makalah analisa laporan keuangan.pdf PDF

Title makalah analisa laporan keuangan.pdf
Author Annisa Meilani
Pages 31
File Size 568.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 259
Total Views 336

Summary

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita sering kali mendengar atau bahkan melihat ada perusahaan yang tidak mampu atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang (kewajibannya) yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih. Atau terkadang perusahaan juga sering tidak memiliki dana untuk me...


Description

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kita sering kali mendengar atau bahkan melihat ada perusahaan yang tidak mampu atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang (kewajibannya) yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih. Atau terkadang perusahaan juga sering tidak memiliki dana untuk membayar kewajibanya tepat waktu. Mengapa hal tersebut terjadi? Karena perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk menutupi utang yang jatuh tempo tersebut. Kasus seperti ini akan sangat mengganggu hubungan baik antara perusahaan dengan para kreditor, atau juga dengan para distributor. Dalam jangka panjang, kasus ini akan berdampak pula kepada para pelanggan (konsumen). Artinya pada akhirnya perusahaan akan memperoleh krisis kepercayaan dari berbagai pihak yang selama ini membantu kelancaran usahanya. Padahal kita tahu bahwa kepercayaan dari berbagai pihak terhadap perusahaan merupakan modal utama perusahaan dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibanya terutama utang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh oleh berbagai faktor. Pertama, bisa dikarenakan memang perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. Atau kedua, bisa mungkin saja perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup) secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainya seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual sediaan atau aktiva lainya. Dalam praktiknya, tidak jarang perusahaan mengalami hal sebaliknya, yaitu kelebihan dana. Artinya jumlah dana tunai dan dana yang segera dan dapat dicairkan melimpah. Kejadian ini bagi perusahaan juga kurang baik karena ada aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal. Manajemen kurang mampu menjalankan kegiatan operasinal perusahaan, terutama dalam hal menggunakan

3

dana yang dimiliki. Sudah pasti hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian laba seperti yang diinginkan. Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibanya tersebut sebenarnya akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kemudian, sebab lainnya adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak menghitung rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya kondisi perusahaan sudah dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai utangnya lebih tinggi dari dari harta lancarnya. Seandainya perusahaan sudah menganalisis rasio yang berhubungan dengan hal tersebut, perusahaan dapat mengetahui dengan mudah dan posisi perusahaan sebenarnya. Kemudian, perusahaan dapat berusaha mencarikan jalan keluarnya. Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar atau kewajiban dikenal dengan nama analisis rasio likuiditas. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian likuiditas dan solvabilitas? 2. Apa yang dimaksud dengan resiko likuiditas? 3. Apa saja metode pengendalian resiko likuiditas? 4. Apa saja sebab terjadinya resiko likuiditas? 5. Apakah hubungan antara likuiditas dan solvabilitas? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian likuiditas dan solvabilitas. 2. Untuk mengerahui tentang resiko likuiditas. 3. Untuk mengetahui metode pengen

4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Resiko Likuiditas 1. Pengertian Resiko Resiko merupakan bahaya, resiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Resiko juga merupakan peluang, resiko adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk mencapai tujuan. Resiko adalah sesuatu yang selalu dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya keadaan yang merugikan dan tidak diduga sebelumnya bahkan bagi kebanyakan orang tidak menginginkannya. Resiko adalah sebagai konsekuensi atas pilihan yang mengandung ketidak pastian yang berpotensi mengakibatkan hasil yang tidak diharapkan atau dampak negative lainya yang merugikan bagi yang mengambil keputusan. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan resiko adalah ketidakpastian atas sebuah keputusan yang telah diambil yang berpotensi menimbulkan dampak negative atau berlawan dengan tujuan yang akan dicapai. 2. Pengertian Likuiditas Menurut Joseph E. Burns, Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Pernyataan tersebut sependapat dengan Oliver G. Wood, Jr yang menyatakan bahwa Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa penundaan. Tak berbeda jauh, Wiliam M. Glavin menyatakan bahwa Likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban. Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan likuiditas adalah kemampuan perusahaan atau bank dalam menyediakan dana guna memenuhi segala kewajibanya.

5

3. Pengertian Resiko Likuiditas BI melalui PBI no.13/23/PBI/2011 mendefinisikan bahwa resiko likuiditas sebagi resiko akibat ketidakmampuan bank memenuhi liabilitas yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau likuid berkualitas tinggi yang dapat digunakan, tanpa mengganggu aktivitas dan keuangan. 4. Solvabilitas Menurut Kasmir (2008:151) rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). B. Resiko Likuiditas 1. Lembaga Keuangan Bank Risiko Likuiditas dalam lembaga keuangan Bank adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa menganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Likuiditas sangat penting untuk menjaga kelangsungan usaha bank. Oleh karena itu, bank harus memiliki manajemen risiko likuiditas bank yang baik. Dalam mengantisipasi terjadinya Risiko Likuditas. Menurut Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum bahwa Risiko Likuiditas dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Risiko Likuditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak mampu melakukan offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuditas pasar yang tidak memadai atau terjadi gangguan di pasar (market disruption).

6

2. Risiko Likuditas Pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain. Aktivitas Manajemen Risiko yang umumnya ditetapkan oleh Bank antara lain adalah: a. Melaksanakan monitoring secara harian atas besarnya penarikan dana yang dilakukan oleh nasabah baik berupa penarikan melalui kliring maupun penarikan tunai. b. Melaksanakan monitoring secara harian atas semua dana masuk baik melalui incoming transfer maupun setoran tunai nasabah. c. Membuat analisa sensitivitas likuiditas Bank terhadap skenario penarikan dana berdasarkan pengalaman masa lalu atas penarikan dana bersih terbesar yang pernah terjadi dan membandingkannya dengan penarikan dana bersih rata-rata saat ini. Dari analisa tersebut dapat diketahui tingkat ketahanan likuiditas Bank. d. Selanjutnya Bank menetapkan secondary reserve untuk menjaga posisi likuiditas Bank, antara lain menempatkan kelebihan dana kedalam instrumen keuangan yang likuid. e. Menetapkan kebijakan Cash Holding Limit pada kantor-kantor cabang Bank. Melaksanakan fungsi ALCO (Asset & Liability Committee) untuk mengatur tingkat bunga dalam usahanya. f. Meningkatkan/menurunkan sumber dana tertentu. 2. Manajemen Resiko Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang risiko likuiditas dapat dilakukan dengan menganalisis kondisi kemampuan suatu perusahaan yang dapat dilihat dari segi : a. Analisis arus kas. b. Analisis kewajiban jangka pendek. c. Melakukan analisis terhadap arus dana jangka pendek. 4 pilar manajemen risiko yang diadopsi oleh Bank Indonesia yaitu: 1) Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi. 2) Kebijakan dan prosedur serta limit risiko. 3) Proses manajemen risiko.

7

4) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh. Secara garis besar, gambaran kerangka manajemen risiko likuiditas adalah sebagai berikut:

C. Sumber Resiko Likuiditas Dalam melakukan penilaian risiko likuiditas, ada baiknya untuk melakukan memahami sumber-sumber kejadian risiko likuditas. Sumber resiko likuiditas bank terdiri dari : 1. Sumber likuiditas langsung, meliputi: a. Liquiditas Asset Kekosongan deposito dapat menyebabkan problema likuiditas bank, hingga penggunaan oleh para peminjam komitmen pinjaman & lini kredit lainnya. Cara mengatasi likuiditas asset dapat melalui cara sebagai berikut:  Manajemen likuiditas yang dibeli (meminjam di pasar uang & meminjamkan dana ini kepada peminjam),  Manajemen likuiditas yang disimpan (menurunkan aset kas milik bank). b. Liquiditas Liabilities Dalam kondisi tertentu, terkadang bank mengalami kekosongan deposito bersih, yaitu: jumlah dengan mana penarikan kas melebihi dari tambahannya; suatu arus kas keluar bersih. Yang dikarenakan kebanyakan rekening giro secara normal bertindak sebagai deposito inti, yaitu, deposito yang menyediakan sumber pendanaan jangka panjang untuk suatu bank.

8

Rekening giro & rekening transaksi lainnyadapat dijadikan kontrak yang memberikan para pemegangnya hak untuk menjual klaim kembali kepada bank pada beberapa hari tertentu & meminta pembayaran kembali segera pada nilai muka atas klaim depositonya dalam kas. Dalam teori, paling sedikit, suatu bank mempu-nyai 20% kewajiban-kewajiban dalam rekening giro & rekening transaksi lain harus siap untuk membayar jumlah itu dengan melikuidasi aset-asetnya pada hari perbankan. c. Likuiditas OFF B/S, dengan mengestimasi Penarikan fasilitas kredit. 2. Resiko Lainnya a. Resiko Kredit, antara lain dengan peningkatan NPL yang akan mempengaruhi cashflow suatu lembaga keuangan tersebut b. Resiko Pasar, antara lain dengan peningkatan tingkat suku bunga yang dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat suku bunga. c. Resiko Operasional, antara lain adalah kegagalan dalam sistem Force majeure hal ini juga dapat mempengaruhi Cashflow suatu lembaga keuangan tersebut. d. Risiko Likuditas Pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain. 3. Identifikasi Risiko Likuiditas a. Bank harus melakukan identifikasi dan analisis secara cermat produk dan transaksi perbankan serta aktivitas fungsional yang mengandung risiko likuiditas. b. Bank harus melakukan analisis mengenai kemungkinan dampak penerapan berbagai skenario yang berbeda atas posisi likuiditas karena kondisi likuiditas Bank tergantung pada pola cash flow dalam berbagai kondisi. c. Bank dapat menerapkan berbagai skenario yang digunakan untuk menilai:  Arus kas dan posisi likuiditas Bank dalam keadaan normal.  Skenario Bank individual pada saat krisis, yang antara lain dicerminkan bahwa sebagian besar kewajiban Bank tidak dapat diperpanjang.

9

 Skenario sistem perbankan pada saat krisis, yang antara lain dicerminkan bahwa kondisi sebagian besar atau seluruh sistem perbankan menghadapi masalah likuiditas. d. Dalam menerapkan skenario tersebut, Bank harus membuat asumsi mengenai kebutuhan likuiditas di masa mendatang, baik jangka pendek maupun jangka panjang serta kemampuan Bank untuk memperoleh likuiditas di pasar uang. D. Faktor Pendorong Timbulnya Resiko Likuiditas Secara umum resiko likuiditas mencakup dua hal yaitu kemampuan bank dalam memenuhi liabilitas atau jumlah dana simpanan nasabah yang akan ditarik kembali oleh para nasabah, kemudian hal yang kedua adalah kemampuan bank dalam mendapatkan dana baru, dana baru yang dimaksud disini adalah akses atau sumber pendanaan yang bisa segera bank dapatkan guna memenuhi kebutuhan jangka pendek yang telah jatuh tempo. Dengan demikian, resiko likuiditas perbankan merupakan akibat dari interaksi antara asset dan liabilitas yang bank miliki. Sehingga permasalahan likuiditas pada bank dapat terjadi jika beberapa kejadian 1. Pada saat penarikan dana simpanan yang berjumlah besar. Ini bisa menjadi penyebab bank mengalami permasalahan likuiditas, karena jika pada saat nasabah melakukan penarikan dana dari bank dengan jumlah yang besar, akan tetapi pada saat yang bersamaan pihak bank tidak memiliki sumber yang mencukupi dan tidak bisa mencari sumber pendanaan lain dengan cepat untuk bisa memenuhi kewajibanya tersebut. Maka akan menyebabkan terjadinya kekosongan kas. 2. Ketika bank telah memiliki komitmen pembiayaan dalam jumlah besar yang belum terealisasi dengan debitur dan pada saat realisasi bank tidak memiliki dana yang cukup. Dalam kejadian seperti ini bisa diibaratkan seperti saat kita berjanji kepada orang lain, akan tetapi pada saat tiba waktunya untuk menepati janji, kita tidak bisa menrpatinya. Hal ini akan menyebebkan penurunana

10

tingkat kepercayaan nasabah yang berakibat para nasabah akan kabur dari bank. 3. Terjadi penarikan simpanan yang cukup besar dan bank tidak memiliki asset yang dapat segera dicairkan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut. Oleh karena itu memang sudah seharusnya bank memiliki aset yang dapat bisa dengan cepat untuk dicairkan seperti sertifikat bank Indonesia atupun aset-aset yang lainya yang sejenis. Maka bank tidak bisa menyalurkan seluruh dana ataupun asset yang dimilikinya untuk pendanaan ataupun jenis-jenis akad pembiayaan yang tidak bisa dicairkan dalam waktu singkat. 4. Terjadi penurunan besar-besaran terhadap nilai asset yang bank miliki yang memicu turunnya pula tingkat kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut. Turunya tingkat kepercayaan nasabah terhadap bank akan memicu para nasabah untuk menarik dana simpananya yang terdapat di bank tersebut, jika tidak semua nasabah yang menarik investasinya dan pihak bank bisa memenuhi kewajibanya itu maka kondisi bank akan baik-baik saja, akan tetapi jika para nasabah melakukan penarikan dananya secara bersama-sama tentu saja pihak bank tidak akan sanggup untuk memenuhi kewajibanya tersebut. Dan akibatnya bank akan mengalami kebangkrutan. 5. Kondisi ekonomi dan moneter Sebagai bagian dari system perekonomian, kondisi perekonomian secara umum sangat mempengaruhi kondisi likuiditas perbankan. Pada saat terjadi tingkat inflasi yang tinggi yang akan ditandai dengan tingginya demand, maka otoritas moneter akan mengambil kebijakan kontarksi moneter dengan memainkan instrument moneter seperti menaikan tingkat suku bunga serifikat bank Indonesia. 

Sebab-Sebab Terjadinya Risiko Likuiditas Risiko likuiditas adalah salah satu risiko yang paling umum terjadi. Secara garis besar, risiko likuiditas bisa terjadi karena beberapa sebab, yakni :  Aset tidak dapat dijual karena kurang likuid di pasar.

11

 Risiko likuiditas dari utang, yakni tidak dapat melunasi utang, atau tidak dapat memperoleh utang dengan biaya rendah. Risiko likuiditas ini berpotensi mengakibatkan kondisi keuangan menjadi goyah.  Perusahaan telah melakukan kebijakan strategi yang salah sehingga memberikan pengaruh pada kerugian yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang.  Kepemilikan aset perusahaan tidak lagi mencukupi untuk menstabilkan perusahaan, yaitu sudah terlalu banyak aset yang dijual sehingga jika aset yang tersisa tersebut masih ingin dijual maka itu juga tidak mencukupi untuk menstabilkan perusahaan.  Penjualan dan keuntungan yang diperoleh mengalami penurunan yang sistematis serta fluktuatif, artinya perusahaan harus melakukan harus melakukan perubahan konse sebelum terlambat. Penting untuk mengidentifikasi kelemahan dalam likuiditas, karena:  Membantu dalam mengelola asset dalam kondisi keuangan yang sulit sekalipun.  Memastikan bahwa kita mempunyai portfolio asset dan investasi yang terdiversifikasi dan dapat menutup banyak skenario risiko. Di sisi lain, terdapat juga kelemahan didalamnya, yakni: 

Usaha dalam mengidentifikasi kelemahan dalam likuiditas mungkin akan memakan waktu dan terasa kurang penting dalam kondisi keuangan baik.



Membutuhkan anggaran untuk menciptakan dan menjalankan proses dalam manajemen likuiditas.

E. Proses Manajemen Resiko Likuiditas Likuiditas menjadi hal yang penting bagi bank untuk dikelola. Di satu sisi tingginya likuiditas pada suatu bank membuat posisi bank relatif aman dan stabil, tetapi di sisi lain likuiditas yang terlalau banyak akan menyebabkan tingkat

12

profitabilitas atau keuntungan suatu bank menjadi menurun, ini dikarenakan asetaset yang likuid biasanya tidak menghasilkan atau memberikan profit bagi bank tersebut. Dalam perbankan manajemen likuiditas adalah salah satu hal yang penting dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Untuk itu, setiap bank yang beroperasi sangat menjaga likuiditasnya agar pada posisi yang ideal. Dalam manajemen likuidtas bank berusaha untuk mempertahankan status rasio likuiditas, memperkecil dana yang menganggur guna meningkatkan pendapatan dengan resiko sekecil mungkin, serta memenuhi kebutuhan cashflownya. Jadi, tujuan manajemen likuiditas adalah mencapai cadangan yang dibutuhkan yang telah ditetapkan oleh bank sentral, karena jika tidak dipenuhi akan dikenai pinalti dari Bank sentral, kedua memperkecil dana yang menganggur karena kalau banyak dana yang menganggur akan mengurangi profitabilitas bank, dan mencapai likuiditas yang aman untuk menjaga proyeksi cashflow dalam kondisi yang sangat mendesak misalnya penarikan dana oleh nasabah, pengambilan pinjaman. Dalam manajemen likuiditas yang baik, haruslah diawali dengan proses pengukuran likuiditas pada bank dan dengan diakhiri dengan berbagai strategi mitigasi resiko yang dapat dilakuakan bank. 1. Penetapan risk appetie Risk appetie adalah tingkat toleransi resiko dari manajemen bank dalam menciptakan nilai bagi pemilik bank. Risk appetie terdiri atas dua komponen utama yaitu, risk tolerance dan risk limit. Risk tolerance menunjukan seberapa banyak cadangan modal yang secara kuantitatif dipersiapkan untuk mengantisipasi resiko. Risk tolerance juga menggambarkan tingkat resiko yang masih dapat diterima oleh bank secara keseluruhan karena dianggap potensi kerugian yang akan terjadi masih dapat diserap oleh cadangan modal yang masih dimiliki. Sedangkan risk limit adalah batas toleransi resiko yang diperkenankan untuk lebih granular, yaitu tingkat resiko yang dapat diterima pada level unit bisnis

13

atau divisi. Resiko limit juga merupakan panduan bagi setiap unit bisnis yang ada pada struktur orgaisasi bank islam untuk mengambil resiko pada setiap transaksi yang dilakukan,setiap transaksi yang masih dibawah risk limit akan tetap dilakukan namun apabila diatas risk limit maka transaksi tersebut sebaiknya ditinggalkan atau minimal dipertimbangkan secara matang. Proses penetapan risk appetie bukan merupakan proses yang hanya mengandalkan intuisi atau penilaian kualitatif belaka, tetapi juga harus juga berdasarkan data historis yang mencerminkan tingkat resiko yang ada pada bank dan sekaligus mempertimbangkan pengembangan bisnis bank dimasa depan. 2. Identifikasi resiko Proses identifikasi resiko merupakan sebuah proses untuk menentukan resiko apa yang dapat terjadi dan bagaimana resiko itu terjadi. Proses identifikasi resiko harus dilakukan secara menyeluruh. Jenis resiko yang melekat pada produk dan aktivitas bank dapat berbeda-beda, bagitu pula dampak yang diakibatkan oleh resiko tersebut. Terdapat beberapa tahapan dalam mengidentifikasi sebuah resiko, pertama menyususn daftar resiko secara komprehensif, resiko yang mungkin terjadi disusun berdasarkan dampak pada setiap elemen kegiatan, faktor-faktor penyebabnya, hingga diketahui besarnya tingkat resiko yang mungkin terjadi nantinya. Kedua menganalisis karakteristik resiko yang melekat pada bank baik pada produk-produk maupun pada kegiata usaha bank. Ketiga menggambarkan proses terjadinya resiko dengan menganalisis fakto...


Similar Free PDFs