LP- Askep Postnatal NY.F Rohadatul AISY PDF

Title LP- Askep Postnatal NY.F Rohadatul AISY
Author Anonymous User
Course Askep
Institution Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Keluarga
Pages 43
File Size 944 KB
File Type PDF
Total Downloads 26
Total Views 795

Summary

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY G1P1A0 DENGANPOST NATAL CARE DI TRIDAYA 01 KECAMATAN TAMBUN SELATANKOTA BEKASI TAHUN 2022DISUSUN OLEH :Rohadatul Aisy Rosyadi, S 201560311101SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIAPROFESI NERSTAHUN AJARAN 2021/BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMenjadi se...


Description

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY.F G1P1A0 DENGAN POST NATAL CARE DI TRIDAYA 01 KECAMATAN TAMBUN SELATAN KOTA BEKASI TAHUN 2022

DISUSUN OLEH : Rohadatul Aisy Rosyadi, S.Kep 201560311101

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA PROFESI NERS TAHUN AJARAN 2021/2022

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Menjadi seorang ibu merupakan mimpi bagi semua wanita dan merupakan anugerah dari sang pencipta. Kehamilan dimulai dari penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilajutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40).(Atikah Proverawati, 2015) Setelah 40 minggu bayi yang ibu kandung akan dilahirkan. Proses melahirkan dapat dilakukan secara normal maupun melalui pembedahan. Sectio Caesarea merupakan tindakan medis yang diperlukan untuk membantu persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat masalah kesehatan ibu atau kondisi janin. Tindakan ini diartikan sebagai pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus, vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Sectio Caesarea memang memungkinkan seorang wanita yang akan bersalin untuk merekayasa hari persalinan sesuai keinginan lebih besar.

2

Masa nifas merupakan masa setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti semula atau pada keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampau dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi & Sunarsih, 2014). Ditunjau dari penyebab kematian ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan dan diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Raraningrum, 2020) Menurut hasil survei global World Healty Organization (WHO) mempromosikan

Post

Natal

Care

(PNC).

Secara

khusus,

WHO

merekomendasikan bahwa ibu dan bayi baru-menerima PNC awal dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan minimal tiga kunjungan tambahan PNC dalam waktu 48-72 jam, dan 7-14 hari, dan 6 minggu setelah melahirkan (Otsuka-ono, Hori, Ohta, Uemura, & Kamibeppu, 2019).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep PNC 1. Definisi Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Raraningrum, 2020) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Apriyanti & Andreinie, 2020) Persalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir. Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu : Kala I

: In partu (partu mulai) ditandai dengan keluar nya lendir bercampur darah, serviks mulai membuka dan mendatar, darah

berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.

Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase : a.

Fase laten : · Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secar bertahap. · Berlangsung hingga seviks membuka kurang dari 4 cm · Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

b.

Fase aktif : · Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bartahap (kontraksi dianggap akurat/ memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) · Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).

Kala II : (Pengeluaran janin) His terkoordinir cepat dan lebih lama, kirakira 2-3 menit sekali, kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan

yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1,5-2 jam, pada multi 0.5 jam. Kala III : (Pengeluaran plasenta) Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis atau fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Tanda-tanda lepasnya plasenta: perubahan ukuran dan bentuk uterus, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-tiba. Kala III terdiri dari 2 fase: a) Fase pelepasan uri Cara lepasnya uri ada beberapa cara : 

Schultze :lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini

paling sering terjadi. Yang lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak uri mulamula pada bagian tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini perdarahan ini biasanya tidak ada sebelum uri lahir.



Duncan: lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri

lahir duluan. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Atau serempak dari tengah dan pinggir plasenta. b)

Fase pengeluaran uri



Kustner: dengan meletakkan tangan disertai tekanan

pada/di atas simfisis. Tali pusat diteganggangkan maka bila tali pusat masuk artinya belum lepas, bila diam atau maju artinya sudah lepas. 

Klein: sewaktu ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat

kembali artinya belum lepas. Diam atau turun artinya lepas. 

Strassman: tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila

tali pusat bergetar artinya belum lepas. Tak bergetar artinya sudah lepas. Kala IV : Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir selama 2 jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan, antara lain : 

Tingkat kesadaran ibu



Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan



Kontraksi uterus



Terjadinya perdarahan Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400 – 500 cc. Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi

dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. 2. Penyebab Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau jelas. Terdapat beberapa teori antara lain : a. Penurunan kadar progesteron : Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his. b. Teori oxytocin : Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. c. Keregangan otot-otot : Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. d. Pengaruh janin : Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa. e. Teori Prostaglandin : Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 dan E2 yang

diberikan secara intra vena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan. f. Teori Iritasi Mekanik: Di belakang servik terlihat ganglion servikal (fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

3. Mekanisme Persalinan Mekanisme persalinan adalah proses keluarnya bayi dari uterus ke dunia luar pada saat persalinan. Gerakan utama pada mekanisme persalinan : a) Engagement 1) Diameter biparietal melewati PAP 2) Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan 3) Multipara terjadi permulaan persalinan 4) Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada PAP-Flexi Ringan b) Descent (Turunnya Kepala) Turunnya presentasi pada inlet disebabkan oleh 4 hal : 1) Tekanan cairan ketuban 2) Tekanan langsung oleh fundus uteri

3) Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II) 4) Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus. c) Flexion Majunya kepala mendapat tekanan dari serviks, dinding panggul atau dasar panggul, flexi (dagu lebih mendekati dada). d) Rotation Internal 1) Bagian terendah memutar ke depan ke bawah symphisis 2) Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir (Bidang tengah dan PBP) 3) Terjadinya bersama dengan majunya kepala 4) Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul. e) Extension Defleksi kepala, karena sumbu PBP mengarah ke depan dan atas. f) Rotation External Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah panggul anak untuk menghilangkan torsi leher akibat putaran paksi dalam.Ukuran bahu menempatkan pada ukuran muka belakang dari PBP. g) Ekpulsi Bahu depan di bawah symphisis sebagai hypomoklion, lahir bahu belakang, bahu depan, badan seluruhnya.

4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum, banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-HE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (Kandung kemih), Lockhia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium), Homans sign dan hemoroids dan Emotion (Emosi). a. Involusi Rahim Melalui proses katabolisme jaringan berat rahim dengan cepat menurun dari sekitar 1000gm pada saat kelahiran menjadi 50gm pada sekitar 3 minggu masa nifas. Serviks juga kehilangan elastisnya dan kembali kaku seperti sebelumnya kehamilan. Selama beberapa hari pertama setelah kehamilan, secret rahim (lokhia) tampak merah (lokhia rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari lokhia menjadi lebih

pucat (lokhia serosa) dan dihari ke sepuluh lokhea tampak berwarna putih atau kekuning kuningan (lokhia alba). Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lokhia dibagi menjadi 4 jenis: 1.

Lochia rubra, lokhia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa post partum, warnanya merah karena berisi darah segar dari jaringan sisa sisa plasenta.

2.

Lochia sanguilenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari keempat sampai hari ke tujuh.

3.

Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujug sampai hari keempat belas dan berwarna kuning kecoklatan.

4.

Lochia alba,berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu post partum. Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah lokia

menjadi alba atau serosa menandakan adanya infeksi atau hemoragi yang lambat. Bau lokia sama dengan bau darah menstruasi normal dan seharusnya tidak berbau busuk atau tidak enak. Lokhia rubra yang banyak, lama dan berbau busuk khususnya jika disertai demam, menandakan adanya kemungkinan infeksi atau bagian plasenta yang tertinggal. Jika lokia serosa atau alba terus berlanjut melebihi rentang

waktu normal dan disertai dengan rabas kecoklatan dan berbau busuk, demam serta nyeri abdomen wanita tersebut mungkin menderita endometrriosis. Proses involusi uterus adalah : 1. Iskemia Miometrium : Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus

setelah

membuat

uterus

pengeluaran menjadi

plasenta relatif

sehingga

anemi

dan

menyebabkan serat otot atrofi. 2. Atrofi Jaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen saat pelepasan plasenta. 3. Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur higga panjangnya 10 kai panjang sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini

disebabkan

karena

penurunan

hormmon

ekstrogen dan progresteron. 4. Efek oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini

membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan

Gambar 2.1 Involusi Uterus

b. Uterus Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah mmerata. Ukuran uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi. Tingkat Involusi Uteri Involusi

Tinggi Fundus Uteri

Berat

Bayi Lahir

uterus Setinggi pusat

1000

gram Uri Lahir

2 jari dibawah pusat

750

gram 1 Minggu

Pertengahan pusat simpisis

500

gram 2 Minggu

Tidak teraba diatas simpisis

350

gram 6 Minggu

Bertambah kecil

50

gram 8 Minggu

Sebesar normal (sebesar telur bebek) 30 gram

c. Uterus tampat plasenta Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil pada akhir minggu ke 2 hanya

sebesar

penyembuhanluka

3-4

cm

bekas

dan

plasenta

akhir

nifas

1-2cm.

khas

sekali.

Padda

permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. Regenerasi endometrium terajdi ditempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. d. Afterpains Merupakan kontraksi uterus yang intermiten setelah melahirkan dengan berbagai intensitas. Afterpains sering kali terjadi bersamaan dengan menyusui, saat kelenjar hipofisis

posterioir melepaskan oksitosin yang disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin menyebabkan kontraksi saluran lakteal pada payudara yang mengeluarkan kolostrum atau air susu, dan menyebabkan otot otot uterus berkontraksi. Sensasi afterpains dapat terjadi selama kontraksi uterus aktif untuk mengeluarkan bekuan bekuan darah dari rongga uterus. e. Vagina Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti sebelum kehamilan, jaringan suportif pada lantai pelvis berangsur angsur kembali pada tonus semula. f. Perubahan sistem pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini terjadi karena pada waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat tekanan menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang makan, dan lesari jalan lahir. g. Sistem kardiovaskuler Setelah melahirkan terjadi peningkatan resistensi yang nyata pada pembuluh darah perifer akibat pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang bertekanan rendah. Kerja jantung dan volume plasma secara berangsur angsur kembali normal selama 2 minggu masa nifas. h. Perubahan sistem perkemihan

Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon terhadap penurunan okstrogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli buli sesudah bagian ini

mengalami tekanan kepala janin

selama persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan otolitik di dalam uterus. i. Perubahan sistem muskuloskeletal Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan setelah bayi lahir berangsur angsur menjadi ciut dan pulih kembali. j. Kembalinya haid dan ovulasi Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan kembali pada 6 sampai 8 minggu setelah kelahiran, meskipun ini sangat bervariasi. Meskipun ovulasi mungkin tidak terjadi selama beberapa buan, terutama ibu ibu yang menyusui bayi, penyuluan dan pengunaan kontrasepsi harus ditekankan selama masa nifas untuk menghindar kehamilan yang tak dikehendaki. 5. Perubahan Psikologi Masa Nifas Periode ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1) Taking in (Istirahat/penghargaan), Sebagai suatu masa ketergantungan dengan ciri ciri ibu membutuhkan tidur yang cukup, nafsuu makan meningkat, menceritakan pengalaman

partusnya berulang ulang dan bersikap sebagai penerima, menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan. Disebut fase taking in karena selama waktu itu, ibu yang baru melahirkan memerlukan perlindungan dan perawatan, fokus perhatian ibu terutama oada dirinya sendiri. Pada fase ini ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif terhadap lingkungannya disebabkan karena faktor kelelahan. Oleh karena itu, ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. 2) Fase Taking on/taking hold (dibantu tetapi dilatih), terjadi hari ke 3-10 post partum. Terlihat sebagai suatu usaha terhadap pelepasan diri dengan ciri ciri bertindak sebagai pengatur penggerak

untuk

bekerja,

kecemasan

makin

menguat,

perubahan mood mulai terjadi dan sudah mengerjakan tugas keibuan. Pada fase ini timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya dan juga bagi bayinya. Pada fase ini ibu berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tetang cara perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung.

3) Fase letting go (berjalan sendiri di lingkungannya), Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung setelah 10 hari postpartum. Periode inni biasanya setelah pulang kerumah dan sangat dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarganya. Pada saat ini ibu mengambil tugas dan tanggung jawab terhadap perawatan bayi sehingga ia harus beradaptasi terhadap kebutuhan bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial. 6. Proses Penyembuhan Luka Dalam keadaan normal, proses penyembuhan luka mengalami 3 tahap atau 3 fase. Yaitu : 1) Fase inflamasi. Fase ini terjadi sejak terjadinya injuri hingga sekitar hari kelima. Pada fase inflamasi, terjadi proses : a. Hemostatis (usaha tubuh untuk menghentikan perdarahan), dimmana pada proses ini terjadi 

Konstruksi pembuluh darah (vas...


Similar Free PDFs