MAKALAH K3 KEBAKARAN PDF

Title MAKALAH K3 KEBAKARAN
Author Acep Zainal
Pages 84
File Size 401.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 206
Total Views 249

Summary

2011 Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) Studi Kasus di Pt. Kimia Farma Plant Jakarata Disusun Oleh : 1. Adyta Husein E. ( D4.3A / 02 / 0941150044 ) 2. Nixtian Arry P. ( D4.3A / 14 / 0941150007 ) 3. Umar Helmi ( D4.3A / 16 / 09411500012 ) DIPLOMA IV PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN JURUS...


Description

2011 Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) Studi Kasus di Pt. Kimia Farma Plant Jakarata

Disusun Oleh : 1. Adyta Husein E.

( D4.3A / 02 / 0941150044 )

2. Nixtian Arry P.

( D4.3A / 14 / 0941150007 )

3. Umar Helmi

( D4.3A / 16 / 09411500012 )

DIPLOMA IV PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MALANG 2011

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

DAFTAR ISI

1. Cover 2. Daftar Isi 3. Bab 1 : Pendahuluan 4. Bab 2 : Tinjauan Pustaka 5. Bab 3 : Gambaran Umum 6. Bab 4 : Kerangka Konsep 7. Bab 5 : Metode Penelitian 8. Bab 6 : Hasil Penelitian 9. Bab 7 : Kesimpulan dan Saran

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah gedung mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung kelancaran dan kesinambungan operasi perusahaan atau proses kerja secara keseluruhan. Oleh karena itu, semua pihak yang turut memanfaatkan gedung ini, baik individu ataupun badan perusahaan, termasuk mitra kerja harus aktif memelihara dan menjaga kebersihan, keselamatan dan kesehatan kerjanya. Salah satu perwujudan perusahaan dalam memelihara dan menjaga keselamatan dan kesehatan kerjanya adalah melalui penerapan Manajemen Penanggulangan Kebakaran. Sebuah gedung melalui penerapan Manajemen Penanggulangan Kebakaran harus mampu mengatasi kemungkinan terjadinya kebakaran melalui kesiapan dan keandalan sistem proteksi yang ada, serta kemampuan petugas menangani pengendalian kebakaran. Selain petugas, semua pihak yang terkait dalam setiap pemanfaatan bangunan harus terlibat dalam upaya penanggulangan kebakaran. Semua pihak, baik karyawan maupun mitra kerja harus turut aktif berusaha agar peristiwa kebakaran yang tidak dikehendaki dan merugikan tersebut tidak terjadi. Jadi semua pihak harus memikirkan dan mematuhi seluruh peraturan dan anjuran – anjuran keselamatan yang telah di buat pada setiap bagian dalam sebuah gedung tersebut seperti larangan merokok, larangan menggunakan tangga darurat untuk operasi normal dan lain sebagainya yang telah ditetapkan. Disektor industri sendiri yang berkembang secara kompleks, dimana

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

terdapat banyak sumber potensi yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Maka bila terjadi kebakaran akan banyak pihak yang akan merasakan kerugiannya, antara lain pihak investor, para pekerja, pemerintah maupun masyarakat luas. Sesuai dengan Undang – undang No. 1 Bab III pasal 3 tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja : “Syarat – syarat keselamatan kerja yang berhubungan dengan penanggulangan kebakaran antara lain mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran, penyediaan sarana jalan untuk menyelamatkan diri, pengendalian asap, panas dan gas serta melakukan latihan bagi semua karyawan.” Masih ingat kasus kebakaran yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya ? Jumlah kasus yang terjadi banyak, data yang diperoleh dari Dinas Kebakaran Jakarta Barat menunjukkan frekuensi kebakaran yang terjadi pada industri kimia pada tahun 2005 sebanyak 10 kasus kebakaran, tahun 2006 sebanyak 9 kasus kebakaran dan tahun 2007 sebanyak 5 kasus kebakaran di industri kimia. Dan kasus kebakaran lain yang terjadi di Industri kimia adalah kejadian kebakaran di PT. Petro widada, Gresik yang mengakibatkan 59 korban jiwa yaitu 3 orang meninggal dunia dan 59 orang luka – luka, dari hasil penelitian Bappedal Jawa Timur kebakaran ini ditimbulkan oleh terbakarnya bahan – bahan kimia hasil produksi. Tingginya angka kasus kebakaran di industri menunjukkan bahwa kasus kebakaran merupakan salah satu bentuk kecelakaan atau musibah yang memerlukan perhatian khusus, terbukti dengan dampak kebakaran tersebut dapat menelan kerugian yang sangat besar. Dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya terjadi kebakaran yang sebenarnya tidak sengaja (real

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

fire), dan kebakaran yang disengaja (arson fire). Manajemen Penanggulangan Bahaya Kebakaran adalah suatu sistem penataan dini dalam rangka mencegah dan mengendalikan bahaya kebakaran sehingga kerugian berupa meterial dan jiwa manusia dapat dicegah atau diminimalkan, yang diwujudkan baik berupa kebijakan dan prosedur yang dikeluarkan perusahaan, seperti inspeksi peralatan, pemberian pendidikan dan pelatihan bagi penghuni/pekerja, penyusunan rencana tindakan darurat kebakaran, maupun penyediaan sarana pemadam kebakaran. PT. Kimia Farma Plant Jakarta merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang obat – obatan (Farmasi) yang dibawah naungan BUMN, yang tepatnya berada di Jl. Rawagelam V No. 1 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur. Dalam proses produksinya menggunakan mesin dan bahan kimia berbahaya, oleh sebab itu PT. Kimia Farma mengisolasi mesin – mesin yang ada dalam ruangan produksi dan bahan khusus yang dapat berpotensi terjadinya kebakaran. Berdasarkan pengelompokan risiko bahaya kecelakaannya PT. Kimia Farma Plant Jakarta termasuk kedalam Bahaya kebakaran berat karena jenis tersebut mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi yang disebabkan oleh banyaknya jenis bahan kimia yang mudah terbakar. Dan apabila terjadi kebakaran apinya akan cepat menjadi besar dan menjalarnya api menjadi sangat cepat. Dari hasil data sekunder kejadian kebakaran di PT. Kimia Farma pada tahun 1980 pernah terjadi kasus kebakaran di bagian produksi yang disebabkan oleh adanya alkohol yang tercecer dibagian produksi, yang kemudian salah satu pekerja dalam ruangan tersebut langsung menyalakan sakelar listik dan terjadilah ledakan dalam ruang produksi yang kemudian

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

terjadi kebakaran, namun dari kejadian tersebut tidak mengakibatkan korban jiwa tetapi perusahaan mengalami kerugian materil. Sehubungan dengan alasan tersebut diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang gambaran sistem manajemen penanggulangan kebakaran di PT. Kimia Farma Plant Jakarta, tahun 2008.

1.2 Rumusan Permasalahan

Banyaknya kasus kebakaran yang terjadi ditempat kerja menunjukan bahwa kebakaran adalah masalah yang serius bagi kehidupan manusia, khususnya bagi seluruh staff dan karyawan yang bekerja didalamnya. PT. Kimia Farma Plant Jakarta dalam pelaksanaan penanggulangan kebakaran khususnya pada pengadaan Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR) dan Hydrant diarea loby dan sekitarnya masih kurang lengkap. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu : “Bagaimana gambaran sistem manajemen penanggulangan kebakaran di PT. Kimia Farma Plant Jakarta ? ”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran Sistem Penanggulangan Kebakaran yang diterapkan di PT. Kimia Farma Plant Jakarta tahun 2008.

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya kebijakan perusahaan dalam penanggulangan kebakaran dalam hal pembentukan Tim pemadam kebakaran, pendidikan dan pelatihan Tim pemadam, Inspeksi sarana pemadam kebakaran dan perencanaan keadaan darurat kebakaran di PT. Kimia Farma Plant Jakarta. 2. Diketahuinya karakteristik Tim pemadam kebakaran, yang meliputi : usia, tingkat pendidikan, pengetahuan dan masa kerja mengenai upaya pemadaman kebakaran. 3. Diketahuinya kelengkapan sarana penanggulangan bahaya kebakaran seperti : detektor asap, alarm kebakaran, APAR, Hydrant, rute evakuasi, pintu darurat, dan tempat berhimpun di PT. Kimia Farma Plant Jakarta.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penulisan ini dibatasi pada sistem manajemen penanggulangan kebakaran yang meliputi : kebijakan/prosedur penangulanggan kebakaran berupa pembentukan tim penanggulangan kebakaran, pelatihan penangulanggan kebakaran dan inspeksi sarana serta rencana tindak darurat kebakaran. Sarana penangulanggan bahaya kebakaran meliputi : sistem pendeteksian dan peringatan, alat pemadam kebakaran, sarana penyelamat jiwa dan alat bantu evakuasi di PT. Kimia Farma Plant Jakarta.

1.5 Manfaat Penelitian

Penulisan ini berharap dapat mendatangkan manfaat bagi pihak perusahaan yang terlibat, Institusi pendidikan dan penulis. Adapun manfaat yang

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

diperoleh yaitu :

1.5.1 Pihak Perusahaan

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan data berharga guna mewujudkan sistem manajemen penanggulangan kebakaran dan penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi pada pekerja sehingga sistem manajemen penanggulangan kebakaran dapat berjalan tepat guna.

1.5.2 Institusi Pendidikan

Penelitian ini sebagai tambahan referensi tentang manajemen penanggulangan kebakaran di industri.

1.5.3 Penulis

Untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian di bidang manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman tentang isi karya tulis ilmiah ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :  BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini penulis menguraikan secara singkat latar belakang, permasalahan,

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

tujuan, ruang lingkup, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang meliputi : pengertian kebakaran, klasifikasi kebakaran, penanggulangan kebakaran, manajemen penaggulangan kebakaran, sarana penaggulangan kebakaran dan sarana penyelamatan jiwa.  BAB 3 GAMBARAN UMUM Pada bab ini dikemukakan gambaran umum yang meliputi : sejarah perusahaan,motto, fungsi dan tujuan perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi, dan proses kerja atau produksi.  BAB 4 KERANGKA KONSEP Pada bab ini berisikan kerangka teori, kerangka konsep dan definisi operasional.  BAB 5 METODE PENELITIAN Dalam bab ini penulis menguraikan jenis, lokasi, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan, pengolahan dan analisis data  BAB 6 RENCANA PENYAJIAN DATA Dalam bab ini berisikan rencana tabel tunggal dalam penyajian data.  BAB 7 JADWAL, ORGANISASI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA Dalam bab ini berisiskan jadwal penelitian, organisasi tim penelitian dan rencana anggaran biaya penelitian.  BAB 8 PENUTUP

BAB 2

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Api dan Kebakaran 2.1.1 Teori tentang api Pengertian nyala api menurut Direktorat pengawasan keselamatan kerja (2001:16) adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar. Gejala lainnya yang dapat diamati adalah bila suatu bahan terbakar maka akan mengalami perubahan baik bentuk fisik maupun sifat kimianya. Unsur pokok terjadinya api dalam teori klasik segi tiga api (Triangel of fire) menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu adanya unsur bahan yang dapat dibakar (fuel), oksigen (O ) yang cukup dari udara dan panas yang cukup. Apabila salah satu unsur dari segitiga tersebut tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Sumber O Fire Nyala

2.1.2 Pengertian tentang kebakaran

Kebakaran adalah reaksi kimia yang berlangsung cepat serta memancarkan panas dan sinar. Reaksi kimia yang timbul termasuk jenis reaksi oksidasi. Menurut Direktorat pengawasan keselamatan kerja Ditjen pembinaan pengawasan ketenagakerjaan, 2001:8) Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki, boleh jadi api itu kecil tetapi tidak dikehendaki adalah termasuk kebakaran

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

Sedangkan menurut Depertemen Tenaga Kerja dalam bukunya yang berjudul Training Material K3 bidang penanggulangan kebakaran (1997) menyatakan bahwa, kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Bahan bakar dapat berupa bahan padat, cair atau uap/gas akan tetapi bahan bakar yang terbentuk uap dan cairan biasanya lebih mudah menyala.

2.1.3 Penyebab terjadinya kebakaran

Pada umumnya penyebab kebakaran bersumber pada 3 (tiga) faktor yaitu : A. Faktor manusia Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain : 1. Pekerja a. Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan kebakaran. b. Menempatkan barang atau menyusun barang yang mungkin terbakar tanpa menghiraukan norma – norma pencegahan kebakaran. c. Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan, melebihi kapasitas yang telah ditentukan. d. Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin. e. Adanya unsur – unsur kesengajaan. 2. Pengelola a. Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja. b. Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja. c. Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik, terutama kegiatan dalam bidang kegiatan penentuan bahaya, penerangan bahaya dan

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

lain – lain. d. Tidak adanya standar atau kode yamg dapat diandalkan atau penerapannya tidak tegas, terutama yang menyangkut bagian kritis peralatan. e. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran yang tidak diawasi secara baik. B. Faktor teknis sebagai penyebab kebakaran dan peledakan 1. Proses fisik/mekanis Yaitu dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api akibat pengetesan benda – benda maupun adanya api terbuka, misalnya pekerjaan perbaikan dengan menggunakan mesin las. 2. Proses kimia Yaitu dapat terjadi kebakaran pada waktu pengangkutan bahan – bahan kimia berbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa memperhatikan petunjuk – petunjuk yang ada. 3. Tegangan listrik Banyak titik kelemahan pada instalasi listrik yang dapat mendorong terjadinya kebakaran yaitu karena hubungan pendek yang menimbulkan panas dan bunga api yang dapat menyalakan dan membakar komponen lain. C. Faktor Alam Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor alam adalah : Petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran hutan yang luas dan juga perumahan – perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain – lain.

Penyebab terjadinya kebakaran kebakaran di industri Jika diatas disebutkan beberapa penyebab kebakaran di industri, dapat

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

terjadi kerena beberapa hal : 1. Nyala api atau sumber api Sumber api bebas, percikan api, maupun putung rokok yang dapat menyebabkan kebakaran jika terjadi kontak dengan bahan – bahan yang mudah terbakar. 2. Gangguan aliran listrik ILO (1992) menyatakan bahwa gangguan listrik merupakan penyebab utama kebakaran dalam industri. 3. Ledakan cairan atau uap yang bertemperatur dan bertekanan tinggi. 4. Ledakan atau kebocoran unsur kimia. Secara lebih lengkap, sebuah analisis terhadap 25.000 kebakaran yang dilaporkan ke badan bantuan teknik pabrik (Factory Manual Engineering Coorporation) diketahui beberapa penyebab umum pada kebakaran di

NO PENYEBAB PROSENTASE (%) 1 Gangguan listrik 23 2 Merokok 18 3 Gesekan oleh mesin yang menimbulkan panas yang terlalu tinggi 10 4 Bahan yang terlalu panas 8 5 Permukaan panas 7 6 Nyala pembakar/ brander 7 7 Letikan api 5 8 Perapian spontan 4 9 Pengelasan atau pemotongan 4 10 Letikan mekanis 2 11 Lelehan bahan 2

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

12 Reaksi kimia 1 13 Petir 1 14 Sebab lain 1 Sumber : (Dalam Skripsi Muhammad Asep Ramdan, 2000)

2.1.4 Klasifikasi kebakaran

Klasifikasi kebakaran ialah penggolongan atau pembagian kebakaran berdasarkan jenis bahayanya, dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih mudah, cepat dan lebih tepat dalam pemilihan media pemadam yang digunakan untuk memadamkan kebakaran. Dengan mengacu pada standar (Depnaker, Traning Material K3 bidang penanggulangan kebakaran :1997:14). Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2004:24) terdapt dua versi standar klasifikasi jenis kebakaran yang sedikit agak berbeda. Klasifikasi jenis kebakaran menurut standar inggris yaitu LPC (Loss Prevention Committee) menetapkan klasifikasi kebakaran dibagi dalam dua klas A, B, C, D, E sedangkan Standar Amerika yaitu NFPA (National Fire Prevention Assosiation), menetapkan klasifikasi kebakaran menjadi klas A, B, C, D pengklasifikasian menurut jenis material yang terbakar

STANDAR AMERIKA (NFPA) STANDAR INGGRIS (LPC) KELAS JENIS KEBAKARAN KELAS JENIS KEBAKARAN A Bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas, tekstil, plastik dan sejenisnya B Bahan cair dan gas, seperti bensin, solar, minyak tanah, aspal, gemuk alkohol gas alam, gas LPG dan sejenisnya

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

C Peralatan listrik yang bertegangan,bahan gas, seperti gas alam, gas LPG D Bahan logam, seperti Magnesium, aluminium, kalsiun dan lain – lain E Peralatan listrik yang bertegangan

Sumber : Departemen tenaga kerja dan transmigrasi RI, 2001

Sedangkan Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No.Per.04/MEN/1980 yang pembagiannya adalah sebagai berikut : a. Kelas A : Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya, kebakaran kelas A ini akibat panas yang datang dari luar, molekul – molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas lainlah yang terbakar, hal kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya mengurai lebih banyak molekul –molekul dan menimbulkan gas akan terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.

b. Kelas B : Seperti bahan cairan dan gas tak dapat terbakar dengan sendirinya diatas cairan pada umunya terdapat gas, dan gas ini yang dapat terbakar. Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan meninbulkan kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat lain.

c. Kelas C : Kebanyakkan pada peralatan listrik yang bertegangan, yang mana sebenarnya kelas C ini tidak lain kebakaran kelas A dan kelas B

Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran (SOP) studi kasus di PT. Kimia Farma Plant Jakarta

atau kombinasi dimana ada aliran listrik. Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam yaitu tidak menghantar listrik untuk melindungi orang yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik.

d. Kelas D : Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium, sodium. Lithium, dan potassium. Pada kebakaran jenis ini perlu dengan alat atau media khusus untuk memadamkannya.

2.1.5 Aspek bahaya dan akibat dari kebakaran

Peristiwa kebakaran adalah kejadian yang sangat merugikan bagi manusia secara individual, kelompok sosial, maupun negara. Secara keseluruhan kerugian dapat berupa korban manusia, kerugian harta benda ekonomi maupun dampak sosial. (Depertemen Tenaga Kerja, 1997). Peristiwa kebakaran yang terjadi dapat menimbulkan beberapa bahaya, antara lain : 1. Bahaya radiasi panas Pada saat terjadi kebakaran, panas yang ditimbulkannya merambat dengan cara radiasi, sehingga benda – benda sekelilingnya menjadi panas, akibatnya benda tersebut akan menyala jika titik nyalanya terlampaui. Untuk menghindari hal tersebut, upaya pendinginan harus dilak...


Similar Free PDFs