Makalah Pengambilan Keputusan PDF

Title Makalah Pengambilan Keputusan
Author Feby Yutikaanshori
Pages 9
File Size 1.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 363
Total Views 669

Summary

MAKALAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM FILM KUPU-KUPU SIANG Tugas UAS Mata Kuliah Pengelolaan Organisasi Dan Sumber Daya Manusia PENDAHULUAN Setiap individu atau kelompok dalam suatu organisasi akan menghadapi situasi di mana ada beberapa pilihan yang harus dipilih salah satu. Baik individu maupun kelo...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Makalah Pengambilan Keputusan feby yutikaanshori

Related papers Akunt ansi Keprilakuan Anik.pdf anik yuest i PENGANTAR MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM imam machali PERILAKU ORGANISASI Ashar Ramadhan

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

MAKALAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM FILM KUPU-KUPU SIANG Tugas UAS Mata Kuliah Pengelolaan Organisasi Dan Sumber Daya Manusia

PENDAHULUAN

Setiap individu atau kelompok dalam suatu organisasi akan menghadapi situasi di mana ada beberapa pilihan yang harus dipilih salah satu. Baik individu maupun kelompok keduanya berhak untuk mengambil atau membuat keputusan yang terbaik bagi mereka berdasarkan berbagai macam pilihan. Pengambilan keputusan bukan hanya sebatas wewenang seorang pimpinan saja, melainkan karyawan nonmanajerial juga berhak untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan atau organisasi tempat di mana ia bekerja. Seperti pengambilan keputusan untuk memilih pekerjaan mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu, mengikuti atau menolak permintaan atasan, atau mengambil keputusan apakah masuk kerja atau tidak. Jadi, semua individu dalam sebuah organisasi memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan terdapat dua atau lebih alternatif pilihan, alternatif pilihan biasanya ada apabila dalam pengambilan keputusan di awal kurang tepat atau tidak sesuai dengan tujuan. Oleh karena itu, adanya alternatif pilihan dalam pengambilan keputusan sangat diperlukan untuk mengatisipasi terjadinya kesalahan dan konsekuensinya sangat menentukan di masa selanjutnya. Pengambilan keputusan diterapkan untuk mengatasi konflik atas berbagai macam pilihan dalam mencapai tujuan. Banyaknya pilihan yang ada menuntut individu yang menghadapinya harus lebih selektif dan cermat untuk memilah-milah pilihan mana yang tepat sebagai keputusan yang akan diambil. Film berjudul Kupu-Kupu Siang yang diproduksi oleh kelompok 1 kelas Psikologi E 2014 yaitu Accuracy Event Organizer dengan tema motivasi kerja. Dalam film tersebut, terdapat banyak teori-teori yang mendukung motivasi kerja, salah satunya adalah pengambilan keputusan. Kasus pengambilan keputusan yang terdapat dalam film ini digambarkan dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh salah satu karyawan perusahaan, ia mengambil keputusan dengan memilih untuk mengkuti perintah atasan meskipun perintah atasan tersebut menyulitkannya. Namun, disini ia tidak dapat menolak permintaan atasan dikarenakan ia merasa bahwa perintah atasan harus dihormati dan diikuti. Oleh karena itu, makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana sebuah keputusan itu terjadi, dan bagaimana proses pengambilan keputusan yang baik.

1 – Accuracy Event Organizer {Kelompok 1} Oleh : Feby Yutika Anshori 201410230311271 Psikologi E 2014

ISI KAJIAN TEORI

Pengambilan Keputusan Keputusan adalah indakan penentuan suatu pendapat atau pilihan diantara sekian banyak alternatif. Sehingga membuat keputusan itu adalah mengambil atau memilih alternatif, oleh Ardana, Mujiati, & Sriathi (2009, dalam Usman , 2013). Pengambilan keputusan adalah proses memilih sejumlah alternatif. Pengambilan keputusan penting bagi menajer administrator karena proses pengambilan keputusan mempunyai peran penting dalam memotivasi, kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi (Usman , 2013). Mengambil keputusan ialah memilihalternatif dari dua atau beberapa alternatif yang ada untuk menentukan arah tujuan yang ingiin dicapai. Alternatif-alternatif tersebut dapat berupa suatu kondisi fisik, atau uasah-uasaha yang kreatif, atau tempat menghimpun pemikiran, perasaan dan pengetahuan untuk melaksanakan sauatu tindakan (Terry, 2012). Pengambilan keputusan adalah proses di mana orang harus memilih antar berbagai macam kelompok tindakan-tindakan alternatif. Proses pengambilan keputusan berkaitan dengan salah satau keterampilan manajerial esensial diungkapkan oleh Winardi (2004, dalam Usman , 2013). Menurut Sumaryanto (2011, dalam Terry, 2012) menyatakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan guna membuat keputusan-keputusan, dibutuhkan beberapa bekal untuk melakukan hal tersebut. Pertama, dibutuhkan kemampuan nalar atau pertimbangan yang masak agar setelah meneliti semua faktor yang berhubungan dengan suatu masalah dan segenap alternatif pemecahannya, mampu menetapkan suatu pemecahan terbaik yang dapat dilaksanakan dengan lancar dan juga dituntut untuk memiliki wawasan yang jauh kedepan agar dapat mengantisipasi dan merencanakan aksi dan reaksi yang akan muncul akibat reaksi tersebut. Kedua, harus mempunyai sifat tegas yang diperlukan untuk membuat keputusan terbaik pada waktu yang tepat, dan mengumumkannya juga pada waktu dan tempat yang tepat sehingga akan diperoleh hasil-hasil sesuai yang diharapkan.

Proses Pengambilan Keputusan Moerika (2008, dalam Terry, 2012) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan pencarian informasi, penilaian pertimbangan yang diikuti dengan proses penyesuaian diri terhadap dampak dari keputusan tersebut, dan pemahaman terhadap tujuan yang mendasari keputusan tersebut. Proses pengambilan keputusan terdiri dari beberapa langkah. (Usman, 2013; Terry, 2012; Hartman & Desjardins, 2011) menjelaskan langkah-langkah dalam pengambilan keputusan, antara lain: Identifikasi Masalah, masalah yang dapat terlihat jelas cenderung memiliki peluang lebih tinggi untuk diseleksi dari pada masalah yang penting. Karena kita 2 – Accuracy Event Organizer {Kelompok 1} Oleh : Feby Yutika Anshori 201410230311271 Psikologi E 2014

dapat menawarkan paling sedikit dua alasan. Pertama, lebih mudah mengenali masalah-masalah yang terlihat. Masalah yang terlihat lebih mungkin untuk menarik perhatian untuk mengambil keputusan. Kedua, Para pengambil keputusan ingin terlihat kompeten dan berada di puncak masalah. Keinginan ini dapat memotivasi untuk fokus pada masalah-masalah yang tampak bagi orang lain. Langkah ini sangat penting untuk secara tepat ditelaah. Dari identifikasi ini dapat diketahui pokok permasalahannya. Keliru dalam mengidentifikasi masalah atau konflik tersebut akan berakibat kekeliruan pula dalam menentukan cara untuk mengatasinya. Mencari Alternatif Pilihan, beberapa alternatif dalam memecahkan masalah perlu dirumuskan dalam rangka mencari pemecahan yang terbaik diantara berbagi pilihan alternatif. Setelah mendapat pemahaman yang baik terhadap masalah yang dihadapi, individu biasanya memikirkan kembali tindakan yang bisa ia lakukan. Namun, saat tindakannya tersebut dianggap tidak tepat lagi, individu mulai memusatkan perhatian pada beberapa alternatif pilihan, individu akan mencari informasi atau mencari masukan dari pihak lain yang dianggapnya lebih kompeten dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Mempertimbangkan Alternatif Pilihan, individu mulai mempertimbangkan keuntungan dan kerugian pada setiap alternatif pilihan. Pertimbangan akan resiko juga menjadi dasar perbandingan dari tiap alternatif pilihan. Biasanya individu akan memperhatikan informasi lain yang mungkin terlewat, sehingga tidak jarang individu mengalami kebimbangan pada tahap ini. Pembuatan Pilihan untuk menghindari informasi yang terlalu banyak, para pengambil keputusan menyandarkan pada heuristik atau jalan pintas penilaian, dalam pengambilan keputusan. Setelah individu mendapatkan solusi dan tindakan yang tepat bagi masalahnya, ia mulai merealisasikan keputusannya dalam kehidupannya. Bias lain yang sering dibuat oleh pangambil keputusan adalah kecenderungan untuk meningkatkan komitmen pada serangkaian tindakan yang gagal. Mempersiapkan Diri Menghadapi Umpan Balik, keputusan individu telah dianggapnya tepat, dan ia yakin akan keputusannya tersebut. Ia pun harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terjadinya umpan balik yang negatif. Dalam pengambilan keputusan, proses yang dilakukan terkadang tidak selalu berurutan. Adapula pengambilan keputusan yang dilakukan secara tidak berurutan. Ada kalanya individu mengambil keputusan dengan proses yang cepat. Dalam hal ini, ia dapat melewati satu atau dua tahap sekaligus.

Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Setiap individu memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang diambil setiap individu pasti memiliki pertimbangan. Hal ini dikarenakan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Adapun faktor yang mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan menurut Usman (2013) adalah sebagai berikut: 3 – Accuracy Event Organizer {Kelompok 1} Oleh : Feby Yutika Anshori 201410230311271 Psikologi E 2014

a. Perbedaan Individu Perbedaan individu dapat mempengaruhi pengambilan keputusan setiap orang. Di mana karakteristik setiap individu yang berbeda-beda sangat menentukan langkah pengambilan keputusan yang akan diambil. Adapun masing-masing individu memiliki gaya pengambilan keputusan serta tingkat pengembangan moral yang berbeda. Kedua hal ini merupakan bagian dari faktor perbedaan indvidu yang mempengaruhi pengambilan keputusan. 1. Gaya Pengambilan Keputusan Model gaya pengambilan keputusan mengidentifikasikan empat perbedaan pendekatan individu dalam pengambilan keputusan. Pertama orang yang menggunakan gaya perintah memiliki toleransi rendah terhadap ketidakjelasan dan mencari rasionalitas. Mereka efisien dan logis, namun perhatian mereka terhadap efisiensi mengakibatkan pengambilan keputusan mereka hanya dengan informasi yang minimal dan hanya menilai sedikit alternatif. Gaya perintah membuat keputusan dengan cepat, dan mereka fokus pada jangka pendek. Kedua, orang yang menggunakan gaya analitis memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ketidakpastian dari pada pengambil keputusan perintah. Mereka menginginkan lebih banyak informasi dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif dari pada tipe perintah. Ketiga, orang dengan gaya konseptual cenderung sangat luas dalam pandangan mereka dan mempertimbangkan banyak alternatif. Fokus mereka adalah jangka panjang, dan mereka sangat baik dalam menemukan solusi kreatif terhadap suatu masalah. Keempat, orang dengan gaya perilaku mencirikan pengambilan keputusan yang bekerja baik dengan orang lain. Mereka memperhatikan pencapaian dari rekan kerja dan bawahan. Mereka mudah menerima saran dari orang lain dan sangat menyandarkan pada pertemuan untuk komunikasi. 2. Tingkat Pengembangan Moral Sebuah badan penelitian memastikan keberadaan tiga tingkatan pengembangan moral. Tingkat pertama adalah prekonvensional, pada tahap ini individu mau mengikuti hanya bila terdapat konsekuensi terhadap pribadinya, seperti hukuman fisik, penghargaan, atau pertukaran hadiah. Kedua, pertimbangan pada tingkat konvensional mengindikasikan bahwa nilai moral terletak pada pemeliharaan aturan konvensional dan ekspektasi orang lain. Ketiga, dalam tingkat prinsipal individu membuat upaya yang jelas untuk mendefinisikan prinsip-prinsip moral terlepas dari otoritas kelompok di mana ia menjadi bagiannya atau dari otoritas masyarakat secara umum. b. Hambatan Organisasi Situasi yang terdapat dalam organisasi terkadang menyulitkan para pengambil keputusan. Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam organisasi yang diungkapkan oleh Robbins (2001, dalam 4 – Accuracy Event Organizer {Kelompok 1} Oleh : Feby Yutika Anshori 201410230311271 Psikologi E 2014

Hartman & Desjardins, 2011). Pertama Evaluasi kerja, hasil evaluasi kerja dapat mempengaruhi seorang atasan dalam mengambil tindakan untuk pengambilan keputusan terhadap bawahannya. Di mana evaluasi kerja ini digunakan sebagai pedoman atasan untuk memberlakukan kebijakan terhadap karyawannya. Kedua adalah Sistem penghargaan, sistem penghargaan organisasi mempengaruhi seorang pengambil keputusan dengan menyarankannya untuk memilih pilihan yang sesuai dengan sistem penghargaan yang ada. Ketiga adalah Sistem penentuan tanggat waktu, organisasi menentukan tenggat waktu dalam pengambilan keputusan. Tenggat waktu atau batas waktu yang ditentukan dapat menimbulakn tekanan pada pengambil keputusan dan sering membuatnya sulit, karena untuk mengumpulkan informasi yang diinginkan harus selesai sebelum waktu membuat suatu keputusan tiba. Keempat adalah Pengaruh keputusan sebelumnya, keputusan yang dibuat pada masa lampau dapat menjadi cermin atau tolak ukur, dan secara terus menerus membayangi seseorang dalam pengambilan keputusan berikutnya. Di mana setiap individu diharapkan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan mengingat keputusan yang sebelumnya dapat menjadi standar bagi pengambil keputusan berikutnya. c. Perbedaan Budaya Latar belakang budaya dari seseorang pengambil keputusan maupun latar belakang dari organisasi tempat di mana sesorang bernaung memiliki pengaruh yang signifikan pada penyeleksian masalah, kedalaman analisis, tingkat pentingnya masalah yang dianggap logis dan rasional. Karena setiap budaya memiliki perbedaan dalam hal orientasi waktu, pentingnya rasionalitas, kepercayaan terhadap kemampuan orang untuk memecahkan masalah, dan prefensi pada pengambilan keputusan kolektif. HASIL PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan dan ditulis dalam makalah ini adalah berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang terdapat dalam jurnal nasional maupun jurnal internasional. Di mana masing-masing dari jurnal tersebut akan dijabarkan mengenai hasil dan pembahasannya sebagai hasil penelitian dalam makalah ini. Pertama, hasil penelitian ini diperoleh dari jurnal nasional yang berjudul Persepsi Pegawai Terhadap Pengambilan Keputusan Oleh Pimpinan pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Agam yang ditulis oleh Litdia Diana dari program studi Administrasi Pendidikan FIP UNP. Dalam jurnal ini pegawai menilai bahwa pimpinan mereka dalam pengambilan keputusan cukup baik. Pengambilan keputusan yang diterapkan oleh pemimpin melalui proses-proses sesuai dengan yang disebutkan pada teori di atas, selain itu dalam pengambilan keputusan pimpinan menerapkan gaya delegasi, yaitu melibatkan perwakilan dari bawahan-bawahannya untuk menyumbangkan masukkannya sebagai bahan alternatif pilihan. 5 – Accuracy Event Organizer {Kelompok 1} Oleh : Feby Yutika Anshori 201410230311271 Psikologi E 2014

Kedua, hasil penelitian diperoleh dari jurnal nasional yang berjudul Hubungan Antara Pengambilan Keputusan dengan Kematangan Emosi dan SelfEfficacy pada Remaja yang ditulis oleh Florence J. Peilouw dan M. Nursalim dari jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Berdasaran jurnal ini proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh kematangan emosi dan self-efficacy pada remaja. Di mana semakin tinggi kematangan emosi, maka semakin tinggi pula pengambilan keputusannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kematangan emosi, maka semakin rendah pengambilan keputusan yang dicapai. Selain itu semakin tinggi self-efficacy remaja, maka semakin tinggi pula pengambilan keputusannya. Sebaliknya, semakin rendah self-efficacy remaja, maka semakin rendah pengambilan keputusan yang dicapai. Ketiga, hasil penelitian diperoleh dari jurnal internasional yang berjudul Strategic Decision Making Under Uncertainty From The Foundations of Creativity, Psychology, and Management Research: An Examination and Synthesis yang ditulis oleh Elisabeth J. Teal, Ph.D. dari North Georgia College & State University. Dalam jurnal ini, seseorang yang melakukan pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh strategi yang berupa daya kreativitasnya, kondisi psikologisnya, manajemen perspektif, dan strategi men-konsep kerangka kerja. Semakin banyak dan baik seseorang memiliki strategi tersebut, maka semakin baik pula pengambilan keputusannya. Bagitu pula sebaliknya, semakin sedikit dan buruk strategi yang dimiliki maka semakin rendah kemampuan seseorang tersebut dalam mengambil keputusan. Keempat, hasil penelitian keempat diperoleh dari jurnal internasional yang berjudul The Effect of Organizational Trust on Employee Decision Making Style yang ditulis oleh Zeynep Oktug dari Departement of Psychology, Istanbul Kultur University, Bakirkoy, Istanbul, Turkey. Menurut jurnal tersebut pengaruh terkuat dari pengambilan keputusan adalah perilaku waspada. Orang yang memiliki perilaku waspada membawa keuntungan dalam pengambilan keputusan. Di mana orang yang memiliki kewaspadaan tidak akan fokus pada satu alternatif saja. Namun ia memiliki pilihan alternatif lain ketika pengambilan keputuasan. Dalam pengambilan keputusan gender juga dapat menjadi pengaruh. Perempuan lebih peka dan tajam ketika harus memikirkan tentang kejadian yang akan ditimbulkan atau dampak dari keputusan yang akan diambil. Sedangkan laki-laki lebih cekatan dalam mengambil keputusan namun kurang peka untuk menganalisis kejadian yang akan terjadi ke depannya. Sehingga tidak jarang ketika keputusan yang diambil ternyata kurang tepat. Kelima, hasil penelitian berikut ini diperoleh dari jurnal internasional yang berjudul Decision Making in Organizational yang ditulis oleh Fred C. Lunenburg dari Sam Houston State University. Di dalam jurnal tersebut diperoleh hasil penelitian bahwa keputusan dalam organisasi dapat dibuat oleh kelompokkelompok, tim, atau komite. Manfaat dari pembuatan keputusan ini meliputi meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang tersedia untuk memecahkan masalah, lebih banyak alternatif yang diperiksa, membuat keputusan akhir yang lebih baik dipahami dan diterima oleh semua anggota kelompok, dan ada komitmen yang lebih di antara semua anggota kemlompok untuk membuat karya keputusan akhir. 6 – Accuracy Event Organizer {Kelompok 1} Oleh : Feby Yutika Anshori 201410230311271 Psikologi E 2014

ANALISIS KASUS

Pengambilan keputusan dalam film tersebut terdapat pada scene 6. Di mana dalam scene tersebut Shynthia sebagai sekretaris perusahaan Accuracy Event Organizer mendapatkan tugas dari direktur untuk meng-handle semua pembuatan proposal yang akan diajukan untuk menjalin kerjasama dengan pihak sponsor, dan juga meng-handle semua laporan pertanggung jawaban atas terselenggarakannya kegiatan kepada direktur. Tugas yang begitu banyak tersebut membuat Shynthia merasa keberatan, namun ia tetap menerima tugas yang diberikan oleh direktur dengan terpaksa. Berdasarkan adegan yang digambarkan pada film tersebut, terlihat bahwa tindakan Shynthia dalam mengambil keputusan tidak berdasarkan proses yang berurutan. Ia mengambil keputusan menerima semua tugas dari atasan tersebut hanya spontanitas berdasarkan pada proses pembuatan pilihan saja. Ia melewati proses identifikasi masalah, mencari alternatif pilihan, mempertimbangkan alternatif pilihan, dan mempersiapkan diri menghadapi umpan balik. Dalam pengambilan keputusan ini Shynthia hanya mengikuti kata direktur saja, tanpa mempertimbangakan matang-matang dampak yang akan ia dapat ketika mengambil keputusan tersebut. Ia menganggap bahwa semua perintah atasan harus dipenuhi, karena ia merasa posisinya sebagai sekretaris berada di bawah direktur. Oleh kerena itu, budaya direktur harus dihormati mempengaruhinya dalam mengambil keputusan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Hartman & Desjardins, 2011) yang menyatakan bahwa dalam pengambilan keputusan, proses yang dilakukan terkadang tidak selalu berurutan. Ada kalanya individu mengambil keputusan dengan proses yang cepat. Dalam hal ini, ia dapat melewati satu atau dua tahap sekaligus. Selain itu, sebagai seorang sekretaris Shynthia merupakan tipe orang yang memiliki gaya pengambilan keputusan berdasarkan perintah. Orang yang menggunakan gaya perintah memiliki toleransi rendah terhadap ketidakjelasan dan mencari rasionalitas. Mereka efisien dan logis, namun perhatian mereka terhadap efisiensi mengakibatkan pengambilan keputusan mereka hanya dengan informasi yang minimal dan hanya menilai sedikit alternatif. Gaya perintah membuat keputusan dengan cepat, dan mereka fokus pada jangka pendek (Usman , 2013). Berdasarkan teori tesebut, Shynthia memang mengambil keputusan untuk meng-handle semua tugas dari direktur secara cepat hanya dengan informasi yang minimal, ia juga tidak memikirkan alternatif yang harus ia lakukan dalam pengambilan keputusan, ia hanya fokus pada perintah dari direktur saja. Selain itu, budaya dalam organisasi di mana bawahan harus menghormati atasan menjadi pertimbangan ...


Similar Free PDFs