Makalah Hadits Wajib Menuntut Ilmu PDF

Title Makalah Hadits Wajib Menuntut Ilmu
Author Afifatul Jannah
Pages 18
File Size 190.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 210
Total Views 893

Summary

i KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU Makalah ini disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Hadits Dosen Pengampu : Nur Khamid, M.Hum Oleh : 1. Hana Rizky Rahmawati 23040170121 2. Khasna Athiurobi 23040170122 3. Afifatul Jannah 23040170123 4. Naswa Latifah Alfutsani 23040170124 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidai...


Description

i

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU Makalah ini disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Hadits Dosen Pengampu : Nur Khamid, M.Hum

Oleh : 1.

Hana Rizky Rahmawati

23040170121

2.

Khasna Athiurobi

23040170122

3.

Afifatul Jannah

23040170123

4.

Naswa Latifah Alfutsani

23040170124

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga 2017/2018

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Hadits tentang kewajiban menuntut ilmu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada penulis buku yang digunakan sebagai referensi dalam pembuatan makalah, dosen pengampu matakuliah Hadits, kawan-kawan yang acap kali berbagi wawasan, serta berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesemurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Salatiga, 1 Oktober 2017

Penyusun,

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN KATA PENGANTAR .......................................................... ii HALAMAN DAFTAR ISI ........................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ilmu ........................................................................... 3 B. Hukum Menuntut Ilmu Berdasarkan Hadist ............................... 4 C. Keutamaan Orang Berilmu dalamHadits .................................... 5 D. Etika Menuntut Ilmu ................................................................... 9 E. Manfaat Menuntut Ilmu .............................................................. 11 BAB III PENUTUP A. Simpulan ..................................................................................... 12 B. Saran ........................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 15

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah ilmu dan akal. Hanya manusia makhluk yang diberi ilmu pengetahuan, akal pikiran, dan nafsu. Dengan akal manusia dapat mencari ilmu pengetahuan. Namun, tidak ada manusia yang terlahir dan hidup di dunia ini langsung dalam keadaan pandai. Mereka harus melewati tahapan belajar dan fase-fase perkembangan otak sehingga manusia itu menjadi pandai. Pendidikan pertama manusia adalah lingkungan keluarga, kemudian sekolah dan masyarakat. Mereka memilih bidang yang mereka sukai dan tekuni sehingga ahli dalam bidangnya. Ilmu dan zaman akan terus berkembang sehingga manusia dituntut untuk dapat mengikutinya. Bagi yang tidak dapat mengikutinya maka ia hanya akan menjadi penonton perkembangan ilmu dan zaman. Oleh karena itu, Islam mewajibkan kepada pemeluknya supaya menuntut ilmu dari buaian sampai liang lahat. Jadi tidak ada kata terlambat untuk mencari ilmu. Meskipun usia sudah tua, tetapi jika belum memahami suatu ilmu hendaknya selalu berusaha menguasai ilmu itu, terutama ilmu agama. dengan menguasai ilmu agama dan mengamalkannya berarti kita telah berusaha untuk taat kepada Allah SWT sehingga akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

2

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan ilmu? 2. Apa hukum menuntut ilmu berdasar hadits? 3. Apa keutamaan orang berilmu dalam hadits? 4. Apa saja etika menuntut ilmu?

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian ilmu 2. Untuk mengetahui hukum menuntut ilmu dalam hadits 3. Untuk mengetahui keutamaan orang berilmu dalam hadits 4. Untuk mengetahui etika menuntut ilmu

3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Al ‘Ilm (ilmu) berarti ma’rifah (pengetahuan) tentang sesuatu yang diketahui dari dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya. Ia adalah kata absrak atau masdhar dari Alima – ya’malu – ‘ilman.1 ‘Alim yaitu orang yang tahu (subyek), sedang yang menjadi objek ilmu

disebut ma’lum atau yang diketahui.2 Secara istilah ilmu adalah segala pengetahuan atau kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya dan laam ciptaan-Nya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriyah dan batiniyah. Ilmu terbagi menjadi dharuury dan nadhary. Ilmu dharuury adalah ilmu yang tidak memerlukan perenungan dan pemikiran mengeni segala sesuatu yang telah ada dalam pikiran (al badahiyyaat) seperti pengetahuan tentang sesuatu yang dapat dirasakan (mahsuusaat) dan dilihat (mar’iyyaat) yang diketahui dengan panca indera yaitu pendengaran dan peglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sedangka ilmu nadhary adalah ilmu yang memerlukan perenungan dan pemikiran, baik yang diketahui melalui hati saja sepeti hal-hal ghaib, misalnya mengenai keberadaan Allah, malaikat dan lain-lain, atau yang diketahui melali hati dan indera.3

1

Abu Bakar Al Jazairy, Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia dan Akhirat (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001) hlm.19. 2 Library, Diakses dari http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1-2004abdulfatah-658-BAB2_319-8.pdf. Pada Senin, 2 Oktober 2017 pukul 20.24 WIB 3 Abu Bakar Al Jazairy, loc,cit.

4

B. Hukum Menuntut Ilmu Apabila kita memerhatikan Al-Qur’an dan Hadits banyak sekali anjuran bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu agar menjadi omanusia yang ceras dan jauh dari kejahiliyahan (kebodohan). Menuntut ilmu merupakan usaha mengubah akhlak baik dengan cara bertanya, melihat atau mendengar.

َ ‫سلّ َم‬ ‫علَى ُك ِّل ُم ْس ِل ٍم‬ ُ ‫ط َل‬ ُ ‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َما ِل ِك قَا َل َر‬ َ ٌ ‫ضة‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬ َ ُ‫س ْو ُل االّه‬ َ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫َب‬ َ ‫َاز ِي ِر ْال َج ْوه ََر َو الللُّؤْ لُ َؤ َواالذَّه‬ ِ ‫َو َو‬ ِ ‫اضعُ ْال ِع ِلم ِع ْندَ َغي ِْر أ َ ْه ِل ِه َك ُمقَلَّ ِد ْال َخن‬ )220 ‫(رواهابن ماخه‬ “Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:, “menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan, dan emas ke leher babi.” (HR. Ibnu Majah: 220) Pada hadits ini Rasulullah menjelaskan tenang kewajiban menuntut ilmu. Agama Islam sangat memerhatikan ilmu oengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya dan beribadah lebih sempurna. Begitu pentingya ilmu sampai Rasulullah SAW mewajibkan umatnya agar menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan dan baik yang membahas masalah duniawi maupun ukhrawi. Umat islam wajib menuntut ilmu agama seperti akidah, fiqh, baca tulis Al-Quran dan lain sebagainya. Dengan ilmu-ilmu itu umat islam dapat beribadah lebih sempurna. Selain itu, umat islam juga diperintahkan mempelajari ilmu untuk kemaslahatan hidup di dunia, seperti ilmu ekonomi, matematika, ilmu sosial, dan lain sebagainya. Mencari ilmu yang diwajibkan Allah SWT adalah mencari ilmu dengan niat untuk menjunjung tinggi ajaran Allah SWT.4

4

Faisal Rosidin Mukarom dan Ngatiman, Menelaah Ilmu Hadits (Solo : Aqila) hlm.140.

5

C. Keutamaan Menuntut Ilmu Dan Penuntutnya Sarana yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan biasanya menjadi mulia ketika tujuan yang hendak dicapainya juga muliaketika tujuan yang dicapai tersebut mulia maka sarananya pun mulia. Demikian pula sebaliknya, ketik tujuan yang hendak dicapainya hina dan kotor, maka sarana yang dipergunakannya pun hina dan kotor. Dari perspektif (sudut pandang) ini, ilmu yang merupakan sesuatu yang mulia dan agung, maka menuntut ilmu merupakan perbuatan yang mulia dan penuntutya sebagai orang yang paling mulia dan utama. Hadits-hadits dan riwayat berikut menjelaskan dan menguatkan hal ini : 1. Memudahkan jalan menuju Surga

َ َ‫س َلك‬ ‫س ِف ْي ِه‬ ُ ‫ع ْن أ َ ِبى ه َُري َْرة َ أ َ َّن َر‬ ِ ‫س ْو َل‬ ُ ‫ط ِر ْيقًا َي ْلت َِم‬ َ ‫َو‬ َ ‫و َم ْن‬:َ َ ‫هللا قَال‬ َ ُ‫س َّه َل هللاُ لَه‬ )‫ط ِر ْيقًا ِإلَى ال َج َّن ِة (رواه مسلم‬ َ ,‫ِع ْل ًما‬ “Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim) Hadits ini, disamping menunjukkan keutamaan ilmu, juga menunjukkan keutamaan penuntutnya. Karena ketika seorang hamba menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, ia telah melakukan perjalanan menuju surga. Apakah ada orang yang lebih baik daripada orang yang menempuh jalan menuju surga? Dan barangsiapa menempuh sesuatu di atas jalannya (yang benar) maka ia akan sampai pada tujuannya5. 2. Para malaikat ridha apa yang dikerjakannya

ْ ‫ج َي ْخ ُر ُج ِم ْن َب ْي ِت ِه َي‬ ُ‫ت لَهُ ْال َمال ِئ َكة‬ ْ ‫ض َع‬ ُ ُ ‫طل‬ َ ‫ب ْال ِع ْل َم ِإ ََّّل َو‬ ِ ‫َما ِم ْن خ‬ ٍ ‫َار‬ ‫ص َن ُع‬ ً ‫ ِر‬،‫أَجْ ِن َحتَ َها‬ ْ ‫ضا ِب َما َي‬

Hadits dari Zar bin Hubaisy yang menjelaskan bahwa ia mendatangi

5

Abu Bakar Al Jazairy,op.cit.hlm.35.

6

Shofwan bin ‘Asil Al Muradi RA, ia berkata, “Apa yang menyebabkan engkau datang kepadaku? Aku menjawab, “Aku ingin mencari ilmu.” Ia berkata, “Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ”tiada seorang pun yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu melainkan malaikat meletakkan sayapnya karena meridlai apa yang ia lakukan.” (HR. Turmudzi, Ibu Majah, Hakim dan Ibnu Hibban) 3. Akan mendapat pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah

‫سلَّ َم‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َما ِل ِك قَال‬ ِ ّ ‫س ْو ُل‬ َ ‫َم ْن خ ََر َج‬ َ ُ‫صلَّى ا ََّّلل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ّللا‬ َ ‫فِى‬ ‫هللا َحتَّى َي ْر ِج َع‬ ُ َ‫طل‬ ِ ‫س ِب ْي ِل‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم َف ُه َو فِى‬ “Dari Anas ra ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : Orang yang keluar untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan Allah (sabilillah) sampai ia pulang.” (HR. Tirmidzi)

‫َم ْن دَخَـ َل َمـس ِْجـدَنَا هَـذَا ِل َيتَ َعلَّ َم َخي ًْرا أ َ ْو ِليُ َع ِلّ َمهُ َكانَ َك ْال ُم َجا ِه ِد‬ ُ‫ْس لَه‬ ِ ‫ َو َم ْن دَخَـ َلهُ ِلغَي ِْر ذَلِكَ َكانَ َكال َّن‬،‫هللا‬ ِ ‫س ِبيْل‬ َ ‫فِي‬ َ ‫اظ ِر ِإلَى َمالَي‬ Hadis Abu Hurairah RA, ia mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah SAW ersabda, “barangsiapa datang ke masjidku ini hanya untuk suatu kebaikan yang ia pelajari atau diajarkannya (kepada orang lain) maka ia sederajat dengan para pejuang (mujahidin) di jalan Allah, dan barangsiapa datang (ke masjidku ini) bukan untuk itu maka ia sama dengan orang yang melihat kenikmatan orang lain.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)

Hadits ini mengisyaratkan keutamaan penuntut ilmu, bahwa ia disejajarkan dengan seorang mujahid yang berjuang di jalan Allah, maka apakah ada seseorang yang lebih tama dari seorang mujahid yang berjuang di jalan Allah? Dalam hadits ini ada petunjuk lain mengenai keutamaan orang yang mengajarkan ilmu. Ilmu dalam

7

hadits ini, disebut sebagai suatu kebaikan dan suatu kebaikan tentu tidak mengadung keburukan, karena keburukan tidak akan bercampur dengan kebaikan sebagaimana terhadap dalam hadits shahih Rasulullah SAW.6 4. Wajahnya akan cemerlang pada hari kiamat

ً‫ َنض ََّر هللاُ ا ْم َرأ‬:ُ‫هللا ص َيقُ ْول‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ ِ ‫س ْو َل‬ َ َ :َ‫ْـن َم ْس ُع ْو ٍد رض قَال‬ ِ ‫ع ِن اب‬

.‫ـغ اَ ْو َعى ِم ْن َس ِام ٍع‬ َ ‫س ِم َع ِم َّنا‬ َ ‫ش ْيئًا فَ َبلَّـغَهُ َك َما‬ َ ٍ َّ‫س ِمعَهُ فَ ُربَّ ُم َبل‬ )‫ حديث حسن صحيح‬:‫(ابو داود و الترمذى و قال‬ Hadits Abdullah bin Mas’ud RA, bahwa ia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Allah mencemerlangkan seseorang yang mendengar

perkataanku

dan

ia

memeliharanya

kemudian

menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya, dan berapa banyak orang yang menyampikan (ilmunya) lebih menyadari daripada orang yang mendengar.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) Isyarat tentang keutamaan penuntut ilmu dalam hadits ini tampak jelas sebab Nabi SAW menyebut orang yang menuntut ilmu dan yang mengajarkannya kepada orang lain sebagai orang yang wajahnya cerah cemerlang pada hari kiamat. Ini merupakan seruan nabi yang akan dikabulkan dengan masuk ke dalam surga dan melihat wajah Allah SWT sebagaimana Allah berfirman, “Wajah-wajah (orangorang mu’min)pada hari itu berseri-seri. Kepad Rabb-nya lah mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23) Keutamaan ini dapat diterima oleh penuntut ilmu dan orang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain meskipun tingkat pemahamannya belum mencapai tingkat tinggi, tetapi cukuplah baginya untuk memelihara dan menjaga ilmu serta menyampaikannya kepada orang 6

Ibid,.hlm.36.

8

lain, yang mungkin saja ia meyampaikannya kepada orang yang memiliki pemahaman lebih tinggi.7 5. Selalu berada dijalan Allah SWT

َ ‫َم ْن خ ََر َج فِى‬ ‫هللا َحتَّى َي ْر ِج َع‬ ُ َ‫طل‬ ِ ‫س ِب ْي ِل‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ُه َو فِى‬ “Orang yang keluar untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan Allah (sabilillah) sampai ia pulang.” (Hadits Tirmidzi) Isyarat keutamaan ilmu dan keutamaan orang yang berilmu dijelaskan dalam uangkapan bahwa jika seseorang (penuntut ilmu) keluar untuk mencari ilmu maka ia seperti orang yang keluar untuk berjihad di jalan Allah, sehingga menuntut ilmu tersebut akan mendapat keutamaan seperti keutamaan jihad. 6. Orang berilmu dan tak berilmu seperti bulan dan bintang serta para ulama adalah pewaris para Nabi

ْ ‫ط ِريقًا َي‬ ُ ‫ط ِريقًا ِم ْن‬ َ ‫ّللاُ ِب ِه‬ َ َ‫سلَك‬ َّ َ‫سلَك‬ ‫ق ْال َج َّن ِة َوإِ َّن‬ ُ ُ ‫طل‬ َ ‫ب ِفي ِه ِع ْل ًما‬ َ ‫َم ْن‬ ِ ‫ط ُر‬ َ ‫ضا ِل‬ ‫ب ْال ِع ْل ِم َوإِ َّن ْالعَا ِل َم لَ َي ْستَ ْغ ِف ُر لَهُ َم ْن‬ ً ‫ض ُع أَجْ ِن َحتَ َها ِر‬ ِ ‫طا ِل‬ َ َ‫ْال َم َال ِئ َكةَ لَت‬ ُ ‫ض َو ْال ِحيت‬ ‫ض َل‬ ِ ‫س َم َوا‬ ْ َ‫اء َوإِ َّن ف‬ َّ ‫فِي ال‬ ِ ‫ف ْال َم‬ ِ ‫َان فِي َج ْو‬ ِ ‫ت َو َم ْن فِي ْاْل َ ْر‬ ‫ب َو ِإ َّن‬ ْ َ‫علَى ْال َعا ِب ِد َكف‬ ِ ‫سا ِئ ِر ْال َك َوا ِك‬ َ ‫ض ِل ْالقَ َم ِر لَ ْيلَةَ ْال َبد ِْر‬ َ ‫ْال َعا ِل ِم‬ َ ‫علَى‬

‫َارا َو ََّل د ِْر َه ًما َو َّرثُوا‬ ِ ‫ْالعُلَ َما َء َو َرثَةُ ْاْل َ ْن ِب َي‬ ً ‫اء َو ِإ َّن ْاْل َ ْن ِب َيا َء لَ ْم ي َُو ِ ّرثُوا دِين‬ ّ ٍ ‫ْال ِع ْل َم فَ َم ْن أ َ َخذَهُ أ َ َخذَ ِب َح‬ ‫ظ َوا ِف ٍر‬

Hadits Abu Darda RA, ia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “barangsiapa pergi karena menginginkan ilmu dan mempelajarinya karena Allah, maka Allah akan membukakan pintu baginya menuju surga dan malaikat membentangkan sayapnya dan meliputinya dari segenap penjuru serta malaikat-malaikat langit dan hewan-hewan laut memohonkan ampunan dan rahmat baginya. Seorang yang berilmu memiliki keutamaan dari seorang yang 7

ibid, hlm.37.

9

beribadah seperti bulan pada malam bulan purnama dibandingkan dengan bintang yang terkecil di langit, dan para ulama adalah pewaris para nabi, sedangkan para nabi tidak mewariskan satu dinar atau dirham pun kepada mereka, tetapi nabi-nabi telah mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya (ilmu) maka ia telah mengambil keberuntungannya.” (HR. Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Orang alim degan ilmunya itu bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Kemanfaatan untuk orang lain lebih bermanfaat dibanding orang alim yang beribadah untuk dirinya sendiri. Sedangkan maksud warisan disini adalah ilmu bukan harta dan benda. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka mewariskan ilmu kepada umatnya. Warisan ilmu adalah sebaik-baik warisan karena ilmu itu sebagai alat bagaikan pisau untuk memotong sesuatu. Warisan harta benda akan habis, sedangkan warisan ilmu akan kekal abadi dan jika dibagikan atau diajarkan justru akan bertambah.

D. Etika Menuntut Ilmu Ilmu merupakan suatu yang muia, maka bagi seseorang yang menuntut ilmu hendaknya memiliki etika dan ketentuan yang harus diindahkannya. Berikut beberapa point yang harus diperhatikan: 1. Kemurnian yaitu seorang penuntut ilmu hendaknya bertujuan mengetahui (ma’rifah) Allah Ta’ala, mengetahui jalan dan cara untuk sampai kepadaNya

dan

memelihara

ilmunya

dengan

mengaplikasikannya

(mengamalkannya) dalam setiap perbuatannya bagi setiap umat Islam yang merupakan fondasi kehidupan mereka, inilah yang dimaksud menghidupkan islam dengan ilmu.8

8

Ibid,.hlm.41.

10

Seseorang hendaknya mengajarkan ilmunya kepada orang lain demi mendapatkan ridha Allah SWT. Sedangkan menuntut ilmu demi untuk mendapatkan popularitas, harta dan jabatan dunia hal itu tidak dianjurkan dan bukan tujuan dari menuntut ilmu. Dalam hadits Abu Dawud :

َ ‫َم ْن‬ ‫ضا ِمنَ الدُّ ْن َيا لَ ْم‬ ً ‫ع ْر‬ ِ ّ ُ‫ب ِع ْل ًما ِم َّما يُ ْبتَ ُغ ِب ِه َو َجه‬ َ ‫ْب ِب ِه‬ َ َ‫طل‬ َ ‫ُصي‬ ِ ‫ّللا ِت َعالَى لَي‬ ‫ت َي ْو ِم ْال ِق َيا َم ِة‬ ِ ‫ف ْال َج َّن‬ َ ‫َي ِج ْد‬ َ ‫ع ْر‬ “orang yang mencari ilmu yang seharusnya dimaksudkan untuk mendapatkan ridha Allah Azza wa Jalla tetapi ia tidak memelajari ilmu itu kecuali untuk mendapatkan kehormatan dunia, maka ia tidak akan menemukan bau surga pada hari kiamat.” 2. Berakhlak mulia dan memiliki sifat terpuji Penuntut ilmu harus berakhlak mulia dan menghiasi dirinya dengan tatakrama yang mulia pula, memiliki sifat yang terpuji dan tabiat yang diridhai Allah SWT. Maka seorang penuntut ilmu harus memiliki sifat zuhud (menjauhkan diri dari hal-hal keduniawian) di dunia, qana’ah (kepuasan batin) yang jauh dari berlebih-lebihan, sabar, jujur, ketenangan dan ketentraman. 3. Menjauhkan diri dari sifat tercela Seorang penuntut ilmu harus menjauhkan diri dari sifat riya’, iri hati, kesombongan dan kebanggaan pada diri sendiri. Tidak boleh menganggap kecil dan meremehkan orang lain. Jika hal tersebut terdapat pada seorang penuntut ilmu maka cahaya dan keagungannya akan hilang dan tergolong orang yang merugi baik dunia maupun akhirat. 4. Mempelajarinya secara perlahan Seorang penuntut ilmu hendaknya mempelajari ilmu sedikit demi sedikit, karena jika ia memelajarinya dalam jumlah yang banyak maka akan cepat hilang.

11

5. Mencari ilmu dengan baik Seorang penuntut ilmu hendaknya mencari ilmu yang paling baik dan lebih diwajibkan, yang paling baik manfaatnya dan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai keridhaan-Nya. 6. Tidak boleh malu bertanya, apabila ada persoalan yang belum paham Seorang penuntut ilmu tidak boleh malu bertanya kepada pengajarnya atau kepada orang lain yang lebih ahli dalam setiap persoalan yang belum dipahaminya. 7. Harus banyak menghafal Seorang penuntut ilmu harus banyak menghafal dan menjadikannya pegangan dan juga ditulis. Penyair mengatakan: ilmu itu bagaikan binatang buruan dan tulisan adalah ikatannya, ikatlah buruanmu dengan tali yang kencang.

E. Manfaat Menuntut Ilmu 1. Akan mendapat kebaikan berlipat ganda “Hai, Abu zar, keluarmu dari rumah dipagi hari untuk mempelajari satu ayat dari kitab Allah itu lebih baik dari pada engkau mengerjakan shalat seratus rakaat”. (HR Ibnu Majah) 2. Akan dimudahkan jalan menuju surga “Barang siapa yang menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”(HR at Thirmidzi) 3. Perilaku orang yang menuntut ilmu

12

BAB III PENUTUP

A. Simpulan Dengan demikian, dapat kami disimpulkan bahwa: 1. Pengertian ilmu Al ‘Ilm (ilmu) berarti ma’rifah (pengetahuan) tentang sesuatu yang diketahui dari dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya. Ia adalah kata absrak atau masdhar dari Alima – ya’malu – ‘ilman. Secara istilah ilmu adalah segala pengetahuan atau kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya dan laam ciptaan-Nya termasuk manu...


Similar Free PDFs