MAKALAH FILSAFAT UMUM PDF

Title MAKALAH FILSAFAT UMUM
Author Dailami Yudistira
Pages 33
File Size 202.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 218
Total Views 261

Summary

MAKALAH FILSAFAT UMUM Dosen pembimbing: Nuraini, S.Fil. I., M. H Disusun oleh: Kelompok 3  Dailami Yudistira  Indah Putri Arini  Nurfadhillah  Fidela Valenchia FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UIN RADEN FATAH PALEMBANG TAHUN AJARAN 2015/2016 Daftar isi Daftar isi ............................


Description

MAKALAH FILSAFAT UMUM

Dosen pembimbing: Nuraini, S.Fil. I., M. H

Disusun oleh: Kelompok 3 



Dailami Yudistira



Nurfadhillah



Indah Putri Arini

Fidela Valenchia

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UIN RADEN FATAH PALEMBANG TAHUN AJARAN 2015/2016

Daftar isi Daftar isi ..................................................................................................................... BAB 1 ......................................................................................................................... 1. Latar belakang..................................................................................................... 2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3. Tujuan ................................................................................................................. BAB 2 ......................................................................................................................... 1. Plato .................................................................................................................... A. Riwayat Hidup ............................................................................................... B. Karya-Karya Plato .......................................................................................... 2. Aristoteles ........................................................................................................... A. RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ B. KARYA ARISTOTELES .............................................................................. BAB II......................................................................................................................... Kesimpulan .............................................................................................................

ii

ii iii iii iv iv 1 1 1 2 13 13 14 26 26

BAB 1 Pendahuluan

1. Latar belakang Dalam membangun filsafatnya Plato membawa karya filsafat Socrates. Dari sudut pandang pribadi masing-masing, ini merupakan gabungan yang aneh: Plato sang aristocrat, pendiam, dingin, dan menjauh dari pandamgan demokratis di Athena, seorang seniman terdidik seperti halnya filsuf, menggunakan filsafat untuk melayani cita-cita megah kelas sosialnya; dan Socrates, berangkat dari kelas menengah dan luasnya pergaulan, tergabung dengan berbagai jenis dan kelas masyarakat di kota. Semua tulisan Plato hadir dalam bentuk dialog dan percakapan dimana hamper selalu Socrates menjadi pembicara utama. Tulisan-tulisan Plato tersebut merupakan dialog filsafat pertama di dunia Barat. Plato sendiri yang menemukan dialog sebagai bentuk kesastraan, yang tampaknya tercetus dari pengalaman mendengar Socrates dalam percakapan khasnya. Socrates sama sekali tidak menulis, namun semua filsafat yang ditulis Plato dihubungkan dengan Socrates, yang bisa dimaknai bahwa tidak mungkin memisahkan keyakinan Socrates dengan elemen Plato dalam dialog-dialognya. Dialog tersebut menggambarkan suatu keadaan percakapan yang sebenarnya, dialog tersebut menjadi tak terbatas, mengalir, informal. Ini tentu sangat berbeda dengan argument-argumen deduktif yang ketat, sistematis, dan sangat terpusat yang bisa ditemukan. Plato menciptakan filsafat berdasarkan tanggapannya terhadap filsafatfilsafat lainnya. Plato menciptakannya bukan berdasarkan pemikiran Socrates namun juga pada para filsuf sebelumnya, yang disebut sebagai filsuf Pra-Socratik. Karya filsafati terbesar yang dihasilkan Aristoteles ialah logika . Will Durant mengatakan: ― Keistimewaan pertama yang teragung dari Aristoteles ialah bahwa hampir tanpa para pendahuluan, dan hampir seluruhnya dengan upaya fikiranya sendiri, ia menciptakan suatu ilmu baru – logika‖. Istilah logika tidak pernah digunakan Aristoteles. Apa yang kita sebut logika itu, oleh Aristoteles, antara lain disebut antalitika khusus untuk meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari profesi yang sebenarnya. Sedangkan

iii

yang khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang diragukan kebenarannya, disebut: dialektika. Hakikat materi menurutnya adalah sesuatu yang tidak mempunyai bangun, ia hanya mempunyai substansi dan dasar daripada bentuk. Materi tidak memilki sifat tertentu, karena itu ia bisa dibantuk jadi apa saja dan menerima sifat apa saja. Materi itu adalah ‗potensi‘ artinya ia mempunyai kemungkinan untuk menjadi bentuk sesuai dengan bentuknya dan dapat berubah-ubah. Akan tetapi pemahaman seperti itu ini bukanlah pemahaman yang sebenarnya menurut Arestoteles. Karena itu belum dapat dijadiakan suatu pengetahuan.

2. Rumusan Masalah Rumusan masalah makalah ini terdiri atas : 1.

Bagaimana kehidupan dan kepribadian Plato?

2.

Apa saja karya Plato semasah hidupnya?

3.

Bagaimana kehidupan dan kepribadian Aristoteles?

4.

Apa saja karya Aristoteles semasah hidupnya?

3. Tujuan Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Memahami masa Aristoteles dan Plato; 2. Mengetahui karya-karya Plato dan Aristoteles .

iv

BAB 2 Pembahasaan 1. Plato A. Riwayat Hidup

Plato lahir dalam suatu keluarga bangsawan aristokrat Athena yang turuntemurun memiliki peranan yang amat penting dalam kehidupan politik di Athena. Ayahnya bernama Ariston, seorang bangsawan keturunan raja Kodrus, raja terakhir Athena yang hidup sekitar 1068 SM yang sangat dikagumi rakyatnya karena kecakapan dan kebijaksanaannya dalam memerintah Athena. Ibunya bernama Periktione keturunan Solon, tokoh legendaris dan negarawan agung Athena.1 Ketika Plato masih kecil, ayahnya meninggal. Ibunya kemudian menikah kembali dengan paman Plato yang bernama Pyrilampes. Paman yang menjadi ayah tiri Plato itu adalah seorang tokoh yang disegani di Athena karena ia adalah seorang politikus yang dekat dengan Pericles, pemimpin dan negarawan besar Athena yang baru saja meninggal. Plato dibesarkan dan dididik oleh ayah tirinya. Sejak masa mudanya, ia bergaul dengan tokoh-tokoh yang memainkan peranan penting dalam politik Athena. Saudara Ibunya Kharmides dan Kritias, termasuk partai aristokrat dan mereka adalah anggota panitia ‖30 Tyranoi‖ yang delapan bulan lamanya memerintah Athena dengan kejam. Mula-mula mereka tergolong sahabat Socrates, guru Plato sekaligus orang yang dikaguminya.Tetapi kemudian mereka menempuh jalan yang menyimpang dari cita-cita Socrates.2 Awalnya Plato diajak bergabung dalam dunia politik 30 Tyranoi tersebut. Tetapi Plato ingin menunggu hasil politik mereka terlebih dahulu. Plato terkejut melihat bahwa mereka ingin mempergunakan Socrates untuk maksud jahat, yaitu menangkap dan menghukum seseorang yang tak bersalah supaya harta miliknya dapat disita. Tetapi situasi memburuk lagi, ketika demokrasi dipulihkan, karena seorang pemimpin demokrasi mengemukakan tuduhan terhadap Socrates yang mengakibatkan kematiannya. 1 Rapar, Filsafat Polotik Plato,1991 (Jakarta: Rajawali Pers), hal 41 2 Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saeban, Filsafat Umum, 2008 (Jabar: Pustaka Setia), hal 191

1

Dalam surat yang sama Plato menceritakan pula bahwa pengalaman pahit ini sudah memadamkan ambisi politiknya. Keinsafan timbul padanya bahwa semua rezim politik tidak beres dan ia mendapat keyakinan bahwa satu-satunya pemecahan ialah mempercayakan kuasa negara kepada filsuf-filsuf yang sejati. Sesudah Socrates meninggal, Plato bersama dengan teman-teman lain untuk beberapa waktu menetap di Megara, pada murid Socrates yang bernama Eukleides. Tetapi kemudian ia kembali lagi ke Athena. Pada usia 40 tahun, Plato mengunjungi Italia dan Sisilia. Barangkali perjalanan ini diadakan dengan maksud berkenalan dengan mazhab Pythagorean. Tidak lama sesudah kembali dari Italia, Plato mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama ‘Akademia‘. Sekolah ini direncanakan sebagai pusat penyelidikan ilmiah. Plato ingin merealisasikan cita-citanya, yaitu memberikan pendidikan intensif dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat kepada orangorang muda yang akan menjadi pemimpin-pemimpin politik nanti. Ia mempelopori universitas-universitas Abad Pertengahan dan Modern. Murid-murid Plato memberi sumbangan besar dalam perkemangan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Plato membuat berbagai karya-karya tulis dan pemikirannya tentang filsafat. Plato kemudian meninggal di Athena pada usia delapan puluh tahun dan selama hidupnya ia tidak pernah menikah.3

B. Karya-Karya Plato

Banyak sekali karyanya yang masih utuh lengkap.Pada umumnya tulisannya disusun dalam bentuk dialog. Barangkali karena pengaruh Socrates, yangkelihatannya memegang peranan pentingdalam karya-karyanya. Begitu penting tempat yang diberikan kepada Socrates (serng dijadikan tokoh utama), sehingga karya-karya Plato itu dapat dipandang sebagai monumen bagi Socrates. Dari segala karyanya dapat diketahui bahwa Plato kenal para filsuf yang mendahuluinya. Seperti Herakleitos, Pythagoras, para filsuf Elea, terlebih para kaum sofis. Perbedaan antara Socrates dan Plato adalah bahwa Socrates mengusahakan adanya definisi tentang hal yang bersifat umum guna menentukan hakikat atau

3 Rapar, Filsafat Politik Plato,1991 (Jakarta: Rajawali Pers), hal 42

2

esensi segala sesuatu, karena ia tidak puas dengan mengetahui hanya tindakantindakan satu persatu saja. Sedang Plato meneruskan usaha itu secara lebih maju lagi dengan mengemukakan bahwa hakekat atau esensi segala sesuatu bukan hanya sebutan saja, tetapi memiliki kenyataan, yang lepas daripada sesuatu yang berada secara konkrit, yang disebut idea. Idea-idea itu nyata adanya, di dalam dunia idea.4

1. Sifat-Sifat Khusus Filsafat Plato

a. Bersifat Sokratik Keyakinan Plato bahwa filsuf harus dijadikan sebagai penguasa negara, boleh dipandang sebagai buah hasil refleksi Plato atas kematian Socrates, gurunya tercinta. Refleksi atas kematian Socrates selanjutnya menjuruskan seluruh pemikiran dan keaktifan Plato sampai pada masa tuanya.

b. Filsafat sebagai Dialog Semua karya yang ditulis Plato merupakan dialog-dialog, kecuali Suratsurat dan Apologia. Dalam karangan terakhir, Socrates membela diri di hadapan hakim-hakimnya dan semua warga negara Athena. Sekalipun hanya Socrates yang berbicara disini (monolog) namun suasana dialognya tetap ada. Plato adalah filsuf pertama dalam sejarah filsafat yang memilih dialog sebagai bentuk sastra untuk mengekspresikan pemikiran-pemikirannya. Plato menggemari dialog sebagai bentuk sastra karena mempunyai hubungan erat dengan ‘sokratik‘ seperti yang telah dijelaskan di atas. Plato memilih dialog dalam bentuk sastra justru karena Socrates memainkan peranan sentral dalam pemikirannya. Ia juga berkeyakinan bahwa filsafat menurut intinya tidak lain daripada suatu dialog. Kata philo-sophia berasal dari kalangan Plato (dan Socrates). Berfilsafat berarti mencari kebenaran atau kebijaksanaan , dan dapat dimengerti bahwa mencari suatu kebenaran itu sebaiknya dilakukan bersamasama dalam bentuk dialog.

4 Harun Hadiwijono, sari Sejarah Filsafat Barat 1,1980 (Yogyakarta: Kanisius), hal 40-41

3

c. Mite Dalam Dialog-dialog Plato Plato berpendapat bahwa mite (mythos) tidak bertentangan mutlak dengan rasio. Ada juga mite-mite yang mempunyai unsur-unsur kebenaran dan karena itu dapat digunakan dalam uraian filosofis. Plato mempergunakan seluruh bakatnya sebagai sastrawan dalam menciptakan mite yang memikat hati karena gaya puitisnya.5

2. Ajaran-Ajaran Plato

Prinsip Idealisme Plato adalah bahwa segala sesuatu yang ada di alam yang tampak ini, bukanlah sesuatu yang asli, sempurna atau ada benar-benar ada, melainkan apa yang tampak di dunia yang bertubuh ini adalah merupakan bentuk pengewajatanyaan dari alam ide. Karena itu segala sesuatu yang tampak di alam yang betubuh adalah sesuatu yang tidak sempurna atau tidak pernah sempurna. Untuk memahami alam idea perlu melibatkan rohani yang berkait dengan fungsi-fungsi berpikir manusia. Dengan berpikir, rohani mampu memasuki alam ide. Alam ide itu tidak ditampilkan oleh pikiran, melainkan pikiran hanya tinggal mencapai alm ide itu saja, mencari dengan ilmu pengetahuan atau rasio. Sebab alam ide itu sudah ada sejak dulunya, dan untuk sampai kepada alam ide manusia hanya menggunakan rasio, karena itu sering dikatakan bahwa idealisme sebenarnya hampir berdekatan dengan rasio. Untuk memahami pemikiran plato ada baiknya kita cermati sebuah mitos yang diceritakan oleh Plato sendiri: Manusia dapat dibandingkan dengan orang-orang tahanan yang sejak lahirnya duduk terbelenggu dalam sebuah gua. kepalanya pun tidak dapat berherak dan selalu terarah kepada dinding gua. Di belakang mereka ada api bernyala. Beberapa budak belian berjalan- jalan di depan api itu, sambil memikul macam-macam bernda. Hal itu mengakibatkan rupa-rupa bayang yang dipantulkan pada dinding gua. maka dari itu orang-orang tahanan menyangka bahwa bayangan itu merupakan realitas yang sebenarnya dan tidak ada realitas yang lain. Namun sesudah beberapa waktu salah seorang diantara mereka

5 K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani,1978, ( jakarta: kansius) hal 102-103

4

delepaskan. Ia melihat sebelah belakang gua dan api yang berada disitu. Ia sudah mulai memperkirakan bahwa bayang-bayang tidak merupakan realitas yang sebenarnya.lalu ia dihantarkan keluar gua dan melihat matahari yang menyinari matanya. Mula-mula ia berpikir bahwa ia sudah meninggalkan realita. Tetapi beangsur-angsur ia menginsyaratkan bahwa itulah realitas yang sebenarna dan bahwa dahulu ia belum pernah memandangnya. Pada akhirnya ua jenbali ke dalam gua dan memberitahukan kepada teman-temannya bahwa apa yang mereka lihat bukanlah realitas sebenarnya meliankan hanya bayang-bayang saja. Tetapi mereka tidak terbelenggu, niscaya mereka akan membunuh setiap orang yang mau melepaskan diri dari gua.6 Ia membedakan pikiran dengan pemandangan yang tampak adalah sebagai usaha untuk mencapai alam ide. Alam ide yang tampak adalah semua daripada apa yang dipikirkan, karena alam yang tampak tidak berarti sama sekali, apabila tidak ada pemahaman dari pikiran tentang alam yang tampak itu. Walaupun demikian alam yang tampak atau alam yang bertubuh sebenarnya bermanfaat untuk memberikan motivasi dari pengertian serta pemahaman terhadap pemikiran untuk memahami alam yang tidak bertubuh, Plato menamakannya dengan alam idea. Alam idea merupakan bentuk kesempurnaaan yang paling ideal dan alam idea sudah ada sejak zaman asli dahulunya. Adapun alam yang tampak hanya merupakan perwujudan dari alam idea alam yang bertubuh merupakan manifestasi dari alam yang tidak bertubuh adalah merupakan wujud dari pikiran. Karena dengan pikiran lah dapat menjangkau alam idea itu lalu memperbandingkan dengan alam yang bertubuh.7 Dengan mengambil konsep yang ada di alam idea pikiran mamu menyatakan bahwa apa yang ia lihat pada alam yang bertubuh itu bagus ataupun tidak bagus, baik ataupun tidak baik. Kalaupun itu bagus maka apa yang ada pada alam yang bertubuh itu tidaklah sebagus pada alam idea, melainkan bagusnya hanyalah merupakan suatu kecenderungan menuju kebagusan pada alam idea, karena bagus ada di alam tampak selalu berubah-ubah menuju kesempurnaannya sebagai mana di alam idea.

6 Sanuri, dkk, Pengantar Filsafat, (Surabaya: IAIN SA Press, 2011), hal. 21. 7 Sanuri, dkk, Pengantar Filsafat, (Surabaya: IAIN SA Press, 2011), hal. 22.

5

Suatu contoh sederhana misalnya seseorang yang sedang membangun sebuah rumah. Ia berkeinginan untuk membangun rumah yang bagus, hasil daripada bangunan rumah bagus itu, adalah merupakan konsep ―rumah bagus‖ menurut apa yang ada di alam idea. Konsep rumah bagus di alam idea itu dijangkau dengan ―kira-kira‖ oleh jiwa yang berpikir sehingga terlahir model rumah bagus di alam yang bertubuh bagaimana yang ia bangun. Bagus disini dimaksudkan adalah bahwa ia hanyalah merupakan suatu prinsip ―kecenderungan‖ oleh alam pikiran manusia untuk menuju ke alam idea yang diaplikasikan ke alam yang tampak atau alam yang bertubuh. Jadi dapat dikatakan bahwa kebagusan itu tergantung dari kemampuan jangkauan pikiran manusia menuju kebagusan di alam idea, sehingga dengan pikirannya manusia ada yang mengatakan rumah yang dibangun tidak agak kurang bagus, ada yang mengatakan bagus sekali bahkan ada yang mengatakan belum bagus. Hal ini disebabkan karena antara manusia dengan alam idea itu berada pada jarak yang sangat jauh. Kecepatan untuk menjangkaunya tergantung dari kecepatan berpikir kalau pun terjangkau tidaklah mendapatkannya persis dengan yang sebenarnya di alam idea itu, karena memang manusia dengan alam idea itu berada pada dua dunia yang berbeda. Kata-kata ―bagus‖ sebenarnya tidak tepat bila dipersamakan untuk alam dunia. Karena dengan mengatakan bagus apa yang ada di alam idea berarti di alam idea itu juga ada yang tidak bagus. Karenanya tidak tepat jika dikatakan ―bagus‖ untuk urusan alam idea, karena hal itu menggambarkan hal lain yang tidak bagus. Inilah yang dikatakan sulitnya memahami pikiran Plato karena bahasa untuk alam idea Plato tidak terwakili dengan bahasa yang biasa dipakai pada alam yang bertubuh.8

1). Analogi Gua Plato menggambarkan teori realitas dualistiknya dengan menggunakan analoginya yaitu analogi mengenai gua, kata sokrates, bayangkan lah umat manusia hidup didalam gua bawah tanah dengan jalan masuk lebar yang sangat terbuka untuk cahaya. Jauh didalam nya terdapat orang-orang yang berhadapan 8 Muzairi, Filsafat Umum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 69

6

dengan tembok gua dengan leher dan kaki dirantai sehingga mereka tak mampu bergerak. Mereka tidak pernah melihat cahaya siang hari atau matahari diluar gua. dibelakang tahanan itu ada api, dan diantara api dan tahanan itu ada jalan dengan dinding rendah, seperti yang digunakan dalam pertunjukan boneka tangan sebagai dinding yang menutupi pemain bola tangan itu. Disepanjang jalan itu orang-orang berjalan membawa pelbagai macam benda sehingga bayangan bendanya terproyeksikan diatas dinding tadi—patung manusia, binatang, pohon. Para tahanan yang berada dibalik tembok tidak bisa saling melihat. Mereka juga tak bisa melihat apa yang ada dibalik tembok dimana ada berbagai objek – yang bisa mereka liat hanya bayangan objek yang terpantul didinding gua. Para tahanan itu hanya hidup dengan realitas, dan suara yang mereka dengar gaung dari dinding gua namun para tahanan hanya berpegang pada bayangan yang tak asing tersebut dan pada nafsu dan penilaiannya sendiri-sendiri. Jika mereka dilepaskan dan bisa melihat realitas dibalik tembok yang menghasilkan bayangan, maka mereka akan dibutakan oleh cahaya api. Dan mereka akan marah serta menginginkannya dunia bayangannya sendiri. 9 Namun jika salah satu tahanan dibebaskan dan bisa melihat cahaya api gua, teman sesama tahanan serta jalanan, dan jika dia kemudian diseret keluar gua untuk melihat cahaya matahari, maka dia akan melihat segala benda didunia dalam wujud nyatanya dan pada akhirnya bisa melihat matahari itu sendiri. Apa yang kemudian dipikirkannya tentang kehidupan didalam gua, juga realitas serta moralitas? Dan jika dikembalikan didalam gua, tidakkah dia akam mengalami kesulitan besar membisakan diri dalam kegelapan, sehingga tidak bisa bersaing dengan orang-orang yang tidak pernah meninggalkan gua? tidakkah dia akan menjadi subjek cemoohan, ejekan orang-orang itu bahkan mungkin saja diserang? Kiasan adalah kisah dimana yang sedang dibahas dibandingkan dengan hal lain yang memiliki kemiripan namun apa yang dimaksud dengan hal lain itu, dibiarkan saja. Oleh karna itu kiasan dimaknasi sebagai gambaran tak lengkap. Orang-orang digua itu menjalani hidup dalam kegelapan, dirantai leher dan kakinya takbisa menoleh, takpernah tau apa yang didepannya, yang ada didinding

9 T.Z Lavino, plato,2003,(jokjakarta: jendela) hal 34

7

gua hanya ada bayangan. Mereka tertekan namun tak sadar akan hal itu. Mereka tetap tak acuh pada diri mereka sendiri dan...


Similar Free PDFs