Makalah Pokok-Pokok Keimanan & Cabang-Cabang Iman.pdf PDF

Title Makalah Pokok-Pokok Keimanan & Cabang-Cabang Iman.pdf
Author Annis Nur Hidayati
Pages 32
File Size 202.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 5
Total Views 65

Summary

DAFTAR ISI Daftar isi ........................................................................................................... 1 Kata Pengantar .................................................................................................. 2 BAB I PENDAHULUAN .....................................


Description

DAFTAR ISI Daftar isi ...........................................................................................................

1

Kata Pengantar ..................................................................................................

2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................

3

A. Latar Belakang Masalah...............................................

3

B. Rumusan Masalah ........................................................

3

C. Tujuan Masalah ............................................................

4

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................

5

A. Pengertian Iman ...........................................................

5

B. Tujuan Keimanan .........................................................

5

C. Macam ‫ س‬Macam Iman ................................................

5

D. Hal yang Membatalkan Iman .......................................

6

E. Pokok-Pokok Keimanan dalam Al Qur’an ..................

7

F. Iman dalam Pandanُan Ahlus Sunnah wal Jama’ah ...

9

G. Matan Hadits Tentang Cabang Iman ........................... 16 H. Syarah Hadits Tentang Cabang Iman........................... 17 BAB III PENUTUP ...................................................................................... 30 A. Kesimpulan ......................................................................... 30 B. Penutup ............................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 32

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya yanُ beُitu besar, sehinُُa kami dapat menyelesaikan “makalah” Pendidikan Aُama Islam yanُ berjudul “Pokok ‫ س‬Pokok Keimanan dan Cabang-Cabanُ Iman” ini dapat diselesaikan ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada para pembaca kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah yang kami buat selanjutnya. Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya kami. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya dan dapat sedikit mewujudkan pengetahuan didalam lembaran ini

Cibinong, 20 Oktober 2016

Penyusun

2

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Dewasa ini banyak sekali orang yang merasa diri-nya beriman, mereka juga hafal benar arti dari kata iman. Namun, sesungguhnya mereka belum mengerti apa makna dari iman itu, serta tingkah laku dan perbuatan mereka tidak mencerminkan diri-nya beriman. Pemakalah sebelumnya telah sedikit banyak menjelaskan tentang pengertian iman serta naik dan turunnya iman. Bahwasanya, tebal-tipisnya kadar iman seseorang bisa dilihat dari sepak terjangnya dalam kehidupan sehari-hari. Yakni sejauh mana orang tersebut mematuhi segenap perintah Allah SWT. Dan meninggalkan segala larangan-Nya. Sepak terjang seseorang yang mencerminkan kesempurnaan imannya adalah apabila ia mampu mempraktekkan seluruh cabang iman dalam kehidupannya sehari-hari. Ibarat sebuah pohon, iman itu memiliki cabang-cabang. Dalam salah satu hadits Rasulullah saw bersabda: “Iman mempunyai lebih dari enam puluh cabanُ. Adapun malu adalah salah satu cabang dari iman [HR. Bukhari] Dalam hadits tersebut, Iman memiliki cabang yang banyak. Dalam hadits di atas disebutkan lebih dari 60 cabang. Ini menegaskan bahwa iman mendorong kita untuk mengejar kesempurnaan iman dengan memenuhi cabang-cabangnya.

B.

Rumusan Masalah 1. Pengertian iman 2. Tujuan keimanan 3. Macam ‫ س‬macam iman 4. Hal yang membatalkan iman 5. Pokok ‫ س‬pokok keimanan dalam Al-Qur’an 6. Bagaimana iman dalam pandangan ahlus sunnah wal jama’ah 7. Bagaimana matan hadits tentang cabang-cabang iman? 8. Bagaimana syarah dari hadits cabang-cabang iman?

3

C.

Tujuan Masalah 1. Menjelaskan pengertian iman 2. Menjelaskan tujuan keimanan 3. Menjelaskan Macam ‫ س‬Macam Iman 4. Menjelaskan hal yang membatalkan iman 5. Menjelaskan pokok ‫ س‬pokok keimanan dalam Al-Qur’an 6. Menjelaskan iman dalam pandangan ahlus sunnah wal jama’ah 7. Menjelaskan hadist tentang cabang ‫ س‬cabang iman 8. Menjelaskan syarah dari hadist cabang ‫ س‬cabang iman

4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman Iman secara etimologis berasal dari kata amana - yu’minu berarti tasdiq yaitu membenarkan mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah “Membenarkan denُan hati diucapkan denُan lisan dan dibuktikan denُan amal perbuatan.” Imam Ahmad bin Hanbal mendeَinisikannya denُan “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa tamassukun bis Sunnah.” Yakni Ucapan diirinُi denُan ketulusan niat dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada Sunnah . Sahl bin Abdullah At-Tustari ketika ditanya tentang apakah sebenarnya iman itu beliau menjawab demikian “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa sunnatun.” Artinya Ucapan yُ disertai dengan perbuatan diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan Sunnah. Kata beliau selanjutnya “Sebab iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah kuَur apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat adalah nifaq sedang apabila hanya ucapan perbuatan dan ketulusan niat tanpa dilandasi denُan sunnah adalah bid’ah. Dengan demikian iman itu bukan sekedar pengertian dan keyakinan dalam hati, bukan sekedar ikrar dengan lisan dan bukan sekedar amal perbuatan saja tapi hati dan jiwa kosong. Imam Hasan Basri menُatakan “Iman itu bukanlah sekedar anُan-angan dan bukan pula sekedar basa-basi dengan ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yang terpatri dalam hati dan dibuktikan denُan amal perbuatan.” B. Tujuan Keimanan Tujuan Keimanan adalah penghambaan diri pada Allah SWT semata antar manusia dan Penciptanya, bukan penghambaan pada manusia lain atau golongan lain.

C. Macam-macam Iman Perlu dimengerti, bahwa iman seseorang kepada Allah ada tiga macam , yaitu : 1. Iman Taqlidi adalah mempercayai keesaan Allah SWT. Dengan cara taqlidi (mengikuti) keterangan ulam tanpa mengerti dalil atau pembuktian. Iman seperti ini rawan berubah akibat ulah orang-orang yang berusaha merusaknya. 5

2. Iman Tahqiqi adalah kemantapan hati pada keesaan Allah SWT. Yang jika ditentang atau diusik oleh siapapun, maka tak berubah sedikitpun. 3. Iman Istidlali adalah iman yang disertai bukti dari makhluk yang ada didunia ini membuktikan adanya yang menciptakan suatu bangunan menunjukan adanya yang membangun, kotoran unta menunjukan akan adanya unta, karena keberadaan sesuatu (akibat) tanpa sebab adanya sebab adanya pencipta adalah suatu yang tidak masuk akal (muhal).

D. Hal yang Membatalkan Iman Hal-hal tersebut diantaranya: a) Syirik dalam beribadah Syirik adalah perbuatan dosa besar yang memungkinkan dilakukan manusia sementara tidak ada dosa yang lebih besar dari syirik. Syirik di bagi menjadi 2, yaitu: •

Syirik Besar Yaitu syirik yang dilakukan seorang muslim maka dia dinyatakan keluar dari islam dan di azab oleh Allah selama-lamanya dalam api neraka, namun jika



dia bertaubat sebelum meninggal maka Allah akan mengampuninya. Syirik kecil Yaitu salah satu dosa besar meski pelakunya tidak dinyatakan keluar dari agama islam.

b) Meyakini bahwa ada kekuatan lain selain kekuatan Allah SWT c) Tidak menganggap bahwa orang-orang musrik itu kafir d) Meyakini bahwa ajaran selain ajaran nabi muhammad SAW lebih sempurna e) Membenci sesuatu yang telah ditetapkan Rasulullah SAW f) Memperolok-olokan sebagian dari ajaran yang di bawa oleh Rasulullah SAW g) Melakukan sihir h) Membantu orang-orang musyrik untuk memusuhi kaum muslimin i) Meyakini bahwa sebaُian manusia di benarkan untuk meninُُalkan syari’at Nabi Muhammad SAW j) Berpaling dari Agama Allah SWT 6

E. Pokok ‫ س‬Pokok Keimanan dalam Al-Qur’an Syarat untuk menjadi orang yang beriman adalah harus mendapat izin dari Allah Swt dan mau menggunakan akalnya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Itulah syarat utama dalam proses keimanan yang dinyatakan Allah Swt di Surat Yunus. “Dan tidak ada seoranُ pun akan beriman kecuali dengan izin Allah dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-oranُ yanُ tidak memperُunakan akalnya.” (QS Yunus : 100) Adapun cara atau metode yang dipakai sudah dicontohkan dalam Al-Qur’an. Sebagaimana proses keimanan yang telah dialami para nabi yang mengadakan perjanjian (Misaq) di hadapan Allah Swt. Mereka itu mengadakan perjanjian yang teguh (Misaq) untuk menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. “Dan (inُatlah) ketika Kami menُambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yanُ teُuh.” (QS Al-Ahzab : 7) Keimanan sering disalah pahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam diawali dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya yang mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tapi harus melalui ilmu dan pemahaman. Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah. Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Sebagai umat islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW. Ia adalah sebaik-baik manusia yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rosul, maka ia menjawab bahwa akhlak rosul adalah Al-quran. Artinya rosul merupakan manusia yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-quran : Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. Yunus : 36)

7

Adapun sikap 'percaya' didapatkan setelah memahami apa yang disampaikan oleh mu'min mubaligh serta visi konsep kehidupan yang dibawakan. Percaya dalam Qur'an selalu dalam konteks sesuatu yang ghaib, atau yang belum terrealisasi, ini artinya sifat orang yang beriman dalam tingkat paling rendah adalah mempercayai perjuangan para pembawa risalah dalam merealisasikan kondisi ideal bagi umat manusia yang dalam Qur'an disebut dengan 'surga', serta meninggalkan kondisi buruk yang dimisalkan dengan 'neraka'. Dalam tingkat selanjutnya orang yang beriman ikut serta dalam misi penegakkan agama Islam. Tahap-tahap keimanan dalam Islam adalah: 1. Dibenarkan di dalam qalbu (keyakinan mendalam akan Kebenaran yang disampaikan) 2. Diikrarkan dengan lisan (menyebarkan Kebenaran) 3. Diamalkan (merealisasikan iman dengan mengikuti contoh Rasul) Tingkatan Keyakinan akan Kebenaran (Yaqin) adalah: 1. Ilmul Yaqin (yaqin setelah menyelidikinya berdasarkan ilmu) Contoh : seperti keyakinan orang amerika yang masuk islam setelah membuktikan Al Qur’an dengan ilmu pengetahuan. 2. 'Ainul Yaqin (yaqin setelah melihat kebenarannya hasilnya baik berupa mu'zizat , karomah dll ) Contoh : keyakinan Bani israil yaqin setelah melihat mu'zizat dari nabinya. 3. Haqqul Yaqin (yaqin yang sebenar-benarnya meskipun belum dibuktikan dengan ilmu dan belum melihat kebenarannya) Contoh : yakinnya para sahabat RA kepada Nabi Muhammad SAW pada peristiwa isra’ miraj meskipun tidak masuk akal(berdasarkan ilmu) dan tidak seorang sahabat pun melihat kejadian itu , namun mereka tetap meyakini peristiwa itu.

8

F. Iman dalam Pandanُan Ahlus Sunnah wal Jama’ah Para ulama mendefinisikan iman yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan hati, serta pengamalan dengan anggota badan, bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Inilah makna iman menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Mayoritas Ahlus Sunnah mengartikan iman mencakup i’tiqad (keyakinan), perkataan, dan perbuatan.Imam Muhammad bin Isma’il bin Muhammad bin al Fadhl at Taimi al Asbahani menُatakan “Iman menurut pandangan syariat adalah pembenaran hati, dan amalan anggota badan”.Imam Al Baghawi mengatakan ” Para sahabat, tabi’in, dan ulama ahlis sunnah sesudah mereka bahwa amal termasuk keimanan mereka mengatakan bahwa iman adalah perkataan, amalan, dan aqidah” Kesimpulannya menurut definisi syariat tentang iman bahwasanya iman mencakup perkataan dan perbuatan. Perkataan mencakup dua hal : perkataan hati, yaitu i’tiqad (keyakinan) dan perkataan lisan. Perbuatan juga mencakup dua hal yati perbuatan hati, yaitu niat dan ikhlas, serta perbuatan anggota badan. Sehingga tidak ada perbedaan makna dari ucapan para ulama di atas, yang ada hanya sebatas perbedaan istilah saja. Berikut dalil-dalil yang menjelaskan bahwa iman mencakup keyakinan hati, perkataan, dan perbuatan.Dalil tentang keyakinan hati : Allah Ta’ala berfirman : ‫في قل ب ْم‬

‫ل ي ْخل اْْي‬

“karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu” (Al Hujurat:14) ‫قل ب م في كتب‬

‫ْاْي‬

“Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka” (Al Mujaadilah:22) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‫ق ْل ه‬

‫ي م ْعشر م ْن آمن بلس نه ل ْم ي ْخل اْي‬

9

“Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya namun keimanannya belum masuk ke dalam hatinya” Dalil tentang perkataan lisan : Firman Allah Ta’ala : ‫م أ تي م سى عيسى م أ تي‬ 136{

‫اْل ْس‬

‫ي ْعق‬

‫م أن ل إلى إبْراهيم إ ْس عيل إسْح‬

‫من رب ْم َ نفر بيْن أح م ْ ْم نحْ ن له مسْل‬

‫ق ل ا ءام ب ه م أن ل إل ْي‬

‫ال ي‬

“Katakanlah (hai orang-oranُ mu’min): “Kami beriman kepada Allah dan apa yanُ diturunkan kepada kami, dan apa yanُ diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya” (Al Baqarah:136) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : َ‫حتى يق ل ا َ إله إَ اَ ف ْن ق ل َ إله إَ اَ فق ْ عصم م ى م له ن ْفسه إَ بحقه حس به على ا‬

‫أم ْر أ ْ أق تل ال‬

“Aku diperintahkan untuk memeranُi manusia hinُُa mereka menُucapkan, ‘Tidak ada tuhan (yanُ berhak disembah) melainkan Allah’, maka baranُsiapa yanُ menُucapkan, ‘Tidak ada tuhan (yanُ berhak disembah) melainkan Allah’, maka sunُُuh dia telah menjaُa harta dan jiwanya dari (seranganku) kecuali dengan hak Islam, dan hisabnya diserahkan kepada Allah” Dalil tentang amalan anggota badan : Allah Ta’ala berfirman : ‫ل لي يع إي ن ْم‬

‫م ك‬

“dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu (shalatmu)” (Al Baqarah:143)

10

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‫َ ي ْ نى ال انى حين ي ْ نى ه م ْ من‬ “Seorang mukmin tidak disebut mukmin saat ia berzina” Dan masih banyak dalil-dalil lain dari al Quran dan hadist yang menunjukkan bahwa iman mencakup keyakinan, perkataan, dan perbuatanDi antara keyakinan yang benar tentang iman adalah bahwasanya iman dapat bertambah dan juga dapat berkurang. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala : ً‫ف ا ه ْم إي ن‬ “maka perkataan itu menambah keimanan mereka” (Ali Imran :173) ‫{ لي ْ ا ا إي نً مع إي ن ْم‬4{ “supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)” (Al Fath:4) Nabi Shalallahu ‘alihi wa sallam bersabda : ً‫ر‬

‫فى ق ْل ه من ْال يْر م ي‬

‫ي ْ رج من ال ر م ْن ق ل َ إله إَ اَ ك‬

“akan keluar dari neraka, oranُ yanُ menُucapkan, ‘Laa Ilaaha Illaahu (Tidak ada tuhan yanُ berhak disembah selain Allah) ‘, dan di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji sawi” Dalam hadist di atas nabi menjelaskan bahwa iman bertingkat-tingkat. Jika sesuatu bisa mengalami penambahan, maka bisa juga berkurang, karena konsekuensi dari penambahan adalah sesuatu yang diberi tambahan itu lebih kurang daripada yang bartambah.Iman dapat bertambah disebabkan karena beberapa hal : 1. Mengenal Allah Ta’ala melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Semakin seseorang mengenal Allah, keimanannya semakin bertambah. 2. Memperhatikan ayat-ayat Allah baik ayat-ayat kauniyah maupun ayat syar’iyah. Banyak melakukan ketaaatan. 11

3. Meninggalkan kemaksiatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Adapun hal-hal yang dapat mengurangi keimanan di antaranya : 1. Berpaling dari mengenal Allah dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya 2. Tidak mau memperhatikan ayat-ayat kauniyah dan syar’iyah 3. Sedikitnya amal shalih 4. Melakukan kemaksiatan kepada Allah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‫عن الطريق ْالحي ء ش ْع ة من‬

‫ش ْع ةً فأ ْف ل ق ْ ل َ إله إَ اَ أ ْن ه إم ة ال‬

‫أ ْ ب ْع ست‬

‫ب ْع س ْع‬

‫اْي‬

‫اْي‬ “Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan, atau enam puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling utama adalah perkataan, Laa illaaha illallah (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman.”Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : “ Pokok keimanan memiliki cabang yang banyak. Setiap cabang adalah bagian dari iman. Shalat adalah cabang keimanan, begitu pula zakat, haji, puasa, dan amalanamalan hati seperti malu, tawakal. Di antara cabang-cabang tersebut adacabang yang jika hilang maka akan membatalkan keimanan seperti cabang syahadat. Ada pula cabang yang jika hilang tidak membatalkan keimanan seperti menyingkirkan gangguan dari jalan. Di antara dua cabang tersebut terdapat cabang-cabang keimanan lain yang bertingkat-tingkat. Ada cabang yang mengikuti dan lebih dekat ke cabang syahadat. Ada pula yang mengikuti dan lebih dekat ke cabang menyingkirkan gangguan dari jalan. Demikian pula kekafiran, memiliki pokok dan cabng-cabang. Sebagaimana cabang iman adalah termasuk keimanan, maka cabang kekafiran juga termasuk kekafiran. Malu adalah cabang iman, maka berkurangnya rasa malu merupakan cabang dari kekafiran. Jujur adalah cabang iman, sedangkan dusta adalah cabang kekafiran. Maksiat seluruhnya adalah cabang kekafiran, sebagaimana semua ketaatan adalah cabang keimanan”

12

a) Keimanan yang Bertingkat Syaikh Ibnu Baaz ketika mengomentari perkataan Imam at Thahawi “ Iman adalah satu kesatuan dan pemiliknya memiliki keimanan yang sama” menُatakan : “Perkataan Imam at Thahawi ini perlu ditinjau lagi, bahkan ini merupakan perkataan yang batil. Orang yang beriman tidaklah sama dalam keimanannya. Justru sebaliknya, mereka memiliki keimanan yang bertingkat-tingkat dengan perbedaan yang mencolok. Iman para rasul tidaklah dapat disamakan dengan iman selain mereka. Demikian pula iman para al khulafaur rasyidin beserta para sahabat yang lain, tidaklah sama dengan yang lainnya. Iman orang-orang yang betul-betul beriman juga tidak sama dengan iman orang yang fasik. Hal ini didasari pada perbedaan yang ada dalam hati, berupa pengenalan terhadap Allah, nama-nama dan sifatsifat-Nya, dan segala yang disyariatkan bagi hamba-Nya. Inilah pendapat Ahlus sunnah wal jama’ah, berbeda dengan pendapat murjiah dan yang sepaham dengan mereka.Wallahul musta’an.”Permasalahan ini sangat jelas jika kita melihat dalil-dalil yang ada dalam al Quran dan as Sunnah serta realita yang terjadi bahwa keimanan itu bertingkat-tingkat....


Similar Free PDFs