MAKALAH AKUNTANSI MURABAHAH PDF

Title MAKALAH AKUNTANSI MURABAHAH
Author Alfi Aja
Pages 18
File Size 321.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 1
Total Views 24

Summary

MAKALAH AKUNTANSI MURABAHAH Diajukan Oleh: Alfi syahrin (Nim : 1905161021) Dosen : Nurlinda, S.E., Ak, M.Si., CA JURUSAN AKNTANSI PROGRAM STUDI DIV PERBANKAN SYARIAH POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2021 Toko Sembako Pak Anto Jln. Takengon-Angkup, Aceh Tengah, Aceh, Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahulua...


Description

MAKALAH AKUNTANSI MURABAHAH

Diajukan Oleh:

Alfi syahrin (Nim : 1905161021) Dosen : Nurlinda, S.E., Ak, M.Si., CA

JURUSAN AKNTANSI PROGRAM STUDI DIV PERBANKAN SYARIAH POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2021

Toko Sembako Pak Anto Jln. Takengon-Angkup, Aceh Tengah, Aceh, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah bank yang dalam pelaksanaan operasionalnya menjalankan sistem bunga (interest fee ), sedangkan bank yang bersifat syariah adalah bank yang dalam pelaksanaan operasionalnya menggunakan prinsipprinsip syariah Islam. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah (Martono, 2002). Salah satu pembiayaan yang ada di bank syariah adalah pembiayaan murabahah, yaitu prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah disepakai bersama. Melalui Fatwa DSN No. 04/DSN฀MUI/IV/2000 tentang murabahah, Dewan SyariahNasional telah memberikan ijin operasional sesuai syariah terhadap produk pembiayaan murabahah. Dengan dasar Surat Al-Baqarah ayat 275 yang menyatakan bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, serta beberapa ayat lainnya yang terdapat dalam Al-Quran, Murabahah ini di daulat menjadi kunci dari seluruh kebutuhan nasabah akan produk pembiayaan syariah. Murabahah merupakan pembiayaan yang memposisikan nasabah sebagai pembeli dan bank sebagai penjual, dan operasional murabahah ini murni menggunakan rukun dan syarat jual beli, dimana terdapat beberapa hal yang harus ada dalam transaksi jual beli tersebut. Harus ada penjual, pembeli, objek yang diperjual belikan, ada ijab dan qabul serta ada akad yang menyertai perjanjian jual beli ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian akad murabahah 2. Jenis akad murabahah 3. Rukun dan syarat akad murabahah 4. Ijab dan kabul 5. Perlakuan akuntansi (PSAK 102 dan ed psak 108)

BAB II PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AKAD MURABAHAH Menurut Ikatan Akuntan Indonesia(IAI, 2013) dalam pernyataan standar akuntansi (PSAK) 102, murabahah adalah menjual barang dengan harga jual sebesar harga perolehan ditambah keuntungan yang yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan harga prolehan barang tersebut kepada pembeli. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat dilakukan secara tunai (bai’naqdan) atau tangguh (bai’mu’ajal / bai’bi’tsaman ajil). Secara luas, jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela. Jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang dapat dibenarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan barang, barang dengan barang yang biasa kita kenal dengan barter dan uang dengan uang misalnya pertukaran nilai mata uang rupiah dengan yen. Pertukaran uang dengan barang yang biasa kita kenal dengan jual beli dapat dilakukan secara tunai atau dengan cara pembelian tangguh. Pertukaran barang dengan barang, terlebih dahulu harus memperhatikan apakah barang tersebut merupakan barang ribawi (secara kasat mata tidak dapat dibedakan) atau bukan. Untuk pertukaran barang ribawi seperti emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, anggur kering dengan anggur kering, dan garam dengan garam maka pertukarannya agar sesuai syariah harus dengan jumlah yang sama dan harus dari tangan ke tangan atau tunai, karena kelebihannya adalah riba. Untuk pertukaran mata uang yang berbeda harus dilakukan secara tunai. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginnkannya. Pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar atas besaran marjin keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan. Kemudian timbul pendebatan berkenaan dengan harga perolehan, apakah hanya sebesar harga beli atau boleh ditambahkan dengan biaya lain. Secara umum, keempat ulama

mazhab membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga. Mereka tidak memperbolehkan pembebanan biaya langsung yang berhubugan dengan pekerjaan yang memang seharusnya dilakukan oleh penjual, demikian juga biaya yang tidak memberi nilai tambah pada barang. Harga beli menggunakan harga pokok yaitu harga beli dikurangi dengan diskon pembelian apabila diskon diberikan setelah akad, maka diskon yang didapat akan menjadi hak pembeli atau hak penjual sesuai dengan kesepakatan mereka diawal akad. Dalam PSAK 102 dijelaskan lebih lanjut, jika akad tidak mengatur, maka diskon tersebut menjadi hak penjual. Namun pada hakikatnya, diskon pembelian adalah hak pembeli. Sehingga akan lebih baik jika prosedur operasional perusahaan menyatakan bahwa diskon setiap akad murabahah adalah hak pembeli. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi (PSAK No. 102 paragraf 11): 1. Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang; 2. Diskon biaya asuransi dalam rangka pembelian barang; 3. Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang.

Akad murabahah adalah sesuai dengan syariah karena merupakan transaksi jual beli dimana kelebihan dari harga pokoknya merupakan keuntungan dari penjualan barang. Sangat berbeda dengan praktik riba dimana nasabah meminjam uang sejumlah tertentu untuk membeli suatu barang kemudian atas pinjaman tersebut nasabah harus membayar kelebihannya dan ini adalah riba. Menurut ketentuan syariah, pinjaman uang harus dilunasi sebesar pokok pinjamannya dan kelebihannya adalah riba, tidak tergantung dari besar kecilnya kelebihan yang diminta juga tidak tergantung kelebihan tersebut nilainya tetap atau tidak tetap sepanjang waktu pinjaman. Dengan penjualan tangguh, maka akan muncul utang piutang, pembeli mempunyai utang dan penjual mempunyai piutang. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan atau untuk menghindari risiko penjual dapat mengadakan perjanjian khusus dengan pembeli dan meminta jaminan. Dalam hal ini, objek akad murabahah yaitu barang yang diperjualbelikan dapat digunakan sebagai jaminan.Untuk penjualan tidak tunai (tangguh), sebaliknya dibuatkan kontrak/perjanjiannya secara tertulis dan dihadiri saksi-saksi. Kontrak memuat antara lain besarnya utang pembeli karena membeli barang, jangka waktu akad, besarnya angsuran setiap periode, jaminan, siapa yang berhak atas diskon pembelian barang setelah akad.

2. JENIS AKAD MURABAHAH

Ada dua jenis murabahah, yaitu: 

Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order ) Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai.



Akad murabahah tanpa pesanan Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang ke produsen tanpa harus ada pesanan terlebih dahulu dari pembeli. Tentunya murabahah jenis ini tidak mengikat.

3. RUKUN DAN SYARAT MURABAHAH 1. Rukun Murabahah Sebagai bagian dari jual beli, maka pada dasarnya rukun dan syarat jual beli murabahah juga sama dengan rukun dan syarat jual beli secara umum. Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul yang menunjukkan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang menempati kedudukan ijab dan qobul itu.19 Sedangkan menurut jumhur ulama ada 4 rukun dalam jual beli itu, yaitu penjual, pembeli, sighat, serta barang atau sesuatu yang diakadkan. Adapun untuk rukun jual beli murabahah itu sendiri antara lain: a. Penjual (Ba’i) Adalah pihak bank atau BMT yang membiayai pembelian barang yang diperlukan oleh nasabah pemohon pembiayaan dengan sistem pembayaran yang ditangguhkan. Biasanya di dalam teknis aplikasinya bank atau BMT membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama

bank atau BMT itu sendiri.Walaupun terkadang bank atau BMT menggunakan media akad wakalah dalam pembelian barang, dimana si nasabah sendiri yang mebeli barang yang diinginkan atas nama bank. b. Pembeli (Musytari) Pembeli dalam pembiayaan murabahah adalah nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan ke bank atau BMT. c. Objek jual beli (Mabi’) Yang sering dilakukan dalam permohonan pembiayaan murabahah oleh sebagian besar nasabah adalah terhadap barang-barang yang di Bank Syariah (Panduan teknis bersifat konsumtif untuk pemenuhan kebutuhan produksi, seperti rumah, tanah, mobil, motor dan sebagainya. Walaupun demikian, ada rambu-rambu yang harus diperhatikan juga, bahwa benda atau barang yeng menjadi obyek akad mempunyai syaratsyarat yang harus dipenuhi menurut hukum Islam, antara lain : 1) Suci, maka tidak sah penjualan terhadap benda-benda najis seperti anjing, babi, dan sebagainya yang termasuk dalam kategori najis. 2) Manfaat menurut syara’, dari ketentuan ini, maka tidak boleh jualbeli yang tidak diambil manfaatnya menurut syara’. 3) Jangan ditaklikan, dalam hal apabila dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain, seperti : ”jika Bapakku pergi, Ku jual kendaraan ini kepadamu”. 4) Tidak dibatasi waktu, dalam hal perkataan, ”saya jual kendaraan ini kepada Tuan selama satu tahun”. Maka penjualan tersebut tidak sah, sebab jual beli adalah salah satu sebab pemilikan secara penuh yang tidak dibatasi ketentuan syara’. 5) Dapat dipindahtangankan/diserahkan, karena memang dalam jual beli, barang yang menjadi obyek akad harus beralih kepemilikannya dari penjual ke pembeli. Cepat atau pun lambatnya penyerahan, itu tergantung pada jarak atau tempat diserahkannya barang tersebut. 6) Milik sendiri, tidak dihalalkan menjual barang milik orang lain dengan tidak seizin dari pemilik barang tersebut. Sama halnya juga terhadap barang-barang yang baru akan menjadi miliknya. 7) Diketahui (dilihat), barang yang menjadi obyek jual beli harusdiketahui spesifikasinya seperti banyaknya (kuantitas), ukurannya, modelnya, warnanya dan hal-hal lain yang terkait. Maka tidak sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak. d. Harga (Tsaman) Harga dalam pembiayaan murabahah dianalogikan dengan pricing atau plafond pembiayaan.

e. Ijab qobul. Dalam perbankan syariah ataupun Lembaga Keuangan Syariah (BMT), dimana segala operasionalnya mengacu pada hukum Islam, maka akad yang dilakukannya juga memilki konsekuensi duniawi dan ukhrawi. Dalam akad biasanya memuat tentang spesifikasi barang yang diinginkan nasabah, kesediaan pihak bank syariah atau BMT dalam pengadaan barang, juga pihak bank syariah atau BMT harus memberitahukan harga pokok pembelian dan jumlah keuntungan yang ditawarkan kepada nasabah (terjadi penawaran), kemudian penentuan lama angsuran apabila terdapat kesepakatan murabahah. 2. Syarat Murabahah Selain ada rukun dalam pembiayaan murabahah, juga terdapat syarat-syarat yang sekiranya menjadi pedoman dalam pembiayaan sekaligus sebagai identitas suatu produk dalam bank syariah atau BMT dengan perbankan konvensional. Syarat dari jual beli murabahah tersebut antara lain : a. Penjual memberi tahu harga pokok kepada calon pembeli. Hal ini adalah logis, karena harga yang akan dibayar pembeli kedua atau nasabah didasarkan pada modal si pembeli awal / Bank atau BMT. b. Akad pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. Akad harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara hutang.

4. IJAB DAN KABUL Ijab dan kabul merupakan pernyataan kehendak pihak yang bertransaksi, baik secara lisan, tertulis, atau secara diam-diam. Akad murabahah memuat hal yang terkait dengan posisi dan hak dan kewajiban bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Hal ini mengikat bagi kedua pihak dan mencantumkan berbagai hal. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Nama notaris serta informasi waktu dan tempat penanda tanganan akad. 2. Identitas pihak pertama, dalam hal ini adalah pihak yang mewakili bank syariah.

3. Identitas pihak kedua, dalam hal ini adalah nasabah yang membeli barang didampingi oleh suami/istri yang bersangkutan sebagai ahli waris. 4. Bentuk akad beserta penjelasan akad. 5. Kesepakatan-kesepakatan meliputi kesepakatan tentang fasilitas pembiayaan, pembayaran, dan jangka waktu.

5. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 102 DAN ED PSAK 108) Akuntansi Murabahah (PSA K 102) Akuntansi Untuk Penjual 1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan : Dr. Aset Murabahah xxx Kr. Kas xxx Untuk murabahah pesanan mengikat, pengukuran aset-aset murabahah setelah perolehan adalah dinilai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan aset karena usang, rusak, atau kondisi lain sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan aset tersebut di akui sebagai beban dan mengurangi nilai aset. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan mengikat, maka jurnal : Dr, beban Penurunan Nilai xxx Kr. Aset Murabahah xxx Untuk murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat, maka aset dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, dan dipilih mana yang lebih rendah. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat, maka jurnal : Dr. Kerugian Penurunan Aset xxx Kr. Aset Murabahah xxx 2. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka perlakuannya adalah sebagai berikut : a) Jika terjadi sebelum akad murabahah akan menjadi pengurang biaya perolehan aset murabahah, jurnal sebagai berikut : Dr. Aset Murabahah xxx Kr. Kas xxx b) Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli, maka akan menjadi kewajiban kepada pembeli, jurnal : Dr. Kas xxx Kr. Utang xxx c) Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak penjual, maka akan mejadi tambahan keuntungan murabahah, jurnal :

Dr. Kas xxx Kr. Keuntungan Murabahah xxx d) Jika terjadi setelah akad murbahah dan tidak diperjanjikan dalam akad, maka akan menjadi hak penjual dan diakui sebagai pendapatan oprerasional lain, jurnal : Dr. Kas xxx Kr. Pendapatan Operasional Lain xxx 3. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon tersebut akan tereliminasi pada saat : a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli, sehingga jurnal menjadi : Dr. Utang xxx Kr. Kas xxx b) Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh pejual, sehingga jurnal menjadi: Dr. Utang xxx Kr. Kas xxx Dr. Dana Kebajikan / Kas xxx Kr. Dana Kebajikan / Potongan Pembelian xxx 4. Pengakuan keuntungan murabahah : a) Jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa angsuran murabahah tidak melebihi satu periode laporan keuangan, maka keuntungan murabahah diakui pada saat terjadinya akad murabahah : Dr. Kas xxx Dr. Piutang Murabahah xxx Kr. Aset Murabahah xxx Kr. Keuntungan xxx b) Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya sebagai berikut: 1) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila resiko penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang sama pada butir a. 2) Keuntngan yang diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah, metode ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana ada resiko piutang tak tertagih relatif besar dan atau beban untuk mengelola dan menagih piutang yang relatif besar, maka jurnal sebagai berikut : Pada saat penjualan kredit dilakukan : Dr. Piutang Murabahah xxx

Kr. Aset Murabahah xxx Kr. Keuntungan Tangguhan xxx Pada saat penerimaan angsuran : Dr. Kas xxx Kr. Piutang Murabahah xxx Dr. Keuntungan Tangguhan xxx Kr. Keuntungan xxx Contoh : pengakuan keuntungan secara proporsional adalah jika perolehan aset Rp. 1.000, keuntungan Rp. 250, (20% dari harga jual) maka : Tahun Angsuran Harga Pokok Keuntungan 1 600 480 120 2 400 320 80 3 250 200 50 3) Keuntungan diakui saat piutang murabahah berhasil ditagih, metode ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh di mana resiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Pencatatannya sama dengan poin 2, hanya saja pengakuan keuntungan dibuat saat seluruh piutang selesai ditagih. 5. Pada akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama dengan akuntansi konvensional, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang. Jurnal untuk mencatat transaksi ini: Dr. Beban Piutang Tak Tertagih xxx Kr. Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx 6. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah. a) Jika potongan diberikan pada saat pelunasan, maka dianggap sebagai pengurang keuntungan murabahah, maka jurnal : (porsi pengakuan keuntungan - potongan) Dr. Kas xxx Dr. Keuntungan yang Ditangguhkan xxx Kr. Piutang Murabahah xxx Kr. Keuntungan Murabahah xxx

b) Jika potongan diberikan setelah pelunasan yaitu penjual menerima pelunasan piutag dari pembeli dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya kepada pembeli. Maka akan dijurnal : Pada saat penerimaan piutang dari pembeli Dr. Kas xxx Dr. Keuntungan yang Ditangguhkan xxx Kr. Piutang Murabahah xxx Kr. Keuntungan Murabahah xxx (sesuai porsi pengakuan keuntungan) Pada saat pengembalian kepada pembeli Dr. Keuntungan Murabahah xxx Kr. Kas xxx 7. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda tang diterima diakui sebagai dana kebajikan. Dr. Dana Kebajikan / Kas xxx Kr. Dana Kebajikan / Denda xxx 8. Pengakuan dan pengukuran penerimaan uang muka adalah sebagai berikut : a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima b) Pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok) c) Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya - biaya yang dikeluarkan oleh penjual Jurnal yang terait dengan penerimaan uang muka : a. Penerimaan uang muka dari pembeli Dr. Kas xxx Kr. Utang Lain - Lain Uang Muka Murabahah xxx b. Apabila murabahah jadi dilaksanakan Dr. Utang Lain - Lain Uang Muka Murabahah xxx Kr. Piutang Murbahah xxx Sehingga untuk penentuan margin keuntungan didasarkan atas nilai piutang (harga jual kepada pembeli setelah dikurangi uang muka). c. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada calon pembeli.

Dr. Utang Lain / Uang Muka Murabahah xxx Kr. Pendapatan Operasional xxx Kr. Kas xxx d. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli maka penjual dapat meminta pembeli untuk membayar kekurangannya. Dr. Kas / Piutang xxx Dr. Utang Lain / Uang Muka Murabahah xxx Kr. Pendapatan Operasional xxx e. Jika perusahaan menanggung kekurangannya atau uang muka sama dengan beban yang dikeluarkan. Dr. Utang Lain / Uang Muka...


Similar Free PDFs