MAKALAH MANAJEMEN LIKUIDITAS PDF

Title MAKALAH MANAJEMEN LIKUIDITAS
Author Hilda Uni
Pages 19
File Size 186.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 286
Total Views 417

Summary

MAKALAH MANAJEMEN LIKUIDITAS Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bank Syariah Dosen Pengampu : Ayuk Wahdanfiari Adibah, M.Sy Disusun oleh : Elok Durrotul Hikmah (12401183009) Hilda Uni Matul Kibtiyah (12401183041) JURUSAN PERBANKAN SYARIAH (5-A) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAM...


Description

MAKALAH MANAJEMEN LIKUIDITAS Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bank Syariah Dosen Pengampu : Ayuk Wahdanfiari Adibah, M.Sy

Disusun oleh : Elok Durrotul Hikmah

(12401183009)

Hilda Uni Matul Kibtiyah

(12401183041)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH (5-A) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG SEPTEMBER 2020

DAFTAR ISI COVER

i

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

1

C. Tujuan

2

BAB II PEMBAHASAN

3

Pengertian Likuiditas

3

Ciri -Ciri Bank Syariah Yang Memiliki Likuiditas Sehat

4

Tujuan Manajemen Likuiditas

5

Pengelolaan Likuiditas Dalam Bank Syariah

5

Strategi Pengelolaan Likuiditas

6

Instrumen Manajemen Likuiditas Bank Syariah

8

Masalah Manajemen Likuiditas Bank Syariah

10

BAB III PENUTUP

14

Kesimpulan

14

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

17

ii

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang Secara umum tugas utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Kemudian dana yang telah terkumpul tersebut disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit), serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Untuk bisa menghimpun dana dari masyarakat, maka bank memiliki keharusan untuk meyakinkan nasabah bahwa uang yang mereka titipkan dijamin keamanannya. Dengan demikian, agar bisa memberikan keamanan kepada para nasabah, maka bank tersebut haruslah likuid. Kajian mengenai likuiditas di dunia perbankan, merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan, baik itu oleh pihak perbankan, praktisi keuangan, ataupun pihak-pihak ketiga yang berencana menitipkan dananya di bank. likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi bentuk tunai (cash), sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio liabilitas. (Siamat Dahlan, 2003: 102) Pentingnya penilaian atas likuiditas suatu bank, merupakan salah satu cara untuk bisa menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Salah satu penyebab kebangkrutan suatu bank adalah karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Oleh karena itu, likuiditas yang tersedia harus cukup sehingga tidak mengganggu kebutuhan operasional.

B.

Rumusan Masalah 1. Apa pengertian pengertian likuiditas? 2. Apa saja ciri -ciri bank syariah yang memiliki likuiditas sehat? 3. Apa tujuan manajemen likuiditas? 4. Bagaimana pengelolaan likuiditas dalam bank syariah? 5. Bagaimana strategi pengelolaan likuiditas? 1

6. Apa saja instrumen manajemen likuiditas bank syari’ah? 7. Apa saja masalah manajemen likuiditas bank syariah? C.

Tujuan 1. Memahami Pengertian Likuiditas 2. Mengetahui Ciri -Ciri Bank Syariah Yang Memiliki Likuiditas Sehat 3. Memahami Tujuan Manajemen Likuiditas 4. Memahami Pengelolaan Likuiditas Dalam Bank Syariah 5. Memahami Strategi Pengelolaan Likuiditas 6. Memahami Instrumen Manajemen Likuiditas Bank Syari’ah 7. Memahami Masalah Manajemen Likuiditas Bank Syariah

2

BAB II PEMBAHASAN A.

PENGERTIAN LIKUIDITAS Dalam terminologi keuangan dan perbankan terdapat banyak pengertian

mengenai likuiditas, beberapa diantaranya dapat disebutkan sebagai berikut adalah kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito/simpanan oleh deposan/ definisi ini, suatu bank dikatakan likuid apabila dapat memenuhi kewajiban penarikan uang dari pada penitip dana maupun dari para peminjam /debitur bank untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan para debitur. Pengertian likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi bentuk tunai (cash), sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio liabilitas.1 Manajemen Likuiditas Bank adalah suatu proses pengendalian dari alat-alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban bank yang segera harus dibayar.2 Manajemen likuiditas adalah menegelola bagaimana bank dapat memenuhi baik kewajiban yang sekarang maupun kewajiban yang akan datang bila terjadi penarikan atau pelunasan asset liability yang sesuai dengan perjanjian atau yang belum diperjanjikan.3 Suatu bank syari’ah dikatakan likuid apabila:4 1. Dapat memelihara GWM di Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1

Dahlan Siamat, 2003, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. Hlm. 102

2

Muchdarsyah Sinungan. 1992. Manajemen Bank Dana. Jakarta : Bumi Aksara. Hlm. 75. Muhammad, 2004, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonesia. Hlm. 66. 4 Muhammad, 2004, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonesia. 3

3

2. Dapat memelihara Giro di Bank Koresponden. Giro di Bank Koresponden adalah rekening yang dipelihara di Bank Koresponden yang besarnya ditetapkan berdasarkan Saldo Minimum. 3. Dapat

memelihara

sejumlah

kas

secukupnya

untuk

memenuhi

pengambilan uang tunai B.

CIRI -CIRI BANK SYARIAH YANG MEMILIKI LIKUIDITAS SEHAT Dengan melakukan manajemen likuiditas maka Bank akan dapat memelihara

likuiditas yang dianggap sehat dengan ciri-ciri sebagai berikut5: 1. Memiliki sejumlah alat likuid, cash asset (uang kas, rekening pada bank sentral dan bank lainnya) setara dengan kebutuhan likuiditas yang diperkirakan, 2. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, tetapi memiliki surat-surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas, tanpa harus mengalami kerugian baik sebelum atau sesudah jatuh tempo, 3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan uang, misalnya dengan menjual surat berharga dengan repurchase agreement. 4. Memenuhi ratio pengukuran likuiditas yang sehat yaitu : a. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga: 1) Merupakan ukuran untuk menilai kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas akibat penarikan dana oleh pihak ketiga dengan menggunakan alat likuid bank yang tersedia, 2) Alat likuid bank terdiri atas uang kas, saldo giro pada bank sentral dan bank koresponden 3) Semakin besar rasio ini semakin besar kemampuan bank memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tetapi disisi lain mengidentifikasikan semakin besarnya idle money.

5

Nurul Ichsan, “Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah”, Al-Iqtishad, Vol. 6 No. 1, 2014, hlm. 96.

4

b. Rasio pembiayaan terhadap total dana pihak ketiga (FDR) 1) Finance

to

deposit

ratio

(FDR),

yang

menggambarkan

perbandingan pembiayaan yang disalurkan dengan jumlah DPK yang disalurkan, 2) Ratio ini harus dipelihara pada posisi tertentu yaitu 75-100%. Jika ratio di bawah 75% maka bank dalam kondisi kelebihan likuididitas, dan jika ratio diatas 100% maka bank dalam kondisi kurang likuid, 3) Menurut kriteria Bank Indonesia, ratio sebesar 115% keatas nilai kesehatan likuiditas bank adalah nol C.

TUJUAN MANAJEMEN LIKUIDITAS

1. Mencapai cadangan yang dibutuhkan yang telah ditetapkan oleh bank sentral karena kalu tidak dipenuihi akan kena pinalti dari Bank sentral. 2. Memperkecil dana yang menganggur karena kalau banyak dana yang menganggur akan mengurangi profitabilitas bank. 3. Mencapai likuiditas yang aman untuk menjaga proyeksi cashflow dalam kondisi yang sangat mendesak misalnya penarikan dana oleh nasabah, pengambilan pinjaman.6 Sedangkan menurut Leon dan Ericson tujuan manajemen likuiditas adalah7: 1. Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang ditentukan oleh otoritas moneter yaitu Bank Indonesia. 2. Mengelola alat alat likuid agar selalu memenuhi semua kebutuhan arus kas termasuk kebutuhan yang tidak diperkirakan, misalnya penarikan yang tiba-tiba terhadap sejumlah giro atau deposito berjangka yang belum jatuh tempo. 3. Meminimalkan idle fund (dana yang menganggur). 4. Menjaga posisi likuiditas dan proyeksi arus kas agar selalu dalam posisi aman terutama dalam tingkat bunga berfluktuatif.

6

Bambang Djinarto, Banking asset liability management, ( Jakara : Gramedia Pustak utamat ), 2000, hlm. 3-4. 7 Nurul Ichsan, “Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah”, Al-Iqtishad, Vol. 6 No. 1, 2014, hlm. 86-87.

5

D.

PENGELOLAAN LIKUIDITAS DALAM BANK SYARIAH

Baik bank konvensional maupun bank syariah wajib mengelola likuiditasnya, karena pengelolaan likuditas tersebut diperlukan untuk memenuhi kewajiban bank terutama kewajiban jangka pendek. Namun demikian terdapat beberapa kendala dalam pengelolaan likuiditas dalam Bank dengan berbasis Syariah (bank Islam) apabila dibandingkan dengan bank konvensional, mengingat bank dengan berbasis syariah, produk-produknya masih dibilang baru, seiring dengan usia berkembangnya bank syariah. Adapun kendala-kendala tersebut antara lain yaitu: a. Kurangnya akses untuk memperoleh pendanaan jangka pendek. b. Kurangnya akses ke pasar uang sehingga bank syariah hanya dapat memelihara likuiditas dalam bentuk kas. c. Kendala operasional, kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien, sebagai contoh tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas danadana yang diterimanya, kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan sehingga berakibat bank-bank Islam menahan alat likuidnya dalam jumlah besar dibandingkan dengan rata-rata perbankan konvensional. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, ada beberapa pilihan yang kebanyakan dilakukan oleh pengelola bank-bank Islam yang bersifat darurat yaitu: a. Mengupayakan dana di pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan berbagai instrumen pasar uang yang tersedia di pasar uang tersebut. b. Mengambil bunga dan menggunakannya untuk tujuan sosial berdasarkan fatwa. c. Menginvestasikan dalam bentuk emas dan atau logam mulia lainnya secara tunai dengan kontrak berjangka. d. Menyimpan dananya di bank konvensional tanpa menerima bunga sebagai imbangan dari servis yang diperolehnya. 8

8

Elfadhli, Manajemen Likuiditas Perbankan Syariah, JURIS Volume 11, Nomor 1 (Juni 2012), hal 55

6

E.

STRATEGI PENGELOLAAN LIKUIDITAS

Didalam memelihara likuiditas maka faktor ekstern harus diperhatikan dan diantisipasi. Harus disadari bahwa perbankan syariah adalah industri yang masih dalam tahap permulaan sehingga belum mampu menjadi pemimpin dalam industri perbankan khususnya di Indonesia. Berdasarkan kenyataan tersebut maka di dalam issue likuiditas ini, disamping bersaing dengan sesama bank syariah, persaingan juga terjadi dengan bank konvensional yang sudah mapan. Untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah likuiditas dikaitkan dengan upaya pengembangan bank syariah, tuntutan deposan, profesionalitas, tingkat profitabilitas dan kepatuhan terhadap

sistem syariah, bank

syariah harus melakukan hal-hal berikut ini: a. Menggiatkan pendidikan dan sosialisasi bank Islam khususnya menjelaskan tentang aspek-aspek ekonomi dan sistem nilai keislaman kepada masyarakat. Diharapkan dengan cara ini akan memberikan dampak positif berikut: 1) Deposan/investor baru akan datang mendeposit dananya ke bank Islam. 2) Peningkatan dana baru yang masuk akan meningkatkan kemampuan ekspansi bisnis Bank Islam dan suatu saat diharapkan mampu mewarnai industri perbankan. 3) Deposan tidak terpengaruh dengan Return tinggi yang tidak halal yang ditawarkan oleh Lembaga keuangan konvensional. b. Terus memperbaiki dan meningkatkan kinerja bank Islam. Mengintensifkan dan fokus pada equity based financing dari pada debt based financing akan menyebabkan meningkatnya profit jangka pendek dan panjang. Saat ini terbuka kesempatan untuk menyalurkan equity based financing seperti joint financing untuk membiayai proyek-proyek pemerintah dan swasta, membeli sukuk pemerintah atau corporate,dll. Menawarkan return tinggi dan kompetitif adalah salah satu cara memelihara loyalitas segmen deposan rasional juga untuk menarik deposan baru. c. Memperkuat koordinasi, komunikasi dan pengertian dengan deposan/investor dan patner bisnis. Terkait dengan pendekatan syariah terhadap risiko likuiditas, proses mobilisasi dana dan proses penyaluran dana menyangkut tiga komponen penting yaitu: 1) Tingkah laku masyarakat karena operasional bank syariah

7

didasarkan pada amanah dan berbagi risiko dengan patner bisnis. 2) Harmonisasi asset dan liability. 3) Pengukuran dan monitoring dana. d. Mengidentifikasi berapa banyak deposan rational yang dimiliki bank. Salah satu cara untuk mengidentifikasi rational deposan adalah dengan mengamati berapa banyak dari mereka yang menarik dananya dan memindahkan ke Bank Konvensional ketika tingkat suku bunga dari bank konvensional lebih tinggi dari return yang dihasilkan oleh bank Islam e. Membentuk satuan tugas atau team khusus untuk memonitor, mengevaluasi dan mendeteksi kemungkinan terjadinya kesulitan likuiditas yang akan menimpa bank. Hal pertama yang harus dilakukan adalah meneliti aliran dana untuk mengantisipasi mismatch asset likuiditas, menetapkan kebijakan internal mengenai ukuran default dari partner bisnis, mendesain strategi menghadapi masalah likuiditas sekaligus struktur birokrasi pengambilan keputusan didalam memenuhi kebutuhan likuiditas yang mendesak. f. Menyiapkan kas dan cadangan likuiditas untuk kondisi tertentu. Bank membutuhkan likuiditas untuk transaksi reguler maupun irreguler. Transaksi reguler adalah operasional sehari-hari, sementara transaksi irreguler terdiri dari 2 hal; 1) Irreguler tetapi dapat diprediksi, 2) Irreguler dan tidak dapat diprediksi. Kebutuhan likuiditas irreguler yang dapat diprediksi diantaranya adalah kewajiban menyediakan dana untuk kebutuhan keuangan untuk operasional pemerintah yang biasanya sangat besar. Tetapi kebutuhan likuiditas irreguler adalah penarikan yang tiba-tiba oleh deposan dalam jumlah besar yang disebabkan keadaan tertentu. Mendisain portofolio bank termasuk instrumen yang likuid. Likuid instrumen tersebut siap setiap saat untuk dicairkan kapanpun dibutuhkan. Alternatif lain adalah dengan mencari likuiditas dari pasar uang syariah atau didalam keadaan yang sangat mendesak bank dapat memohon bantuan likuiditas dari bank sentral. (Rifki Ismal, 2010. Islamic Banking Characteristics, Economic Condition and Liquidity Risk Problem Indonesia Case: 2001 † 2007, akses: 03 April 2010).

8

F.

INSTRUMEN MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK SYARI’AH

Ada instrumen-instrumen likuiditas yang dapat dijalankan bank syari’ah dalam rangka memenuhi kewajiban likuiditas, yaitu : Giro Wajib Minimum (GWM), Kliring dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), penjelasan ketiga hal ini sebagai berikut: 1. Giro Wajib Minimum (GWM). Giro Wajib Minimum adalah simpanan minimum bank umum dalam giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan olah BI berdasarkan persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Perhitungan ini berlaku baik untuk GWM dalam rupiah maupun valuta asing. 2. Kliring, adalah sarana perhitungan utang-piutang antar bank dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang guna memperlancar lalu lintas pembayaran yang terdiri dari pengiriman uang, inkaso, dan pembukaan letter of credit. Ketentuan mengenai kliring yang berlaku bagi bank umum konvensional berlaku pula bagi bank umum yng berdasarkan prinsip syariah, dengan beberapa perbedaan dan tambahan. Ketentuan yang berlaku bagi bank berdasarkan prinsip syariah antara lain meliputi ukuran besarnya sanksi pelanggaran saldo giro negatif dan tatacara pengenaan sanksi untuk bank-bank bersaldo negatif. 3. BLBI. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah skema bantuan (pinjaman) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas pada saat terjadinya krisis moneter 1998 di Indonesia. Skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pada bulan Desember 1998, BI telah menyalurkan BLBI sebesar Rp 147,7 triliun kepada 48 bank. Selain instrumen diatas juga ada Instrumen yang saat ini tersedia untuk melakukan manajemen likuiditas bank syariah melalui pasar uang antarbank syariah, antara lain yaitu: 1) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah : menggunakan akad Jua’alah, satuan unit sebesar Rp.1.000.000,-, berjangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12

9

bulan, diterbitkan tanpa warkat (scripless), dapat digunakan kepada Bank Indonesia, dan tidak dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder Akad Jua’alah adalah janji atau komitmen (iltijam) untuk memberikan imbalan tertentu (iwadh/ ju’l) atas pencapaian hasil (Natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Dalam hal ini Bank Indonesia menegaskan pada bank-bank Syariah “carikan dana sejumlah sekian untuk jangka waktu sekian lama bila berhasil maka akan aku beri imbalan atas keberhasilan itu”. G. MASALAH MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK SYARIAH Kendala operasional yang dihadapi oleh perbankan syariah adalah kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien, hal itu terlihat pada beberapa gejala, antara lain: 1. Tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana dana yang diterimanya. Dana dana tersebut terakumulasi dan menganggur untuk beberapa hari sehingga mengurangi rata rata pendapatan mereka. 2. Kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan, pada saat ada penarikan dana dalam situasi kritis. Akibatnya bank bank syariah menahan alat likuidnya dalam jumlah yang lebih besar daripada rata rata perbankan konvensional. Pada umumnya bank syariah mengalami dua macam kendala bila dibandingkan dengan bank konvensional, yaitu: kurangnya akses untuk memperoleh pendanaan jangka pendek, khususnya dari BI sebagai bank sentral, dan kurangnya akses ke pasar uang sehingga bank syariah hanya dapat memelihara likuiditas dalam bentuk kas. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, ada beberapa pilihan yang kebanyakan dilakuan oleh pengelola bank-bank syariah yang bersifat darurat yaitu: menolak mengambil bunga, mengambil uang dan menggunakannnya untuk tujuan sosial yang berdasarkan fatwa, menginvestasikan dalam bentuk emas dan atau logam mulia lainnya secara tunai dengan kontrak berjangka, dan membiarkan diri kehilangan kesempatan di pasar uang dan menyimpan dananya di bank konvensional tanpa menerima bunga sebagai imbangan dari servis yang diperolehnya. Melakukan analisis perencanaan likuiditas bank syari’ah adalah

mengidentifikasi

kebutuhan

utama

10

terhadap

likuiditas

kemudian

membandingkan kebutuhan tersebut dengan jumlah aktiva lancar yang dimiliki bank pada saat itu. Analisis ini dilakukan dengan 3 tahap sebagai berikut: 1. Tahap pertama : Klasifikasikan sumber-sumber dana utama bank berdasarkan tingkat kecepatan berputarnya. Kelompokkan dana yang sifatnya stabil atau tetap dan dana yang berfluktuasi. Estimasikan persentase pada masing-masing kelompok pada dana tersebut dilihat dari waktu penarikannya, maka terdapat dua jenis dana yaitu dana yang dapat ditarik sewaktu-waktu meliputi tabungan dan giro wadi...


Similar Free PDFs