LAPORAN WHOLE MOUNT KELOMPOK 3 KELAS C PDF

Title LAPORAN WHOLE MOUNT KELOMPOK 3 KELAS C
Author Rose Lolita
Pages 35
File Size 1.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 364
Total Views 765

Summary

LAPORAN PERKEMBANGAN HEWAN PEMBUATAN SEDIAAN UTUH “WHOLE MOUNT” EMBRIO AYAM (disusun untuk memenuhi tugas laporan mata kuliah Perkembangan Hewan) Oleh : Kelas C Ayuni Dwi A (130210103024) Rose Lolita (130210103027) Anggun Rifka R. (130210103050) Relita Imaniar (130210103093) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN...


Description

LAPORAN PERKEMBANGAN HEWAN PEMBUATAN SEDIAAN UTUH “WHOLE MOUNT” EMBRIO AYAM

(disusun untuk memenuhi tugas laporan mata kuliah Perkembangan Hewan)

Oleh : Kelas C Ayuni Dwi A

(130210103024)

Rose Lolita

(130210103027)

Anggun Rifka R.

(130210103050)

Relita Imaniar

(130210103093)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER

2015

KATA PENGANTAR Bissmillahirrohmanir rohim. Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun diberikan kemudahan dan kelancaran untuk menyelesaikan tugas laporan ini guna memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Hewan dengan judul “PEMBUATAN PREPARAT SEDIAAN UTUH (WHOLE MOUNT) EMBRIO AYAM”. Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Hewan yang telah membimbing selama kegiatan perkuliahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa juga saya sampaikan terimakasih kepada segenap Asisten Praktikum Perkembangan Hewan, khususnya di kelas C, yakni Mbak Anik Rahmawati, Mbak Wulan, Mbak Zayyina Maya, Mbak Siska, dan Mbak Rasmiyana yang telah membimbing dan membagikan ilmu selama kegiatan praktikum. Untuk teman-teman Pendidikan Biologi khususnya di Kelas C, saya ucapkan terimakasih banyak atas bantuan dan kerjasamanya. Laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan,oleh karenanya penyusun tetap mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan laporan ini. Penyusun juga memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan penyusunan laporan. Demikian penulisan laporan ini, semoga bermanfaat bagi semua khusunya bagi pembaca.

Jember, 25 Mei 2015

Penyusun

[Type text]

Page 2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4 1.2 Rumusan masalah .......................................................................................... 4 1.3 Tujuan ............................................................................................................ 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6 BAB III METODE PRAKTIKUM ....................................................................... 15 3.1 Alat dan bahan ............................................................................................. 15 3.2 Skema kerja ................................................................................................. 15 BAB IV HASIL PENGAMATAN ....................................................................... 17 BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 18 BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 24 6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 24 6.2 Saran ............................................................................................................ 25 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26 LAMPIRAN .......................................................................................................... 27

[Type text]

Page 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Prinsipnya semua jenis telur mempunyai struktur yang sama. Telur terdiri dari enam bagian yaitu kerabang telur atau kulit luar (shell), selaput kerabang, putih telur (albumin), kuning telur (yolk), tali kuning telur (chalaza) dan sel benih (germ plasm). Masing-masing bagian memiliki fungsi khas. Pembuatan sediaan utuh (whole mounts) embrio ayam membutuhkan tahapan-tahapan diantaranya fiksasi, rehidrasi, pewarnaan, dehidratasi, penjernihan, dan mounting. Dalam pembuatan preparat biologi diperlukan pengetahuan dasar lainnya yang berkaitan dan menunjang, serta dibutuhkan pula suatu ketrampilan dalam menangani bahan dan alat yang digunakan. Dengan penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang cukup akan memberikan hasil yang baik. Pembuatan sediaan tersebut merupakan suatu pekerjaan yang bertahap dan berhubungan satu dengan yang lain sehingga kesalahan atau ketidaktelitian pada salah satu tahapan dapat mengakibatkan hasil akhir yang kurang baik pula. Hasil sediaan whole mounts embrio ayam dapat digunakan dalam mempelajari embriologi serta dapat digunakan dalam penelitian adanya kelainan dalam pertumbuhan embrio. Pembuatan preparat utuh (whole mounts) embrio ayam dilakukan untuk mempelajari keadaan morfologi atau struktur hewan, kepentingan taksonomi ataupun mendeteksi adanya kelainan yang terjadi pada masa perkembangan hewan. Berdasarkan pembahasan tersebut mengenai preparat utuh (whole mount) embrio ayam, maka dilakukan percobaan ini. 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana mekanisme proses pembuatan sediaan utuh whole mount ? 2. Apa saja fungsi masing-masing larutan yang dipakai ? 3. Bagaimana embrio ayam berdasarkan teori (perkembangan embrio ayam pada 24, 48, 72, 96 jam) ? 4. Mengapa memakai telur ayam kampung ? 5. Apa saja prasyarat telur yang digunakan untuk whole mount ? [Type text]

Page 4

6. Apa saja sebab kegagalan pada praktikum kali ini ? 7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan sediaan utuh whole mount ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui mekanisme proses pembuatan sediaan utuh whole mount. 2. Untuk mengetahui fungsi masing-masing larutan yang dipakai. 3. Untuk mengetahui embrio ayam berdasarkan teori ( perkembangan embrio ayam pada 24,48,72,96 jam ). 4. Untuk mengetahui mengapa memakai telur ayam kampung dalam pembuatan sediaan utuh kali ini. 5. Untuk mengetahui prasyarat telur yang digunakan untuk whole mount. 6. Untuk mengetahui sebab kegagalan pada praktikum kali ini. 7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan sediaan utuh whole mount.

[Type text]

Page 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan reproduktifnya tanpa melakukan penyayatan terhadap tanaman tersebut karena metode ini menggunakan semua bagian organ atau jaringan tersebut sebagai preparatnya. Tentu saja organ yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat termuat pada objek glass. Sedangkan pada organ yang agak besar bisa dilakukan pemangkasan agar menjadi lebih rapi dan kecil. Metode whole mounth mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada hewan dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa dengan ukuran hewan yang besar sehingga metode ini perlu terus dikembangkan dengan melakukan bebagai percobaan (Yatim,1996). Wholemount merupakan sediaan mikroteknik keseluruhan dari suatu objek yang diamati. Embrio ayam merupakan salah satu model tepat untuk teknik wholemount. Tahap persiapan, pada tahap ini terlebih dahulu ditentukan umur embrio ayam yang diinginkan yang sebaiknya berumur 24 jam, 33 jam, dan 48 jam. Objek yang digunakan untuk sediaan, dalam hal ini embrio ayam terlebih dahulu diinkubasi di dalam dalam inkubator pada suhu 39oC atau 103oF. Umur embrio ditentukan mulai jam ke-0 setelah telur dikeluarkan oleh induk. Pada tahap ini juga dilakukan pembuatan larutan yang dibutuhkan untuk pembuatan preparat. Adapun larutan yang dibutuhkan yaitu: 1.

Larutan fisiologis (salin) dengan suhu 39o C.

[Type text]

Page 6

2.

Larutan alkohol 70%-asam (HCl 0,1 % dalam alkohol 70%). Misalnya untuk membuat 100 ml larutan diferensiasi maka dibutuhkan 0,1 ml HCl diencerkan dalam alkohol 70% sebanyak 99,9 ml.

3.

Larutan fiksatif formol-nitrate. Larutan ini dibuat dengan perbandingan formalin 10% dan asam nitrate 10% sebesar 3: 1. Misalnya kita akan membuat 20 ml larutan formol-nitrate, maka dibutuhkan 15 ml larutan formalin 10% dan 5 ml asam nitrate 10%.

4.

Larutan fiksatif Bouin (pikro-sulfat). Larutan ini dibuat dengan komposisi asam pikrat jenuh sebanyak 75 ml, formalin 25 ml dan asam cuka glasial 5 ml. Larutan ini dapat digunakan untuk jaringan hewan maupun tumbuhan. Objek dapat disimpan lama didalam larutan fiksatif ini dan tidak rusak selama mengeras. Larutan fiksatif yang digunakan berfungsi untuk mematikan sel-sel dalam jaringan tanpa merusak bentuk dan struktur jaringan tersebut, melindungi jaringan dari larutan yang diberikan selanjutnya, menunjukkan perubahan yang disebabkan oleh diferensiasi optik karena pergantian indeks bias dan membuat sel-sel dalam jaringan keras. Untuk pewarnaan embrio ayam digunakan hematoxylin Delafield. Larutan ini merupakan larutan yang kuat dan harus diencerkan dengan aquadest dengan perbandingan 1:1 atau 1:2. Pewarnaan ini menghasilkan warna biru setelah dicuci dengan air kran yang mengandung lithium karbonat. Adapun komposisi dari pewarna ini adalah aquadest 100 ml, amonium alum 20 gram, alkohol absolut 10 ml, gliserin 25 ml, metanol 25 ml, dan hematoxylin 1 gram. Cara pembuatannya yaitu: a. Menjenuhkan 100 ml aquadest dengan 20 gram amonium alum (= amonium alumunium sulfat) b. Melarutkan 1 gram hematoxylin ke dalam 10 ml alkohol absolut. c. Menambahkan larutan hematoxylin tersebut setetes demi setetes ke dalam larutan alum (butir 1) d. Menempatkan larutan tersebut didalam botol yang berleher sempit dan membiarkan botol tersebut tanpa tutup dipanas matahari selama beberapa minggu (waktu yang baik sekitar 6 minggu dan tidak lebih dari 2 bulan, sampai masak).

[Type text]

Page 7

e. Apabila sudah masak, menyaring larutan tersebut dengan kertas filter dan menambahkan 25 ml gliserin dan 25 ml methanol f. Pada hari berikutnya larutan tersebut disaring dengan kertas filter kemudian menyimpannya dalam botol dan ditutup rapat Setelah kita mendapatkan telur ayam dengan berbagai usia yang kita inginkan dan kita rawat di dalam kondisi yang sesuai di dalam inkubator, maka langkah selanjutnya adalah mendapatkan embrio ayam serta memberikan beberapa perlakuan untuk mendapatkan sediaan embrio ayam yang bagus. Langkah awal yaitu memecah telur ayam dengan hati-hati dan memisahkan embrio ayam tersebut dari masa telur lainnya. Untuk memecah telur tersebut digunakan pisau dan dengan hati- hati memecah telur tersebut. Kemudian meletakkan seluruh isi telur pada bejana/ wadah/ mangkok yang berisi larutan fisiologis (salin) sebanyak 100 ml yaitu sampai seluruh masa telur dapat terendam pada suhu yang hangat sekitar 390C untuk proses pembersihan. Larutan fisiologis ini berfungsi untuk menjaga keadaan sel embrio agar tetap hidup selama kita membersihkan embrio dari masa sel lain dan selaput- selaput yang melindungi embrio. Sedangkan suhu 390C larutan fisiologis tersebut memberikan kondisi yang sesuai untuk kehidupan embrio dan sama dengan suhu selama inkubasi. Dengan larutan fisiologis tersebut, embrio akan terletak di bagian atas pada larutan, karena larutan garam fisiologis menyerap masa sel lain seperti albumin dan kuning telur dan memudahkan kita untuk memisahkan embrio dari masa telur tersebut. Setelah embrio ayam cukup bersih dari masa telur yang lain kemudian dilanjutkan dengan proses fiksasi dengan menggunakan larutana fiksatif formolnitrat pada embrio selama krang lebh 20 menit. Fiksasi merupakan tahap permulaan yang penting dalam pembuatan sediaan. Adapun tujuan fiksasi adalah untuk mematikan sel- sel dalam jaringan tanpa merusak bentuk dan strukturstrukturnya, melindungi kehancuran

dari larutan-larutan berikutnya dan

menunjukkan perubahan yang disebabkan oleh diferensiasi optik karena pengantian indeks bisa serta membuat sel- sel dalam jaringan menjadi keras. Dengan adanya proses fiksatif ini akan menudahkan kita untuk melakukan pewarnaan dan perlakuan lebih lanjut karena organ tidak lunak lagi.

[Type text]

Page 8

Setelah proses fisasi embrio, selanjutnya embrio ayam tersebut dibersihkan dari sisa- sisa selaput yang kemungkinan masih menempel pada embrio, seperti selaput vitelin dan kuning telur yang masih tertinggal dengan dari pengguntingan dalam larutan aquades. Kemudian merentangkan embrio ayam agar tidak ada bagian yang berkerut. Kemudian membuat lobang pada kertas saring berukuran lebih besar dari embrio ayam kemudian meletakkan kertas saring tersebut di atas embrio sehingga bagian kiri dan kanan serta sekitar embrio menempel pada kertas saring. Proses selanjutnya dlanjutkan dengan fiksasi dengan pikro-sulfat atau larrutan Bouin selama 6 sampai 24 jam. Selanjutnya larutan fiksatif tersebut dihilangkan dengan alkohol 70% hingga warna larutan fiksatif hilang. Sebelum dilakukan pewarnaan terhadap embrio, sebelumnya dilakukan perendaman terlebih dahulu dengan mennggunakan larutan alkohol 50%, 30% masing- masing 0,5 jam, kemudian dilanjutkan dengan perendaman dengan larutan aquades selama 0,5 jam. Perendaman ini bertujuan untuk proses rehidrasi sel-sel embrio ayam. Pewarnaan terhadap embrio ayam menggunakan hematoxylin delafield selama 1 malam. Hematoxylin delafield ini merupakan salah satu pewarna alami untuk mewarna embrio ayam. Pewarna ini cukup kuat dan diencerkan di dalam aquades dengan perbandingan 1:1 dan 1:2. Dengan zat warna ini, maka embrio akan terwarnai. Selanjutnya setelah pewarnaan makan dilanjutkan dengan differensiasi untuk menampakkan anatomi tubuh embrio lebih jelas. Dalam pembuatan sediaan embrio ayam ini, proses dehidrasi dilakukan dengan mennggunakan alkohol 70%-asam. Setelah ini warna pewarna dilunturkan dengan dengan pencucian menggunakan air kran hingga warna menjadi biru. Setelah pencucian, proses selanjutnya yaitu dehidrasi. Dehidrasi berarti pengambilan air dari dalam jaringan. Tahap ini merupakan tahap yang penting setelah jaringan atau objek mengalami fiksasi atau pencucian, karena larutan fiksatif dan larutan untuk pencucian banyak mengandung air. Pengambilan air ini perlu, karena masih adanya air dalam jaringan merupakan suatu penghalang bagi proses- proses selanjutnya. Untuk keperluan dehidrasi pada umumnya dipergunakan alkohol dengan kadar bertingkat dari onsentrasi yang lebih rendah berturut turut ke konsentrasi yang lebih tinggi. Dalam pembuatan sediaan embrio ayam menggunakan 4 tingkatan konsentrasi yaitu 50%, 70%, 95% dan 100%,

[Type text]

Page 9

masing- masing selama 10- 15 menit. Jaringan embrio ayam bukan merupakan jaringan yang keras dan berkayu sehingga waktu yang dibutuhkan untuk proses dehidrasi ini tidak terlalu lama. Setelah proses dehidrasi selesai maka dilakukan proses penjernihan. Sebelumnya kita perlu melepaskan terlebih dari kertas saring yang meekat pada embrio baru kemudian dilakukan penjernihan. Penjernihan ini bermaksud untuk menghilangkan alkohol dari dalam jaringan setelah mengalami dehidrasi dengan alkohol. Menurut Gray, lautan penjernih yang baik untuk membuat sediaan untuh (whole mount) adalaj terpinol (minyak esensial dari tanaman lilac).Zat ini lebih cepat bercampur dengan alkohol 90% dan baunya tidak merangsang serta tidak merusak jaringan. Adapun proses terakhir setelah penjernihan yaitu proses mounting. Mounting ialah meletakkan zat perekat di antara kaca benda dan kaca penutup sehingga obyek atau irisan tnggal tetap, permanen di dalamnya dan dalam keadaan transparan, untuk pemeriksaan di bawah mikroskop. Zat perekat (mounting media/ mountant) yang digunakan adalah jenis zat perekat yang daat bercampur dengan air yaitu balsam. Balsam merupakan larutan dari suatu resin dalam terpentin dan mengandung sederetan hidrokarbon yang bertitik didih tinggi sebagai penjaga plastisitas balsam bila mengering. Dengan demikian embrio ayam telah dapat diamati dalam bentuk sediaan utuh (whole mounting) (Gray, P. 1954). Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio sampai menetas dan selama itu terjadi Selama pembelahan awal seluler, terbentuk dua lapisan sel benih dimana peristiwa ini disebut dengan gastrulasi, yang biasanya dilengkapi pada saat telur dikeluarkan dari tubuh induk. Kedua lapisan ini adalah ektoderm dan mesoderm. Lapisan ketiga yaitu endoderm akan terbentuk ketika telur sudah di tempatkan di dalam incubator (Murtidjo, 1992). Semua sel yang akan membentuk embrio berasal dari epiblas. Beberapa sel-sel epiblas yang lewat melalui primitive streak berpindah secara lateral ke dalam blastosel, dan menghasilkan mesoderm, bermigrasi melalui strak tersebut ke arah bawah, dsan bercampur dengan sel-sel hipoblas. Sel- sel epiblas yangmasih tetap di permukaan akan menjadi ectoderm. Setela memisah dari

[Type text]

Page 10

endoderm sel-sel hipobals membentuk sebagian dari kantung yang melindungi kuning telur dan batang yang menghubungkan massa kuning telur dengan embrio. Setelah ketiga lapisan germinal tersebut terbentuk, perbatasan cakram embrionik melipat kearah bawah dan menyatu, sehingga membagi embrio menjadi pipa berlapis tiga yang disatukan ke bagian tengah di kuning telur. Lapisan jaringan yang berada diluar proper embrio berkembang menjadi empat membrane ekstra membrionik yang mendukung perkembangan embrio selanjutnya didalam sel telur. Keempat “membran” ini, masing-masing merupakan satu lembaran sel , yaitu kantung kuning telur (yolk sack), amnion, korion dan alantois (ReeceMitchell, 2004). Telur segar memiliki kondisi isi telur yang baik dimana kondisi putih telurnya kental dan tebal dengan kuning telur yang berada ditengah. Dalam perkembangannya, embrio dibantu oleh kantung kuning telur, amnion, dan alantois. Dinding kantung kuning

telur dapat menghasilkan enzim yang

berfungsi mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi sebagai pembawa oksigen ke embrio,menyerap zat asam dari embrio, mengambil sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta membantu mencerna albumin. Layaknya seorang bayi dalam perut ibunya,embrio anak ayam di dalam telur juga mengalami perkembangan yang signifikan dari hari ke hari. Embrio di dalam telur sebagai awal mula kehidupan seekor ayam ternyata memiliki keunikan pertumbuhan di dalamnya Pengetahuan tentang perkembangan embrio di dalam telur perlu diketahui di hatchery dengan cara memahami cirri-cirinya. Perkembangan

embrio

terjadi

diluar

tubuh

induk.

Telur-telur

diinkubasikan dengan menggunakan mesin-mesin penetas telur buatan, seperti "Missouri" Bandung. Embrio mengambil bahan makanan dari dalam telur sehingga induk tidak mampu menambahkannya. Ungggas tidak memiliki siklus estrus dan tidak terjadi double ovulasi sebab ovulasi terjadi beberapa saat (30 menit ) setelah peneluran, dan ovulasi berikutnya tidak akan terjadi apabila dalam oviduk masih terdapat telur (Yuwanta, 2004).

[Type text]

Page 11

Perkembangan embrio ayam dalam telur selama proses penetasan, penting untuk diketahui. Pada hari pertama, selama inkubasi selama 16 jam, tanda pertama diketahui adal...


Similar Free PDFs