Makalah - PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR DAN UPAYA MEMPERBAIKI NERACA PERDAGANGAN PDF

Title Makalah - PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR DAN UPAYA MEMPERBAIKI NERACA PERDAGANGAN
Course Perekonomian Indonesia
Institution Universitas Airlangga
Pages 17
File Size 269.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 372
Total Views 501

Summary

PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR DAN UPAYA MEMPERBAIKI NERACA PERDAGANGAN ,,,, Disusun Oleh : Adinda Yustika Putri (041511333030) Fahira Salsabila A. A. (041511333191) Cinantha Dwitya Logita (041611333008) Henry Sebastiantanto (041611333021) Puspita Ramadhani (041611333244) Febrina Rizkika H. A. S. (04...


Description

PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR DAN UPAYA MEMPERBAIKI NERACA PERDAGANGAN

,,,, Disusun Oleh : Adinda Yustika Putri

(041511333030)

Fahira Salsabila A. A.

(041511333191)

Cinantha Dwitya Logita (041611333008) Henry Sebastiantanto

(041611333021)

Puspita Ramadhani

(041611333244)

Febrina Rizkika H. A. S. (041611333261)

S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 18 Oktober 2017

Kelompok 3

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................................................1 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................3 1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................4 1.2 RUMUSAN MASALAH ..................................................................4 1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH ...............................................4 1.4 MANFAAT PENULISAN MAKALAH…………………………….4 BAB II KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................5 2.1 DAYA SAING EKSPOR INDONESIA…………………………….5 2.1 NERACA PERDAGANGAN INDONESIA……………………….6 BAB III PEMBAHASAN……………………………….……………………..9 3.1 UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR………………9 3.2 UPAYA MEMPERBAIKI NERACA PERDAGANGAN………..10 3.3 STUDI KASUS…………………………………………………..13 BAB IV PENUTUP………………………………………………………...15 4.1 SIMPULAN…………………………………………………….15 4.2 SARAN KEBIJAKAN………………………………………….15 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2

Daya saing produk nasional menjadi perhatian ketika pemerintah menginginkan adanya peningkatan angka ekspor. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki daya saing khususnya terhadap barang ekspor. Perbaikan telah dilakukan oleh pemerintah untuk membenahi daya saing seperti penciptaan iklim usaha yang kondusif, melengkapi sarana dan prasarana serta perbaikan jalur perizinan merupakan hal pendukung dalam perbaikan daya saing tersebut. Perbaikan daya saing telah diperoleh dengan adanya peringkat daya saing yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Angka peringkat daya saing nasional merupakan hal yang sangat menggembirakan, karena menunjukkan telah terjadinya reformasi baik dari kalangan investor dan juga dari pihak pemerintah sebagai penyedia jasa layanan publik.Peringkat daya saing merupakan cerminan kemampuan bersaing secara umum bagi semua industri di negeri ini.

Perbaikan daya saing merupakan suatu tantangan terbesar pada era globalisasi pasar dewasa ini. Globalisasi perekonomian dunia bukan lagi sebagai tantangan, melainkan suatu kenyataan yang harus dihadapi baik oleh pelaku usaha maupun negara yang bertindak sebagai otoritas regulasi. Sejumlah negara di dunia menikmati keterbukaan pasar yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Beberapa Negara ditunjang oleh meningkatnya investor lokal yang berekspansi ke luar negeri, surplus ekspor dan tumbuhnya permintaan domestik. Perbaikan daya saing nasional berarti terkait pula dengan perbaikan yang telah dilakukan pada berbagai sektor di negeri ini salah satunya perlu perbaikan secara simultan untuk dapat memperbaiki struktur harga.

Beberapa krisis ekonomi makro di negara-negara berkembang dalam beberapa tahun terakhir telah sekali lagi menekankan perlunya pemahaman yang jelas tentang faktor-faktor temporer dan struktural yang mendasari posisi transaksi berjalan suatu negara. Begitu juga dengan Indonesia. Neraca transaksi berjalan merupakan komponen dari neraca pembayaran yang mencatat neraca perdagangan, neraca jasa, pendapatan atas investasi dan transaksi unilateral. Neraca transaksi berjalan terdiri dari neraca perdagangan yang mencatat ekspor(X) dan impor (M) komoditi dan neraca bersih, serta transfer. Neraca modal terdiri dari investasi 3

langsung luar negeri dan pembelian saham, obligasi dan transaksi bank yang menyebabkan aliran modal ke luar negeri. Neraca transaksi berjalan dapat di pandang sebagai penawaran ekspor suatu negara dikurangi dengan permintaan impornya. Apabila impor suatu negara melebihi ekspornya maka negara itu kita sebut mengalami defisit neraca transaksi berjalan (Current account deficit), sebaliknya suatu negara mengalami surplus neraca transaksi berjalan (Current account surplus) apabila 2 ekspor lebih besar dari pada impornya. Transaksi berjalan begitu penting artinya bagi suatu negara karena transaksi berjalan menggambarkan situasi atau keadaan perekonomian di suatu negara. selain itu juga defisitnya transaksi berjalan dapat mengakibatkan krisis negara yang bersangkutan. maka dari itu sangatlah penting bagi para ekonom untuk memperhatikan perkembangan transaksi berjalan dan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhinya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu peningkatan daya saing ekspor ? 2. Apa itu upaya memberbaiki neraca perdagangan ? 1.3 Tujuan Penulisan Makalah 1. Mengetahui strategi untuk meningkatkan daya saing produk-Indonesia 2. Mengetahui faktor penentu neraca perdagangan Indonesia 1.4 Manfaat Penulisan Makalah 1. Mahasiswa dapat mengetahui strategi untuk meningkatkan daya saing produk-Indonesia 2. Mahasiswa dapat mengetahui strategi Indonesia dalam Menghadapi Pasar Kawasan Bersama 3. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan neraca perdagangan Indonesia 4. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor penentu neraca perdagangan di Indonesia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Daya Saing Ekspor Daya saing ekspor adalah kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar itu. Daya saing ekspor suatu komoditi dapat diukur atas dasar perbandingan pangsa pasar komoditi tersebut pada kondisi pasar yang tetap. Suatu komoditi memiliki potensi untuk ekspor mempunyai ciri-ciri antara 4

lain: a. Mempunyai surplus produksi dalam arti kata total produksibelum dapat dikonsumsi seluruhnya didalam negeri. b. Mempunyai keunggulan tertentu seperti langka, murah, mutu,unik, bila dibandingkan dengan komoditi serupa yangdiproduksi negara lain. c. Komoditi disengaja diproduksi untuk tujuan ekspor (outwork looking industries ) d. Komoditi itu memperoleh izin pemerintah untuk diekspor. Faktor yang menentukan tingkat daya saing suatu komoditi ekspor yairu: a. Faktor langsung, yang terdiri dari : 1. Mutu komoditi, pada dasarnya ditentukan oleh komposisi antara nilai seni dengan nilai tekhnis, sertaselera nilai pemakai. 2. Ketepatan waktu penyerahan. 3. Intensitas promosi. 4. Penentuan saluran pemasaran. 5. Layanan purna jual. b. Faktor tidak langsung 1. Kondisi saran pendukung ekspor seperti : a. Fasilitas perbankan. b. Fasilitas transportasi. c. Fasilitas birokrasi pemerintah. d. Fasilitas surveyor. e. Fasilitas bea cukai. 2. Kondisi ekonomi global seperti : a. Resesi dunia. b. Proteksionisme. c. Restrukturisasi perusahaan (modernisasi) d. Kerja sama ekonomi global (Re-groupage global) Daya saing ekspor dapat ditingkatkan dengan cara antara lain : 1. Melakukan evaluasi dan perbaikan dari semua faktor daya saing secara bekesinambungan baik faktor langsung maupuntidak langsung. 2. Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi sendiri, disamping intensifikasi alih teknologi dan membeli teknologi. 5

3. Mengeksploitasi berbagai keunggulan nasional dengan mempergunakan teknologi ciptaan sendiri.

2.2 Neraca Perdagangan Indonesia Relasi negara dalam aktivitas ekonomi merupakan bagian integral dari sistem perekonomian dunia, yang mana tidak ada batas-batas administrasi yang menjadi penghalangnya. Masing-masing negara dituntut berstandar pada rasionalitas dalam membaca perkembangan perekonomian global. Dengan demikian, perdagangan internasional menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan menjadi suatu bagian terpenting dalam perkembangan perekonomian global. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perseorangan, antar individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain (Pujoalwanto, 2014). Lebih lanjut Pujoalwanto (2014) menjelaskan neraca perdagangan adalah suatu catatan atau ikhtisar yang memuat atau mencatat semua transaksi ekspor dan transaksi impor barang suatu negara. Neraca perdagangan dikatakan defisit bila nilai ekspor yang lebih kecil dari impornya dan dikatakan surplus bila ekspor barang lebih besar dari impornya. Dan dikatakan neraca perdagangan yang berimbang jika nilai ekspor suatu negara sama dengan nilai impor yang dilakukan negara tersebut. Menurut Yussof (2007), neraca beberapa faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan. Faktor tersebut terdiri dari pendapatan luar negeri, pendapatan domestik, dan nilai tukar riil. Meningkatnya pendapatan luar negeri akan mendorong permintaan barang domestik. Peningkatan ekspor akan berdampak terhadap meningkatnya neraca perdagangan. Hal yang sama berlaku terhadap pendapatan domestik, ketika terjadi peningkatan pendapatan domestik maka akan mengakibatkan terjadi tambahan pendapatan yang digunakan untuk impor. Peningkatan impor akan menyebabkan terjadinya penurunan neraca perdagangan. Faktor nilai tukar riil menunjukkan akibat yang ditimbulkan dari perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan. Jika parameter ini bisa bernilai positif, negatif, atau nol. Jika bernilai positif, dengan meningkatnya nilai tukar riil maka akan meningkatkan neraca perdagangan. Sebaliknya jika bernilai negatif meningkatnya nilai tukar riil akan merusak nilai neraca perdagangan. Namun disamping faktor-faktor yang telah diuraikan di atas, terdapat faktor lain yang 6

mempengaruhi neraca perdagangan suatu negara. Faktor tersebut adalah kebijakan perdagangan luar negeri suatu negara yang ditujukan untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional dari pengaruh buruk/negatif dari luar negeri. Salah satu kebijakan tersebut menurut Krugman, Obstfeld, dan Melitz (2008) adalah hambatan perdagangan dalam bentuk tarif (tariff barrier) dan merupakan instrumen yang paling sederhana penerapannya. Tarif, yang merupakan kebijakan perdagangan yang paling umum serta paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama, adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Pengenaan tarif dapat meningkatkan harga barang di negara pengimpor dan menurunkan harga barang tersebut di negara pengekspor. Sebagai akibat dari perubahan harga ini, maka konsumen di negara pengimpor merugi, sedangkan konsumen di negara pengekspor beruntung. Produsen di negara pengimpor memperoleh keuntungan, sementara produsen di negara pengekspor mengalami kerugian. Dampak ini kerapkali justru merupakan tujuan dari pemberlakuan tarif, yakni untuk memberikan perlindungan kepada produsen dalam negeri terhadap persaingan impor yang harganya lebih murah. Sementara itu hambatan perdagangan dalam bentuk non tarif (non tariff barrier) merupakan instrumen hambatan perdagangan di luar mekanisme penerapan tarif. Adapun instrumennya menurut Krugman, Obstfeld, dan Melitz (2008) dapat berbentuk sebagai berikut, yaitu (a) Subsidi ekspor adalah pembayaran oleh pemerintah dalam bentuk jumlah tertentu kepada suatu perusahaan atau perseorangan yang giat menjual barang ke luar negeri. Jika pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan mengekspor barang sampai batas dimana selisih harga domestik dan harga luar negeri sama dengan nilai subsidi; (b) Pembatasan/ kuota impor merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang akan diimpor; (c) Konsep pengekangan ekspor secara sukarela (voluntary export restrains) lazim dikenal dengan kesepakatan pengendalian sukarela adalah suatu bentuk pembatasan atas jangkauan atau tingkat intensitas hubungan perdagangan internasional yang dikenakan oleh pihak negara pengekspor untuk mencegah pembatasan perdagangan lainnya yang mungkin saja lebih ketat; (d) Persyaratan kandungan lokal (local content requirement) merupakan suatu pengaturan yang mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari suatu produk secara fisik harus dibuat di dalam negeri, atau menggunakan bahan-bahan baku dan komponen setempat.

7

BAB III PEMBAHASAN MASALAH 3.1 Upaya Meningkatkan Daya Saing Ekspor Indonesia Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Berdasarkan badan pemeringkat daya saing dunia, IMD World Competitiveness Yearbook 2017, menunjukan posisi daya saing Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2016. IMD World Competitiveness Yearbook (WCY) adalah laporan tahunan terkemuka mengenai daya saing negara dan telah diterbitkan oleh IMD sejak tahun 1989.

Tabel 3.1.1 Posisi Daya Saing Indonesia di Dunia (peringkat) Negara

2013

2014

2015

2016

2017

8

HongKong

3

4

2

1

1

Singapore

5

3

3

4

3

USA

1

1

1

3

4

Philipinnes

38

42

41

42

41

Indonesia

39

37

42

48

42

Sumber: IMD World Competitiveness Yearbook (WCY) Tabel diatas menunjukan posisi daya saing yang mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak stabil membuktikan bahwa banyak hal yang perlu diperbaiki di negeri ini. Menurut IMD World Competitiveness Yearbook, faktor dalam menentukan daya saing terbagi menjadi 4 kategori yaitu; 1. Kinerja ekonomi : Evaluasi ekonomi makro ekonomi domestik. 2. Efisiensi pemerintah : Sejauh mana kebijakan pemerintah kondusif bagi daya saing. 3. Efisiensi usaha : Sejauh mana lingkungan nasional mendorong perusahaan untuk tampil secara inovatif, menguntungkan dan bertanggung jawab. 4. Infrastruktur : Sejauh mana sumber daya dasar, teknologi, ilmiah dan manusia memenuhi kebutuhan bisnis. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, 5 kebijakan dan upaya yang dapat diterapkan oleh pemerintah guna menjaga kestabilan perekonomian di Indonesia : 1. Pertama, memperbaiki kualitas infrastruktur guna mendorong minat investasi asing serta mengurangi biaya ekonomi yang cukup tinggi. 2. Kedua, mendorong sektor agriculture dan Usaha Kecil Menengah agar tetap tumbuh karena sektor ini tahan terhadap gejolak dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. 3. Ketiga, mendorong kebijakan energi yang lebih realistis, tidak hanya bisa melakukan konversi minyak ke energi alternatif tetapi alokasi dana untuk energi yang selama ini cukup besar mulai dialokasikan kepada belanja modal. 4. Keempat, mendorong sektor industri yang bisa subtitusi impor sehingga mempunyai nilai tambah. 5. Kelima menerapkan peraturan easy of doing business agar iklim investasi tumbuh berkelanjutan. 9

3.2 Upaya Memperbaiki Neraca Perdagangan Indonesia Perkembangan neraca perdagangan Indonesia mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 memiliki tren positif, menunjukkan perkembangan nilai ekspor Indonesia yang lebih besar dari pada impor. Akan tetapi perkembangan tersebut tidak berlangsung lama. Sejak akhir tahun 2011 hingga pada Triwulan II tahun 2013 terjadi tren neraca perdagangan yang negatif, peningkatan jumlah nilai ekspor Indonesia sejak tahun tersebut lebih rendah dari peningkatan jumlah nilai impor sehingga menyebabkan neraca perdagangan Indonesia mengalami tekanan pada pertengahan tahun 2011 bahkan mencapai defisit neraca perdagangan pada tahun 2012 hingga pada Triwulan II tahun 2013. Jika disimak lebih lanjut, tahun 2012 menjadi tahun yang kurang baik bagi kinerja perdagangan internasional Indonesia. Perlambatan laju ekspor dan penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia di pasar internasional telah menyebabkan penurunan nilai ekspor Indonesia secara signifikan. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya defisit neraca perdangangan Indonesia, pertama kali sejak tahun 1961. Salah satu penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan tersebut adalah tekanan defisit neraca perdagangan komodita migas. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan selama ini mendorong kenaikan konsumsi BBM domestik yang berdampak pada kebutuhan impor BBM yang tinggi. Pada saat yang sama, sumur minyak yang semakin tua dan kurang produktif. Peningkatan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi disertai dengan kenaikan harga minyak mentah dan kondisi terus melemahnya nilai tukar, antara lain menjadi latar belakang kebijakan penyesuaian BBM bersubsidi di dalam negeri (Kementerian Keuangan, 2014). Lebih lanjut menurut Tony Prasentiantono, Ekonomi Universitas Gajah Mada kondisi saat ini impor migas kita melonjak menyebabkan defisit neraca perdagangan, sehingga cadangan devisa terkuras dan akhirnya memperlemah rupiah (Prasentiantono, 2013). Bertambahnya tekanan defisit neraca perdagangan menurut Bank Indonesia dipicu oleh seiring menipisnya surplus neraca perdagangan non migas. Surplus neraca perdagangan non migas menyusut karena impor, khususnya impor bahan baku dan barang konsumsi. Di sisi lain, perbaikan kinerja ekspor non migas tertahan oleh harga komoditas di pasar internasional yang masih cenderung menurun akibat perekonomian RRT yang melambat. Ditambah lagi impor migas yang semakin meningkat akibat peningkatan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang semakin menekan neraca perdagangan Indonesia Sehingga kombinasi dari hal tersebut mendorong terjadinya defisit neraca perdagangan Indonesia 10

(Bank Indonesia, 2013). Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu yang menekan terjadinya defisit neraca perdagangan adalah impor migas yang semakin meningkat. Ekspor migas dari tahun 2010 hingga tahun 2013 hampir mengalami stagnasi karena produksi minyak dan gas Indonesia yang tidak naik, disisi yang lain terjadi peningkatan impor migas yang cukup signifikan menyebabkan neraca perdagangan migas mengalami defisit dari tahun ke tahun. Peningkatan impor migas ini lebih disebabkan konsumsi BBM yang menurut Direktur Pertamina Hulu Energi, Muhamad Husen dipicu oleh pertumbuhan kendaraan yang semakin meningkat dari hari ke hari (Sindonews, 2013). Laju perekonomian Indonesia pada 2014 diperkirakan akan lebih baik daripada tahun 2013, dampak belanja atau stimulus dari partai partai politik menjelang Pemilu bisa mendongkrak laju perekonomian Indonesia sebesar 0,2 persen. Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pada awalnya Bank Indonesia memproyeksikan laju perekonomian Indonesia pada 2014 berada pada kisaran 5,8 persen. Namun proyeksi tersebut direvisi Bank Indonesia menjadi 6,0 persen, karena pada tahun depan belanja pemilu cukup baik mendorong pertumbuhan ekonomi. Dia mengatakan tidak hanya faktor pemilu yang membuat perekonomian Indonesia lebih baik pada tahun depan, tetapi ada beberapa sentimen positif dari luar yang juga membuat perekonomian Indonesia lebih bergairah, sentimen tersebut adalah; Pertama, adanya global recovery terutama perbaikan perekonomian Tiongkok. Kedua, harga komoditas berada pada posisi stagnan, tidak naik dan tidak turun sehingga bisa meningkatkan kinerja ekspor. Ketiga fase easy money atau capital inflow diprediksi akan mem...


Similar Free PDFs