjadi larva stadium pertama (L-1) 7. Kemudian menjadi L-2 dan selanjutnya menjadi larva stadium tiga (L-3) 8. Larva stadium tiga bermigrasi menuju proboscis dan dapat menginfeksi penderita yang lain ketika mengisap darah

E. Tanda dan Gejala Gejala klinis filariasis akut adalah berupa demam berulang-ulang selama 3-5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat. Gejala lain berupa pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit serta radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis). Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema) juga merupakan gejala yang bisa timbul. Gejala klinis yang kronis berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).6,7 F. Pencegahan dan Penanggulangan Bagi penderita filariasis diharapkan kesadarannya untuk memeriksakan ke dokter dan mendapatkan penanganan obat-obatan sehingga tidak menyebarkan penularan kepada masyarakat lainnya. Pendidikan dan pengenalan penyakit perlu dilakukan kepada penderita dan warga sekitarnya. Pemberantasan nyamuk diwilayah masing-masing sangatlah penting untuk memutus mata rantai penularan penyakit ini. Menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal terpenting untuk mencegah terjadinya perkembangan nyamuk di wilayah tersebut.8,9,10 Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh

penderita,

sehingga

tingkat

penularan

dapat

ditekan

dan

dikurangi.

Dietilkarbamasin (DEC) adalah satu-satunya obat filariasis yang ampuh baik untuk filariasis bancrofti maupun malayi, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini tergolong murah, aman dan tidak ada resistensi obat. Penderita yang mendapatkan terapi obat ini mungkin akan memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara dan mudah diatasi dengan obat simtomatik. Dietilkarbamasin tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis. Pengobatan diberikan oral sesudah makan malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam, dan diekskresi melalui air kemih. Dietilkarbamasin tidak diberikanpada anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui, dan penderita sakit berat ataudalam keadaan lemah. Namun pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup parah karena tidak terdeteksi dini, selain pemberian obat-obatan tentunya memerlukan langkah lanjutan seperti tindakan operasi.9,10

BAB III METODE PEMERIKSAAN

A. Pemeriksaan Filariasis dengan Filariasis Test Strip (FTS) 1. Alat dan Bahan a. Lancet b. Filariasis Test Strip c. Mikropipet d. Timer e. Sarung tangan f. Alcohol swab g. Sampel darah h. Kertas label i. Spidol 2. Cara Kerja a. Memakai sarung tangan sebelum memulai prosedur pemeriksaan. b. Membuka kemasan FTS kit sesaat sebelum digunakan. c. Menandai test strip dengan kertas label (nama pasien dan tanggal pemeriksaan). d. Membersihkan jari tangan pasien dengan alcohol swab dan membiarkannya kering di udara.

e. Menusuk jari tangan pasien dengan lancet kemudian mengambil darah pasien dengan mikropipet dalam posisi horizontal sampai batas garis mikropipet. f. Meneteskan darah dalam mikropipet ke dalam FTS kit dengan cara dipencet secara pelan dan hati-hati. g. Menyalakan timer dengan batas waktu 10 menit. h. Membaca hasil pemeriksaan setelah 10 menit.

B. Pemeriksaan Filariasis dengan Brugia Rapid Test 1. Alat dan Bahan a. Lancet b. Brugia Rapid Test c. Mikropipet d. Timer e. Sarung tangan f. Alcohol swab g. Buffer h. Sampel darah i. Spidol 2. Cara Kerja a. Memakai sarung tangan sebelum memulai prosedur pemeriksaan. b. Membuka kemasan Brugia Rapid Test sesaat sebelum digunakan. c. Menulis nama pasien dan tanggal pemeriksaan pada bagian bawah Brugia Rapid Test. d. Membersihkan jari tangan pasien dengan alcohol swab dan membiarkannya kering di udara. e. Menusuk jari tangan pasien dengan lancet kemudian mengambil darah pasien dengan mikropipet dalam posisi horizontal sampai batas garis mikropipet.

f. Meneteskan darah dalam mikropipet ke dalam Brugia Rapid Test pada bagian kotak persegi (paling bawah) dan menambahkan 1 tetes buffer pada kotak yang sama. g. Darah akan menyebar ke atas membran, untuk penyerapan lebih cepat Brugia Rapid Test dapat diketuk-ketuk secara pelan-pelan kemudian dibiarkan selama 10 menit. h. Menambahkan 3 tetes buffer pada kotak oval (paling atas) dan tarik tab bening sampai resistensi terasa. i. Menambahkan 1 tetes buffer pada kotak persegi j. Menyalakan timer dengan batas waktu 25 menit. k. Membaca hasil pemeriksaan setelah 25 menit.

BAB IV HASIL

A. Hasil Pemeriksaan dengan Filariasis Test Strip (FTS)

Gambar 4.1. Hasil pemeriksaan dengan Filariasis Test Strip (FTS)

Dari hasil pemeriksaan didapatkan : muncul satu garis berwarna merah muda Kesimpulan : Negatif

B. Pemeriksaan Filariasis dengan Brugia Rapid Test

Gambar 4.2. Hasil pemeriksaan dengan Brugia Rapid Test

Dari hasil pemeriksaan didapatkan : garis tidak terlihat jelas Kesimpulan : Invalid

BAB V PEMBAHASAN A. Pemeriksaan Dengan Brugia Rapid Test Kit Brugia Rapid Test Kit adalah salah satu teknik diagnosis terbaru pendeteksian penyakit Filaria. Brugia Rapid Test Kit telah menjadi alat yang berguna dan sensitif untuk mendeteksi antibodi Brugia malayi dan Brugia Timori. Alat ini digunakan secara luas oleh program eliminasi filariasis limfatik yang disebabkan oleh Brugia Spp di daerah endemis. Br u g i ar a pi dme r up a ka ns u a t ut e sdi a g no s t i ky a n gme n de t e k s ia da n y a I gG4p a dao r a n gy a n gt e r i nf e ks ifil a r i a s i s .I gG4i n ime r up a ka nma r k e ri nf e ks i fil a r i a s i sBr u gi a .Ke u nt un g a npe n g gu na a nBr u gi ar a pi da da l a hs a mpe lda r a h b a i kda r a hma l a m ma u pu ns i a n gh a r i ,t i da kme me r l uk a np e r a l a t a nkhu s u s , d a nha s i ld a pa tdi p e r o l e hda l a m wa k t uy a n gr e l a t i fs i n g ka t( 1 525me ni t ) , s pe c i fic i t as97 1 00 % da ns e ns i t i fit a s92 1 00 %. Be r d a s a r ka ns e b ua hs t ud iy a n gdi l a ku ka n ,Br u gi aRa p i d me mi l i ki t i n g ka ts e n s i t i fit a sd a ns p e s i fit a sy a n gt i n g g i ,y a i t u>9 5% da n≥ 99 % ba i k

d a l a mp e r c o ba a nd il a b or a t o r i u m ma u pu np a dap e ne l i t i a ndil a pa n g a n .Pa da s e bu a hp e ne l i t i a ndiMa l a y s i a ,Br u gi aRap i dTe s tme n de t e k s ika s u sp os i t i f s e ba n y a k 10 ka l il e b i h ba n y a k di ba nd i n gk a np e me r i ks a a np a r a s i t ol o g i s , s e da n g ka nd iI n do ne s i a ,pe ni n g ka t a nk a s u spo s i t i fs e b e s a rt i g aka l il i pa t . Da r i p e me r i ks a a n y a n g di l a ku ka n di d a pa t k a n b a hwa ha s i l p e me r i ks a a nd e n g a n Brugia Rapid Test Kit dinyatakan invalid. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan spesies Brugia pada sampel darah belum bisa ditentukan. . B. Pemeriksaan Dengan Filariasis Test Strip Sebuah penelitian menunjukkan bahwa Alere Filariasis Test Strip (FTS) memiliki sensitivitas analitis yang lebih baik daripada tes kartu BinaxNOW Filariasis (Card Test) untuk mendeteksi antigen filarial yang beredar, dan FTS mendeteksi hasil yang lebih positif daripada Tes Kartu dalam studi lapangan yang dilakukan di daerah yang sangat endemik di Liberia. The Alere Filariasis Test Strip (FTS) adalah tes diagnostik cepat yang direkomendasikan untuk survei pemetaan, pemantauan dan penilaian transmisi (TAS) untuk deteksi kualitatif antigen Wuchereria bancrofti dalam sampel darah manusia. Tingkat antigenemia oleh FTS adalah 138% lebih tinggi dalam studi Sri Lanka (43/852 vs 18/852) dan 21% lebih tinggi dalam studi Indonesia (50/778 vs 41/778) dibandingkan tingkat antigenemia dengan Tes Kartu. Tingkat antigenemia secara signifikan lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih tinggi pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak di kedua lokasi penelitian. Meskipun tingkat antigenemia secara keseluruhan dan nilai tes secara signifikan lebih tinggi oleh FTS daripada dengan Tes Kartu di kedua wilayah studi, tingkat pada anak-anak muda serupa dengan kedua tes di kedua area. Beberapa hal harus diperhatikan sebelum pemeriksaan dilakukan: Kit harus disimpan pada suhu 2-37°C, kit tidak boleh digunakan setelah tanggal

kedaluwarsa, dua strip dari setiap lot kit harus diuji dengan menggunakan kontrol positif(jangan gunakan strip yang negatif saat diuji dengan kontrol), tidak memaparkan strip ke panas yang ekstrim untuk jangka waktu yang lama, cahaya harus relatif terang pada saat pembacaan hasil. Dari hasil pemerikaaan yang kami lakukan didapatkan bahwa pemeriksaan dengan Filariasis Test Strip menunjukkan hasil negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel darah pasien tidak mengandung Wuchereria brancofti.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. 2. 3. 4.

5.

The 17 Neglected Tropical Diseases, diakses dari http://www.who.int/neglected_diseases/diseases/en/, tanggal 11 November 2018. WHO. Lymphatic Filariasis, diakses dari http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs102/en/, tanggal 11 November 2018. WHO. Filariasis, diakses dari http://www.who.int/topics/filariasis/en/ ; tanggal 11 November 2018. Kemenkes RI. Filariasis di Indonesia, Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 1, Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI, diakses dari http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN% 20FILARIASIS.pdf , 11 November 2018. WHO. Continue to March towards Elimination of Lymphatic Filariasis, diakses dari http://www.searo.who.int/entity/vector_borne_tropical_diseases/ topics/lymphatic_filariasis/Progress_LF/en/, tanggal 11 November 2018.

6. WHO. Form of Lymphatic Filariasis and Diagnosis,

diakses dari http://www.who.int/lymphatic_filariasis/epidemiology/epidemiology_forms/e n/, tanggal 11 November 2018. 7. Natadisastra, Djaenudin dan Ridad Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 8. Narudin dan Suharto. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia. Surabaya : Airlangga University Press. 9. Depkes RI. 2006. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Filariasis. Jakarta: Ditjen PP & PL. 10. Depkes RI. 2006. Pedoman Program Eliminasi Filariasis di Indonesia. Jakarta: Ditjen PP & PL....


Similar Free PDFs