Liberalisme Lama dan Baru PDF

Title Liberalisme Lama dan Baru
Author Nofia Fitri
Pages 9
File Size 119.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 131
Total Views 232

Summary

Critical Review IV LIBERALISME LAMA DAN BARU William Ebenstein, Great Political Thinkers, New York: Halt, Rinehart and Winston, 1960, Bab 22, hal 622-672 Oleh: Nofia Fitri PROGRAM DOKTORAL ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2020 I. Pendahuluan “Intervensi ...


Description

Critical Review IV

LIBERALISME LAMA DAN BARU William Ebenstein, Great Political Thinkers, New York: Halt, Rinehart and Winston, 1960, Bab 22, hal 622-672 Oleh: Nofia Fitri

PROGRAM DOKTORAL ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2020

I.

Pendahuluan

“Intervensi Negara” menjadi kata kunci dalam pembahasan tentang Liberalisme lama dengan Liberalisme baru yang tertuang dalam buku Great Political Thinkers karya William Ebenstein. Dalam buku ini, ia mencoba mengurai gagasan liberalisme klasik dari akar pemikiran sosok Sosiolog-Filsuf yang juga ahli Biologi dan mendalami ekonomi-politik, yaitu Herbert Spencer (1820-1903). Mengutip Ebenstein (1960:623) “the most extreme reflection on nineteenth century

individualism to be found in the encyclopedic system of Herbert Spencer” sepenggal pesan tentang individualisme ekstrim muncul sebagai bayangan tentang bagaimana pemikiran Spencer sesungguhnya. Sementara itu, gagasan yang mengoreksi liberalisme klasik ala Spencer, yaitu gagasan yang memunculkan perlunya intervensi negara, salahsatunya, muncul dari sosok John Maynard Keynes (1883-14946). Keynes adalah seorang filsuf-ekonom Inggris yang dianggap berkontribusi besar melepaskan dunia dari kekacauan ekonomi besar di tahun 1930’an atau The Great Depression. The

Great Depression adalah peristiwa krisis ekonomi dunia yang kerap dianggap sebagai puncak dari gagalnya liberalisme lama yang mengusung rasionalisme dalam industrialisasi dengan prinsip dasar pembiaran pasar dari intervensi politik (baca: negara) agar berjalan secara alamiah atau apa yang disebut dengan

Laissez-faire. Ketika terjadinya krisis ekonomi dunia the Great Depression, penguasaan sektor-sektor ekonomi oleh pelaku swasta atau private telah memunculkan luapan pengangguran, dimana jutaan orang kehilangan pekerjaan, minimnya uang beredar, hingga daya beli rakyat yang sangat kecil. Setelah menulis the

End of Laissez Faire, peristiwa the Great Depression makin membuat Keynes mendorong Pemerintah melakukan intervensi demi menyelamatkan rakyat dan negara dengan tetap berpegang pada prinsip dasar liberalisme. Lewat gagasan Keynes tersebutlah, muncul liberalisme baru atau liberalisme modern.

1

II.

Ringkasan Buku

Individualisme adalah semangat Liberalisme klasik yang memunculkan prinsip pasar bebas dalam ekonomi dan anti-otoritarianisme dalam politik. Semangat individualisme memperkenalkan konsep kesamarataan dalam hak manusia untuk mendapat kesempatan mengembangkan potensinya demi mencapai kesuksesan. Individualism adalah satu falsafah, pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan pada kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggungjawab dan kebebasan sendiri. Pada awalnya, liberalisme dimulai dengan hal sederhana bahwa kebebasan merupakan indikator utama dalam melihat individu sebagai mahluk yang merdeka. Ketika manusia tersebut tetap mampu mempertahankan kemerdekaannya, dapat disimpulkan bahwa manusia tersebut tidak sedang mengalami penindasan. Wujud individualisme dalam ekonomi, berkaitan erat dengan frase

survival of the fittest dalam teori evolusi Darwinisme. Survival of the fittest atau "sintasan yang paling layak" dalam Darwinisme adalah sebuah frasa dalam teori evolusi untuk menyebut mekanisme seleksi alam. Secara harfiah, frase ini mendefinisikan siapa yang paling “bugar” atau paling “fit” dialah individu yang mungkin selamat menghadapi hidup. Sementara itu, dalam praktik liberalisme, selain seseorang harus berusaha atas dirinya sendiri, lingkungan dimana mereka hidup dan tinggal juga harus dibiarkan, atau yang disebut sebagai Laissez-faire.

Laissez-faire adalah sebuah frasa Prancis yang digunakan pertama kali pada abad ke 18 sebagai bentuk perlawanan terhadap intervensi pemerintah dalam urusan perdagangan. Persoalan-persoalan apakah Pemerintah perlu mengurusi perdagangan melalui

peran-peran politiknya, apakah pasar perlu

dibiarkan

sebagai

perwujudan ekonomi Laissez-faire dalam prinsip negara yang liberal, apakah manusia yang bebas mampu bertahan dalam prinsip evolusi Survival of the

fittest, adalah diantara kajian dalam pembahasan liberalisme klasik dan liberalisme modern. Gagasan para pemikir yang terus mengalami proses tesisantitesis dan melahirkan sintesa ini perlu dipahami sebagai sebuah proses sejarah tentang bagaimana dunia berkembang. 2

Liberalisme Klasik Herbert Spencer Diantara karya Spencer adalah the proper Sphere of Government yang diterbikan pada tahun 1842 melalui Nonconformist. Bagi Spencer, dalam karya tersebut, fungsi utama negara adalah mengatur aparat Pemerintahan dan administrasi Lembaga yudikatif untuk memastikan hak-hak dasar manusia yakni hak untuk hidup serta dengan harta kekayaannya terlindungi. Kemudian, sebagaimana ditulis dalam karya berikutnya Social Static (1851) menurut Spencer, negara tidak perlu mengatur urusan mata uang dan ekonomi secara umum. Karya-karya Spencer yang lain diantaranya Principles of Psychology (1855), Its Law and

Cause (1857), Principles of Biology (1861 dan 1864), First Principles (1862), The Study of Sociology (1873), Descriptive Sociology (1874), The Principles of Sociology (1877), Principles of Ethics (1883), dan The Man versus The State (1884). Spencer tidak mengkaji model negara Monarki atau Republik. Sebaliknya ia memiliki klasifikasi sendiri dimana negara terdiri atas Negara Militer dan Negara Industri dari proses evolusi yang ia yakini. Menurut Spencer, negara militer adalah kondisi dimana negara menyerupai organisasi sosial yang sifatnya primitif, barbar, dan selalu dipersiapkan semata untuk perang. Dalam kondisi negara militer ini, individu adalah alat pencapaian tujuan negara, yakni menang perang. Dalam model Negara Militeristik ini, individu diorganisasikan secara kaku dan posisi setiap individu diletakkan menurut urgensi kemiliteran dalam model pemerintahan otoritarian. Status adalah predikat bagi individu yang merupakan prinsip khas masyarakat militer. Dalam masyarakat militer hanya ada sedikit kemungkinan terciptanya mobilitas sosial dalam setiap kelas maupun kelompok. Sementara Negara Industri bertujuan untuk melakukan penjaminan atas kebebasan dan kebahagiaan warganegaran secara maksimal. Karakter individu dalam model Negara Industrial menunjukkan perilaku pasifis, kosmopolitan, antiimperialis, antimiliteris, dan humaniter. Kemajuan dari masyarakat militer menuju

industri,

bagi

Spencer,

diindikasikan

oleh

mengecilnya

peran

pemerintah, dari yang begitu besar di Negara Militeristik menjadi kecil, berubah secara signifikan pada Negara Industrial. Menurut Spencer Ketika negara industrial terwujud, setiap orang akan makin belajar untuk melakukan kerjasama

3

secara damai, yang didasarkan atas asas sukarela dan non-eksploitasi. Dalam kondisi inilah, suatu negara mendekati ideal Negara Industrial dimana individu hanya sedikit memerlukan keterlibatan pemerintah, yang berangsur akan menghilang. Gagasan

Spencer

menolak

intervensi

negara,

karena

dalam

pandangannya, negara mengelola pemerintahan berdasar pada alasan sentimentil saat memproduksi aturan-aturan pengelolaan pasar. Sebaliknya, masyarakat, bagi Spencer, justru akan diuntungkan akibat adanya elimininasi atas para anggotanya yang ternyata tidak mampu beradaptasi dalam kehidupan. Bagi Spencer, survival of the fittest akan memastikan terjadinya peningkatan atas kualitas umat manusia. Aspek yang paling mendasar dan menjadi gagasan utama dimana liberalisme lama berpijak dari pemikiran Spencer ini adalah bahwa dalam proses seleksi alamiah itu setiap orang harus dibiarkan bebas dan berusaha sendiri-sendiri. Negara tidak perlu intervensi, termasuk tidak perlu membantu orang miskin. Inilah yang oleh Ebenstein disebut sebagai filsafat politik Spencer tentang individualisme ekstrem dan laissez faire. Dalam laissez-

faire, Kapitalisme mengubah kesetaraan pendapatan dan kemakmuran menjadi konsentrasi modal dan pengendalian bisnis oleh para Kapitalis atas individu lain yang kurang kuat modal. Monopoli, trust, dan perusahaan raksasa menciptakan rasa frustrasi dan protes dari jutaan orang yang kini hidupnya bersandar pada korporasi yang impersonal, yang dalam bahasa Alexis de Tocqueville disebut new

aristocracy of manufacturers. Dalam perkembangannya, yang muncul justru kegagalan laissez-faire yang

teridentifikasi

dengan

mencuatnya

persoalan

pengangguran,

ketidakstabilan ekonomi, hingga berujung kepada sebuah krisis ekonomi dunia pada tahun 1928. Kondisi dimana krisis ekonomi merambah ke berbagai negara, Dalam kondisi inilah, muncul rekomendasi agar pemerintah melakukan intervensi dengan menstimulus perekonomian, baik dengan menaikkan dana publik melalui pertambahan peredaran uang hingga pemotongan pajak. Dengan demikian, masalah pengangguran dapat diselesaikan melalui intervensi pemerintah.

4

Liberalisme Modern John Maynard Keynes John Maynard Keynes dianggap sebagai pahlawan ekonomi 1930-an ketika karya terpenting dalam sejarah dimasa lalu “the General Theory of Employment,

Interest and Money” menjadi solusi untuk keluar dari depresi terparah sepanjang sejarah, the Great Depression 1930. Tahun 1926, dalam pidatonya di Manchester

Reform Club, Keynes mencetuskan kredo politiknya yang berbunyi, “the political problem of mankind is to combine three things: Economic Efficiency, Social Justice, and Individual Liberty.” Dalam gagasan pembaharuan Keynes dianggap mulai masuk kepada ide-ide sosialisme sementara mengupas akar liberalisme. Keynes (1926) melihat bagaimana pembiaran terhadap pasar dimana negara hanya sebagai “night watch-man state” atau Penjaga Malam menyebabkan kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu. Padahal intervensi Pemerintah sesungguhnya dapat menumbuhkan iklim pasar yang sehat dimana competition atau persaingan dapat terbentuk tanpa memunculkan kondisi dimana mereka yang gugur dalam kompetisi justru akan menghancurkan negara itu sendiri. bagi Keynes, negara perlu membuka peluang pekerjaan baru demi mencegah penggangguran yang berakibat terhadap perekonomian negara. intervensi negara dibutuhkan dalam memastikan pasar stabil. Sebaliknya dalam gagasan liberalisme lama, titik equilibrium dicapai dengan kompetisi dimana setiap individu mengejar kebaikan untuk dirinya sendiri. Karya Keynes The End of Laisses-Faire, menjelaskan apa yang disebut sebagai Liberalisme Baru dimana Keynes menolak laissez-faire yang menurutnya tidak cocok dengan praktek pasar kala itu. Konsep ekonomi-politik Liberalisme baru dalam gagasan Keynes bermuara pada gagasan anti-naturalistik tentang

pasar dan kompetisi dimana ia melihat serta memposisikan pasar sebagai salah satu dari berbagai macam model hubungan sosial yang tidak lain dibentuk oleh manusia, bukan gejala alami. Oleh karena itu, menurut Keynea, pasar dapat diciptakan dan dibatalkan menurut kemauan manusia. Menurut Keynes, tidak ada ekonomi yang terpisah dari politik, sebagaimana juga tidak ada politik yang terlepas dari ekonomi. Oleh karenanya, agar berjalan kondusif, pasar memerlukan tindakan-tindakan politik demi menciptakan serangkaian prakondisi bagi agar adil dan kompetitif. Tindakan tersebut dapat berwujud kepada

5

pembuatan kebijakan-kebijakan sosial yang bermanfaat untuk kemashlatan bersama. Dengan demikian, gagasan liberal baru menempatkan kebijakan sosial sebagai prasyarat mutlak bagi bekerjanya ekonomi yang adil dan kompetitif. Serangkaian

kebijakan

sosial,

diperlukan

sebagai

pencegah terjadinya

kesenjangan kekuasaan ekonomi yang tajam

III.

Analisa Kritis

Berawal dari sosok Adam Smith -sang Bapak Ekonomi- yang pemikirannya menjadi cikal-bakal berkembangnya ide-ide liberal ‘perfect liberty’ baik dalam politik, ekonomi dan filsafat. Smith melemparkan gagasan-gagasannya tentang sistem kebebasan yang sempurna didasarkan kepada filsafat moral. Sejarah memperlihatkan bahwa antara 1870-1900 adalah tahun dimana kapitalisme dan

laisses-faire dengan implementasi dari prinsip sosial Darwinism yang menekankan bahwa ekonomi dapat mengoreksi dirinya sendiri jika Pemerintah tidak mengintervensi. Dari ide Smith, kita dapat memahami bahwa dalam Liberalisme, jika Pemerintah meninggalkan rakyatnya untuk bebas dalam melakukan aktivitas ekonomi, mereka yang mencari kepentingan yang terbaik untuk dirinya akan semerta-merta mendapatkannya. Ide Liberalisme bertalian dengan perkembangan Kapitalisme dalam bidang ekonomi. Sementara di bidang politik, ide-ide kebebasan liberalisme terwujud dalam bentuk Demokrasi. Namun demikian, demokrasi liberal hanya akan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dengan tingkat perkembangan kapitalisme tinggi, sebagaimana ungkapan Macpherson, “demokrasi Liberal hanya ditemui di negara-negara yang sistem ekonominya seluruhnya atau didominasi oleh usaha kapitalis. Dan, dengan beberapa pengecualian yang biasanya bersifat sementara, setiap negara kapitalis memiliki sistem politik Demokrasi Liberal” (Mcperson, 1999:4). Dengan demikian, gagasan liberalisme di bidang ekonomi tidak dapat dipaksakan untuk beberapa negara dengan tingkat ekonomi masih rendah. Kondisi ini hanya akan semakin merusak masyarakat dan akan berdampak kepada keberlangsungan negara itu sendiri.

6

Diantara prinsip Liberalisme yang dianut adalah kebebasan individu, perjanjian sosial, serta masyarakat pasar bebas (free market society) dimana berlaku prinsip Darwinism, tentang kompetisi siapa yang kuat dan lemah

“survival of the fittest” dan keempat pluralism (Suhelmi, 1999:316). Kondisi ini dalam sejarah justru berujung kepada moda autoritarian yang sebelumnya di tentang.

Bagaimanapun

juga

kaum

liberal

harus

mengakui

bahwa

otoritarianisme-kapitalisme menguat dalam negara dengan kondisi masyarakat yang belum maju. Sebagai contoh, suatu negara Fasis muncul karena kondisi masyarakat yang terlalu bebas, sebaliknya ide tentang anarki yaitu kebebasan dititik eksitrim lahir karena terlalu otoritariannya penguasa. Pertalian sejarah memperlihatkan bagaimana siklus peradaban manusia mencari sesuatu yang disebut dengan ‘ideal’ dengan cara menemukan kausalitas atau hubungan sebab-akibat. Liberalisme mendapat kritik tajam dari para pemikir kiri, karena gagasan individualism dan kapitalisme yang dianggap menghambat keadilan kelas, disatu sisi liberalisme yang memberi polesan kepada bentuk-bentuk demokrasi di era modern pun tetap mengundang banyak kritik pemikir “kanan” sekalipun dianggap sebagai ide yang menjunjung tinggi freedom untuk perwujudan demokrasi seperti apa yang dirumuskan dalam The End of Laissez Faire. Keynes secara jelas menunjukkan adanya perbedaan antara liberalisme baru dan liberalisme lama (klasik) dimana ia menyatakan bahwa filosofi laissez faire didasarkan pada pemikiran masa lalu yang sudah tidak relevan lagi dengan konteks masa kini. Dengan demikian, ide dan gagasan para pemikir di masa lalu harus terus berkembang sebagaimana kondisi di masa kini. Berbagai kondisi masyarakat, perkembangan nilai, hingga teknologi akan terus memberi bentuk baru pada wajah dunia. Oleh karenanya, liberalisme pun harus tetap menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat serta tuntutan zaman.

IV.

Kesimpulan

Baik Herbert Spencer maupun John Maynard Keynes, sebagaimana digambarkan Ebenstein adalah sama-sama penganut ide-ide kebebasan sebagai prinsip dasar 7

liberalisme. Spencer adalah sosiolog yang tumbuh dalam lingkungan kesendirian, pengusung ide dimana interaksi sosial bukan menjadi hal yang cukup familiar dalam tumbuh-kembangnya menuju pemikir dewasa. Oleh karenanya, prinsip survival of the fittest dan individualism menjadi sesuatu yang begitu di kedepankan oleh sosok Spencer. Sementara Keynes meniti karir professional sebagai ekonom penyelamat Depressi Besar di tahun 1930’an. Keynes dalam perjalanan keilmuannya memberi antitesa pada tesis kebebasan tanpa intervensi negara sebagaimana pemikiran liberalisme lama. Gagasan perlunya intervensi Pemerintah yang tidak lagi menjadikan negara sebatas invisible hands ini yang kemudian memunculkan aliran liberalisme baru atau liberalisme modern.

V.

Daftar Pustaka

Basyar,

Hamid. Membela

kebebasan,

percakapan

tentang

demokrasi

liberal. 2006. Freedom institute Jakarta Friedman, Milton. (1962). Capitalism and Freedom. Chicago: University of Chicago Press. Heilbroner, Robert L. (1992). The Worldly Philosophers: the Lives, Times, and

Ideas of the Great Economic Thinkers. New York: Touchstone Rockefeller Center. Mises, Ludwig Von. Economic Policy: Thoughts for Today and Tomorrow (3rd Edition), (1979), Chicago: Regnery/Gateway Inc Suhelmi, Ahmad, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007) William Ebenstein, Great Political Thinkers, New York: Halt, Rinehart and Winston, 1960

8...


Similar Free PDFs