Title | LP COMBUSTIO |
---|---|
Author | Oktaviani Rahayu |
Pages | 12 |
File Size | 194.4 KB |
File Type | |
Total Downloads | 28 |
Total Views | 282 |
LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Gawat Darurat Oleh OKTAVIANI RAHAYU (G1A160019) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BALE BANDUNG 2019 A. Definisi Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jar...
LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Gawat Darurat
Oleh OKTAVIANI RAHAYU (G1A160019)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BALE BANDUNG 2019
A. Definisi Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. (Smeltzer, suzanna, 2002) Klasifikasi Luka Bakar : 1. Berdasarkan penyebab a. Luka bakar karena api b. Luka bakar karena air panas c. Luka bakar karena bahan kimia d. Luka bakar karena listrik e. Luka bakar karena radiasi f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite) 2. Berdasarkan kedalaman luka bakar: a. Luka bakar derajat I Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. b. Luka bakar derajat II Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis. Luka bakar derajat II ada dua : 1) Derajat II dangkal (superficial) Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis. 2) Derajat II dalam (deep) Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. c. Luka bakar derajat III Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam. 3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka a. Luka bakar ringan/ minor 1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa 2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
1
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum. b. Luka bakar sedang (moderate burn) 1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 % 2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 % 3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum. c. Luka bakar berat (major burn) 1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun. 2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama. 3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum. 4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar. 5) Luka bakar listrik tegangan tinggi. 6) Disertai trauma lainnya. 7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
B. Etiologi Disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar yaitu : 1. Listrik
: Voltase aliran, listrik, petir, defibrilator.
2. Thermal
: Api, air panas, kontak dengan objek panas, berjemur, sinar
ultraviolet (luka bakar karena sinar panas matahari). 3. Chemical
: Organo phospat, acid (asam), korosi, alkalis.
2
4. Inhalasi
: Saluran pernafasan yang terpapar dengan panas yang hebat,
inhalasi zat kimia yang merugikan, merokok dan CO.
C. Tanda Gejala Kedalaman
Dan
Penyebab Luka Bakar
Gejala
Penampilan Luka
Satu Kesemutan,
Derajat
Memerah, menjadi putih
(Superfisial): tersengat hiperestesia
ketika
ditekan
minimal
matahari, terkena api (supersensivitas), rasa atau tanpa edema dengan
intensitas nyeri
rendah
mereda
jika
didinginkan
Derajat Dua (Partial- Nyeri, Thickness):
hiperestesia, Melepuh,
dasar
tersiram sensitif terhadap udara berbintik-bintik
air mendidih, terbakar yang dingin
epidermis
oleh nyala api
permukaan
luka merah, retak,
luka
basah,
terdapat edema Derajat Tiga (Full- Tidak Thickness): nyala
api,
terasa
terbakar syok,
nyeri, Kering,
hematuria berwarna
luka
bakar
putih
seperti
terkena (adanya darah dalam bahan kulit atau gosong,
cairan mendidih dalam urin)
dan kulit retak dengan bagian
waktu
pula lemak
yang
lama, kemungkinan
tersengat arus listrik
hemolisis sel
(destruksi terdapat edema
darah
merah),
kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada
luka
listrik)
3
yang
bakar
tampak,
D. Patofisiologi
4
E. Komplikasi 1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal 2. Sindrom kompartemen Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. 3. Adult Respiratory Distress Syndrome 4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling 5. Syok hipovolemik 6. Gagal ginjal akut
F. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah Lengkap Menunjukkan
hemokonsentrasi
sehubungan
dengan
perpindahan/kehilangan cairan. 2. AGD Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan PaO2 atau PaCO2. 3. Elektrolit Serum CoHb Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon monoksida. 4. BUN Mengetahui penurunan fungsi ginjal. 5. Toto Rontgen Dada Dapat tampak normal/tidak normal pada pasca luka bakar dini. 6. Bronkoskopi Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi hasil dapat meliputi edema, pendarahan/tukak pada saluran pernafasan atas. 7. Scan Paru Menentukan luasnya cedera inhalasi. 8. EKG
5
Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik. 9. Fotografi Luka Bakar Memberikan catatan untuk menyembuhkan luka bakar selanjutnya.
G. Penatalaksanaan Pertolongan pertama : 1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala. 2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek tornikuet, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem. 3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luaskarena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun. Penatalaksanaan medis : 1. Pemberian cairan Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini: a. Cara Evans 1) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam 2) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam 3) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. b. Cara Baxter
6
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. 2. Pemberian analgetik 3. Pemberian antibiotic 4. Perawatan luka dengan hidroterapi dan penggantian balutan 5. Bedrest 6. Debridement 7. Meningkatkan nutrisi.
H. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap. 2. Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan. 3. Nyeri berhubungan dengan luka bakar. 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar. 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya respon imun.
7
I. Intervensi Keperawatan No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1.
Ketidakefektifan
Jalan nafas paten 1. Kaji bunyi nafas, frekuensi pernafasan, 1. Untuk mengetahui tindakan lanjut apa yang akan
bersihan jalan nafas dan pola, bunyi berhubungan
nafas normal.
Rasional
irama dan dalam.
dilakukan.
2. Berikan posisi semi fowler.
dengan edema dan
2. Untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga melancarkan pernafasan.
efek inhalasi asap.
3. Mencegah 3. Awasi 24 jam keseimbangan cairan.
terjadinya
kekurangan/kelebihan
cairan.
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk 4. Untuk mencegah hipoksemia/asidosis. pemberian O2. 5. Kolaborasi dengan tim medis untuk 5. Untuk memperbaiki jalan nafas klien sehingga fisioterapi dada. 2.
Kurang
volume Volume
cairan berhubungan adekuat,
meningkatkan fungsi pernafasan.
cairan 1. Observasi TTV (TD, N, S, P) tiap 4 jam. 1. Sebagai tindakan lebih lanjut yang lebih tepat. turgor 2. Observasi intake-output cairan.
2. Mengetahui keseimbangan cairan.
dengan
kulit elastis dan 3. Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar 3. Untuk mengetahui apakah pasien kekurangan
peningkatan
mukosa lembab.
permeabilitas
tiap hari.
volume cairan.
4. Kaji perubahan/kesadaran.
4. Sebagai tanda awal kekurangan volume cairan. 5. Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.
8
kapiler
dan
5. Kolaborasi
kehilangan cairan. 3.
dokter
untuk
pemberian cairan parenteral.
Nyeri berhubungan Nyeri dengan luka bakar.
dengan
sampai
berkurang 1. Balut luka segera mungkin.
1. Untuk mencegah tumbuhnya bakteri yang
dengan
hilang.
menyebabkan infeksi. 2. Tinggikan ekstremitas luka bakar secara 2. Membantu mengatasi nyeri. periodik. 3. Berikan tempat tidur ayunan sesuai 3. Untuk memberikan rasa nyaman. indikasi. 4. Kaji keluhan dan skala nyeri, lokasi.
4. Untuk
menentukan
tindakan
yang
tepat
selanjutnya. 5. Beri lingkungan yang nyaman.
6. Kolaborasi
dengan
dokter
5. Untuk mengurangi rasa nyeri.
untuk 6. Untuk mengurangi rasa nyeri.
pemberian obat analgetik. 4.
Kerusakan integritas
Penyembuhan kulit tepat waktu pada area luka bakar.
1. Kaji ukuran, warna, dan kedalaman 1. Untuk mengetahui apakah terjadi proses infeksi. luka. 2. Berikan perawatan luka bakar yang 2. Untuk
mencegah
terjadinya
infeksi
membantu proses penyembuhan luka.
tepat.
9
dan
berhubungan
3. Amati tanda infeksi: suhu dan warna.
dengan luka bakar.
4. Anjurkan pasien agar tidak memegang 4. Agar tidak terkontaminasi dengan kuman yang daerah luka bakar.
3. Untuk menghindari komplikasi.
ada di tangan pasien.
5. Rubah posisi tiap 4 jam.
5. Untuk mencegah terjadi kerusakan integritas kulit lebih lanjut.
5.
Resiko
tinggi Infeksi
infeksi
terjadi
berhubungan
dengan
dengan barier
tidak 1. Observasi tanda-tanda peradangan pada 1. Sebagai tindakan yang akan dilanjutkan untuk ditandai
daerah luka bakar.
mencegah infeksi.
tidak 2. Jaga kebersihan balutan.
hilangnya terjadi peradangan 3. Ganti balutan sesering mungkin. kulit
terganggunya respon imun.
3. Untuk
mencegah
infeksi
dan
cepatnya
penyembuhan luka.
dan pada daerah luka bakar.
2. Untuk mencegah terjadinya infeksi.
4. Observasi TTV: TD, N, S, P tiap 4 jam. 4. Merupakan indikator dini proses infeksi. 5. Jaga kebersihan alat tenun.
5. Untuk
mencegah
timbulnya
mengakibatkan infeksi.
10
bakteri
yang
DAFTAR PUSTAKA Brunner and Suddarth (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.. Alih bahasa : dr. H.Y. Kuncara, Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC. Sylvia A. Price (2004). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku 2. Jakarta. EGC. Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta. https://independent.academia.edu/KristonoKhalifa (diakses tanggal 14 Desember 2019 pukul 20.00) https://www.academia.edu/10237466/LAPORAN_PENDAHULUAN_COMBUS TIO (diakses tanggal 14 Desember 2019)...