Laporan Praktikum Penginderaan Jauh (Acara V: Komposit Citra) PDF

Title Laporan Praktikum Penginderaan Jauh (Acara V: Komposit Citra)
Author Lia Umi Amaliya
Pages 18
File Size 443.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 383
Total Views 546

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH ACARA V KOMPOSIT CITRA Dosen Pengampu : Purwanto, S.Pd, M.Si Disusun Oleh: Nama : Lia Umi Amaliya Offering/Angkatan : K/ 2017 Tanggal Praktikum : 20 November 2018 Assisten Praktikum : Hetty Rahmawati Sucahyo UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSI...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH

ACARA V KOMPOSIT CITRA

Dosen Pengampu : Purwanto, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh: Nama

: Lia Umi Amaliya

Offering/Angkatan

: K/ 2017

Tanggal Praktikum

: 20 November 2018

Assisten Praktikum

: Hetty Rahmawati Sucahyo

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI 2018

ACARA V KOMPOSIT CITRA

I. TUJUAN 1. Mahasiswa mampu melakukan proses komposit citra satelit multispektral. 2. Mahasiswa mampu melakukan proses eksporting data citra dalam berbagai format. 3. Mahasiswa mampu memahami dan membandingkan hasil citra dengan menggunakan metode natural color, false color, dan infrared color.

II. ALAT dan BAHAN 1. Alat a. Laptop b. Software ENVI 4.5 atau ENVI 5.3 2. Bahan a. Citra Landsat 8 OLI LC08_L1TP_118065_20180928_20181009_01_T1

III. DASAR TEORI Proses interpretasi citra biasanya mengabungkan antara metode visual dan automatik dengan menggunakan bantuan komputer ataupun perangkat lunak yang membantu dalam pengolahan citra. Citra satelit yang belum diproses biasanya disimpan dalam bentuk gray scale. Gray scale merupakan skala warna dari hitam ke putih dengan derajat keabuan yang bervariasi. Penginderaan jauh menggunakan skala gray scale, yaitu 256 shade gray scale, dimana nilai 0 menggambarkan hitam, dan nilai 255 mengambarkan warna putih. Citra ditampilkan pada masing-masing band dalam bentuk warna hitam dan putih maupun kombinasi dengan tiga band sekaligus atau yang disebut color composites. Komposit citra merupakan citra hasil baru dari penggabungan tiga saluran yang mampu menampilkan keunggulan dari saluran-saluran penyusunnya (Sigit dalam Wahyudi, 2016). Penggunaan komposit citra ini dikarenakan keterbatasan mata yang kurang mampu dalam membedakan gradasi warna dan lebih mudah memahami dengan pemberian warna. Pada citra multispektral yang terdiri dari banyak saluran, apabila hanya menampilkan satu saluran maka citra yang dihasilkan merupakan gradasi rona. Mata

manusia hanya bisa membedakan objek yang menonjol pada suatu saluran, sehingga objek lain akan kesulitan untuk diidentifikasi. Sehingga pada citra komposit ini, hasil yang didapatkan lebih mudah untuk diidentifikasi suatu objek pada citra. Pembuatan citra komposit menggunakan teknik penggabungan beberapa saluran pada citra yang kemudian menjadi sebuah satu saluran baru. Pada citra saluran tunggal hanya memiliki satu warna yaitu gradiasi warna keabuan. Terjadinya penggabungan beberapa saluran maka akan menghasilkan citra baru yang memiliki variasi warna tertentu. Hal ini juga didasarkan pada saluran yang ditentukan. Konsep mengenai warna terdapat 3 warna dasar yaitu merah, kuning, dan biru. Ketiga warna tersebut menjadi dasar dalam pembuatan citra komposit warna. Kegiatan mengkombinasikan band pada citra satelit Landsat 8 dapat dilakukan dengan mendaftar urutan R G B kombinasi band yang tersedia yaitu sebagai berikut. 1) Natural color ( 4 3 2 ) Penggunaan kombinasi warna ini untuk menghasilkan citra dengan warna yang berbeda. 2) False color (urban) ( 7 6 4 ) Penggunaan kombinasi warna ini untuk menghasilkan citra dengan perbedaan yang jelas pada daerah perkotaan/urban. 3) Color Infrared (vegetasi) ( 5 4 3 ) Penggunaan kombinasi warna ini untuk melihat masa, kerapatan, dan dominasi vegetasi. Kontras antara dominasi vegetasi yang akan terlihat melalui infrared, dapat memberikan keefektifan dalam analisis vegetasi kehutanan atau pertanian dalam skala besar. 4) Agriculture ( 6 5 2 ) Penggunaan kombinasi warna ini untuk menghasilkan citra dengan perbedaan tumbuh-tumbuhan yang jelas, yang ditunjukkan dengan warna hijau. 5) Atmospheric Penetrion ( 7 6 5 ) Penggunaan kombinasi warna ini untuk memperjelas citra dari ketebalan awan, memperjelas garis pantai, dan tutupan vegetasi. Kombinasi ini digunakan untuk memperjelas dari gangguan cuaca. 6) Healthy Vegetation ( 5 6 2 ) Penggunaan kombinasi warna ini untuk menghasilkan citra yang menampakkan

vegetasi yang sehat. 7) Land/Water ( 5 6 4 ) Penggunaan kombinasi warna ini untuk menghasilkan citra dengan perbedaan yang jelas pada air dan daratan. 8) Natural With Atmospheric Removal ( 7 5 3 ) Penggunaan kombinasi warna ini untuk menghasilkan citra dengan warna natural dan mengurangi kenampakan warna. 9) Shortwave Infrared ( 7 5 4 ) Penggunaan kombinasi warna ini untuk mendapatkan biomasa dengan kontras yang jelas dan citra yang lebih bersih dari tutupan awan. 10) Vegetation Analysis ( 6 5 4 ) Penggunaan kombinasi warna ini dikhususkan untuk menganalisa tumbuhtumbuhan.

Kecerahan rona objek yang terlihat pada citra tergantung pada besarnya tenaga pantulan yang datang dari objek. Berdasarkan warna yang digunakan, foto warna dapat dibedakan atas foto warna asli (true color), foto berwarna semu (false color), dan foto inframerah. Ketiga pembedaan warna tersebut memiliki karakteristik masing-masing, dimana pada foto berwarna semu objek yang terlihat tidak sama dengan objek foto warna asli. Contohnya objek vegetasi yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spektrum inframerah akan tampak berwarna merah (reddish) pada foto, air akan tampak biru (blueish), dan tanah akan tampak berwarna hijau (greenish). Sedangkan untuk foto warna asli (true color) warna yang dihasilkan akan tampak sesuai dengan aslinya. Foto berwarna semu memiliki keunggulan yaitu warnanya tidak sesuai dengan warna aslinya. Hal tersebut memberikan kemudahan pada banyak objek yang terlihat. Dikarenakan vegetasi yang lebat akan memantulkan saluran inframerah yang lebih besar daripada dengan pantulannya pada saluran hijau, maka vegetasi akan terlihat dengan memiliki berbagai tingkatan kemerahan pada foto inframerah berwarna. Selain itu, apabila vegetasi yang sudah mati, maka pada inframerah berwarna vegetasi tidak akan tampak merah. Foto berwarna pada objek akan memberikan kemudahan dalam kegiatan interpretasi. Interpretasi penggunaan lahan dari citra Landsat dan peta rupa bumi

Indonesia dengan melakukan analisis citra melalui unsur-unsur citra. Menginterpretasi peta lebih baik menggunakan lebih dari tiga unsur citra agar tampak jelas perbedaan antara kenampakan satu citra dengan citra yang lain. Pada umumnya untuk menunjukkan keunggulan masing-masing citra adalah dengan membuat citra komposit warna. Komposit citra akan menghasilkan gabungan dari saluran 1, 2, dan 3 sehingga informasi yang dihasilkan dapat berupa citra asli, foto semu, ataupun foto inframerah. Terdapat dua metode yang digunakan dalam melakukan komposit citra, sebagai berikt. a. Komposit citra true color Komposit citra true color menggunakan tiga (3) band visible spectrum yaitu red/visible red, green/visible green, dan blue/visible blue. Dimana komposit warna ini merupakan gambaran citra dengan menggunakan warna natural atau gambaran citra yang sesuai dengan kondisi sebenarnya. b. Komposit citra false color Komposit citra false color, menghasilkan komposit citra yang bukan gambaran permukaan bumi yang sebenarnya, namun komposit ini juga digunakan untuk mengidentifikasikan dan membedakan objek-objek yang ada pada citra.

IV. LANGKAH KERJA 1. Klik File => Open Image File => Klik citra hasil koreksi sun elevation 1-7.hdr => Open.

2. Apabila muncul kotak dialog hasil data Klik RGB Colour => dengan nilai R= band 4, G= band 3, dan B= band 2 => Load Band.

3. Klik File pada hasil citra => Save Image As => Image File.

4. Setelah muncul kotak display, ganti output file type menjadi TIFF/Geo TIFF => Pilih Choose dalam penyimpanan dengan nama file “Natural_Color” => OK.

5. Hasil penyimpanan file akan muncul, selanjutnya mengganti RGB Color dengan nilai R = band 7, G = band 6, dan B = band 4 => Klik New Display untuk

menghasilkan citra pada display yang berbeda => Load Band.

6. Selanjutnya, citra hasil penggantian RGB sudah keluar. Klik File pada data citra terbaru => Save Image File => Image File => Mengganti Output File Type menjadi TIFF/Geo TIFF => pilih Choose dalam penyimpanan dengan nama file "False_Color" => Ok.

7. Setelah hasil RGB terbaru muncul di new display, mengganti kembali RGB dengan R = band 5, G = band 4, dan B = band 3 => New Display => Load Band.

8. Klik File pada hasil citra, klik Save Image As => Image File. Mengganti Output File Type menjadi TIFF/Geo TIFF => pilih Choose dalam penyimpanan dengan nama file "Colour_Infrared" => OK.

9. Setelah ketiga display citra muncul, klik kanan => Link Display.

10. Klik kanan => Cursor Loacation/Value, untuk menghasilkan nilai lokasi.

11. Mencari objek yang akan diamati perbedaannya, dimulai dari objek pertama yaitu air. Selanjutnya, akan diperoleh perbedaan ketiga citra yang menggambarkan objek air dan nilai lokasinya. Melakukan cursor location value

dilakukan pada setiap display dikarenakan setiap display mengandung nilai warna yang berbeda- beda.

12. Ikuti langkah 11 untuk mengetahui perbedaan dan nilai lokasinya pada objek berikutnya yaitu vegetasi rapat tinggi, sawah, tanah, dan lahan terbangun (pemukiman).

V.

HASIL PRAKTIKUM 1. Hasil praktikum citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS. 2. Gambar perbedaan citra pada setiap objek dengan menggunakan metode natural color, false color, dan infrared color. 3. Tabel hasil perbandingan citra dengan metode natural color, false color, dan infrared color.

VI. PEMBAHASAN Berdasarkan praktikum komposit citra dengan Landsat 8 diperoleh bahwa setiap objek memiliki hasil yang berbeda-beda. Pada praktikum komposit citra ini menggunakan tiga metode yaitu natural color, false color, dan infrared color dengan menggunakan daerah kajian Malang - Surabaya. Metode natural color menggunakan data band 4, band 3, dan band 2. Selanjutnya, untuk metode false color menggunakan band 7, band 6, dan band 4. Sementara, dengan metode infrared color menggunakan band 5, band 4, dan band 3. Setiap objek yang diambil dengan menggunakan ketiga metode tersebut menghasilkan warna yang berbeda-beda. Kegiatan praktikum ini menggunakan lima objek yaitu air, vegetasi rapat, sawah, tanah, dan lahan terbangun

(pemukiman). Objek pertama yaitu air, dengan metode natural color objek air terlihat berwarna regal blue dan sangat mudah untuk dikenali, pada false color objek berwarna tyrian purple dan masih sangat mudah dikenali, sedangkan dengan infrared color air berwarna red oxide dan objek masih mudah dikenali. Objek air mudah untuk dikenali meskipun terdiri dari beragam warna dikarenakan air sebagai bagian terluas dari semua objek yang ada sehingga hal tersebut memberikan kemudahan dalam mengidentifikasinya. Objek kedua yaitu vegetasi rapat. Titik vegetasi rapat yang diambil yaitu hutan yang dekat dengan gunung. Pada metode natural color terlihat warna turtle green dan objek terlihat mudah untuk dikenali, pada false color objek sulit dikenali dengan warna afghan tan, dan dengan infrared color objek agak sulit dikenali dengan warna brick red. Pada objek vegetasi rapat terdapat tingkatan dalam pengenalan objek, dimana saat metode natural color mudah dikenali dikarenakan warnanya masih asli yaitu hijau tua dan masih terdapat pancaran cahaya matahari yang mampu memberikan kemudahan untuk membedakan antara vegetasi rapat dan semak belukar. Selanjutnya, pada metode false color sulit dikenali, karena warna mulai berubah ditambah dengan cahaya matahari yang sedikit sehingga perbedaan warna antara vegetasi rapat dan semak belukar sulit untuk dibedakan. Sementara pada infrared color vegetasi rapat agak sulit untuk dikenali dikarenakan berubahnya warna namun lebih mudah dibandingkan daripada dengan menggunakan false color, karena masih terdapat perbedaan gradasi warna antara vegetasi rapat dan semak belukar. Oleh karena itu, metode infrared color memberikan kemudahan untuk melihat perbedaan pada vegetasi. Objek berikutnya yaitu sawah. Titik sawah yang diambil yaitu berada di kajian wilayah Lamongan. Dimana pada natural color objek terlihat jelas dengan warna spectra, pada false color sulit terlihat dengan berwarna potters clay, dan pada infrared color objek juga sulit dikenali dengan mengandung warna cerise. Objek sawah hanya mudah dikenali saat natural color dikarenakan pada metode ini sawah terihat jelas dengan warna hijau serta garis-garis petak yang terlihat jelas, sedangkan pada false color dan infrared color objek sulit dikenali dikarenakan berubahnya warna dan tidak terlihatnya petak-petak. Padahal terbentuknya petak- petak memberikan ciri khas pada objek sawah. Objek keempat yaitu tanah. Titik tanah yang diambil yaitu berada di dekat

Gunung Bromo atau dalam kajian wilayah Malang. Pada natural color tanah sangat terlihat jelas dengan warna pale oyster atau seperti berwarna kecoklat-coklatan, pada false color terlihat berwarna silk dan sulit dikenali, dan pada infrared color juga sulit dikenali dengan warna sea pink. Objek tanah mudah dikenali pada natural color dikarenakan warnanya sesuai dengan keadaan aslinya, sedangkan pada false color dan infrared color sulit untuk dikenali dikarenakan warnanya yang berubah serta bentuk yang sudah tidak nampak menyerupai tanah pada umumnya. Objek terakhir yaitu lahan terbangun (pemukiman). Objek pemukiman diambil di wilayah kajian Sidoarjo. Dimana pada natural color pemukiman sangat jelas dengan berwarna swiss coffee, pada false color berwarna lilac, dan pada infrared color berwarna shady lady. Untuk objek pemukiman baik dengan natural color, false color, dan infrared color mudah utuk dikenali dikarenakan meskipun sudah berubah warna objek dikenali dengan terdiri kotak-kotak kecil yang saling berdekatan satu sama lain. Hal tersebut yang menjadikan ciri khas bentuk pemukiman yang dilihat dari satelit.

VII. KESIMPULAN 1. Bahwa dalam mengolah citra Landsat 8 dengan menggunakan proses komposit citra satelit multispektral akan menghasilkan warna yang berbeda-beda pada setiap objek yang dikaji, terutama perbedaan dengan menggunakan metode natural color, false color, dan infrared color. 2. Tahapan setelah menyelesaikan mengolah data citra yaitu melakukan eksporting dengan menghasilkan sesuai format pada natural natural color, false color, dan infrared color yang kemudian dapat dianalisa. 3. Hasil warna yang diperoleh berbeda-beda akan memberikan kemudahan dalam membandingkan antara satu metode dengan metode lainnya. Setiap metode menghasilkan warna dan hasil yang berbeda pada setiap objek. Hal tersebut dapat dijadikan untuk menilai diantara ketiga metode tersebut yang menghasilkan objek yang mudah untuk dikenali maupun yang sulit dikenali. Namun, pada dasarnya ketiga metode tersebut memiliki kegunaan yang berbeda-beda dalam kajian yang dihasilkan. Secara umum, kemudahan atau kesulitan dalam mengenali objek dikarenakan adanya perubahan warna dan bentuk terhadap keadaan sebenarnya.

4. Ketiga metode yang digunakan yaitu natural color, false color, dan infrared color akan menghasilkan sifat pengkajian pada setiap objek yang berbeda dan disesuaikan dengan teori yang berkaitan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA Cintya, Hilda Arsy Wiga. 2015. Kombinasi Band pada Citra Satelit Landsat & dengan Perangkat Lunak Bilko. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November. Hadi, Arif Ismul. 2005. Analisis Citra Digital dengan Menggunakan Teknik Penajaman Citra. Bengkulu: Univesitas Bengkulu. Paraditya, Rangga. 2011. Pemanfaatan Citra Landsat 7 ETM+ Untuk Pemetaan Potensi Mineralisasi Emas di Kawasan Gunung Dodo, Kabupaten Sumbawa, NTB. Nusa Tenggara Barat. Wahyudi, Panji Pradikha. 2016. Pengolahan Citra Digital Komposit Band. Bandung: Institut Teknologi Nasional.

IX. LAMPIRAN 9.1 Hasil praktikum citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS 1. Natural color

2. False color

3. Infrared color

9.2 Gambar perbedaan citra pada setiap objek dengan menggunakan metode natural color, false color, dan infrared color. 1. Objek air

2. Objek vegetasi rapat

3. Objek sawah

4. Objek tanah

5. Objek lahan terbangun (pemukiman)

9.3 Tabel hasil perbandingan citra dengan metode natural color, false color, dan infrared color. Objek

Pantulan pada RGB Display

Warna objek

Pengenalan objek

Red

Green

Blue

Air (432)

24

30

70

Regal blue

Sangat mudah

Air (764)

101

8

22

Tyrian purple

Sangat mudah

Air (543)

74

22

30

Red oxide

Sangat mudah

Vegetasi rapat (432)

30

36

14

Turtle green

Mudah

Vegetasi rapat (764)

137

99

37

Afghan tan

Sulit

Vegetasi rapat (543)

202

40

52

Brick red

Agak sulit

Sawah (432)

54

94

81

Spectra

Sangat mudah

Sawah (764)

134

94

64

Potter s clay

Sulit

Sawah (543)

227

64

92

Cerise

Sulit

Warna objek

Tanah (432)

152

135

107

Pale oyster Sangat mudah

Tanah (764)

190

166

155

Silk

Mudah

Tanah (543)

214

128

120

Sea pink

Sulit

Pemukiman (432)

217

195

194

Swiss coffee

Sangat mudah

Pemukiman (764)

209

154

194

Lilac

Mudah

Pemukiman (543)

159

147

153

Shady lady Mudah...


Similar Free PDFs