Makalah PPOK - ppok PDF

Title Makalah PPOK - ppok
Author yudha andara
Course Mathematics A
Institution Universitas Indonesia
Pages 20
File Size 367.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 5
Total Views 185

Summary

ppok...


Description

LAPORAN KASUS

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PPOK DI RS PARU DR H.A ROTINSULU BANDUNG Disusun untuk memenuhi syarat ujian status klinis stase kardiovaskular mahasiswa profesi fisioterapi Universitas Esa Unggul Disusun oleh :

Yudha Andara 20190607028

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI FAKULTAS FISIOTERAPI UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2020 i

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa penulis panjatkan karena berkat dan rahamt-Nya yang begitu melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus PPOK di RS PARU DR H.A ROTINSULU BANDUNG” laporan kasus ini disusun sebagai salah satu kewajiban untuk memenuhi persyaratan laporan kasus stase kardiovaskular profesi fisioterapi Universitas Esa Unggul Penulis menyadari laporan kasus ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dibidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta dapat dikembangkan lebih lanjut.

Jakarta, 13 maret 2020

Penulis

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………..

ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….

1

BAB I

BAB II

: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………..……………..

2

B. Rumusan Masalah………………..………………………

3

C. Tujuan Penulisan……….…………………………………

4

D. Manfaat Penulisan………………………………………..

4

: PEMBAHASAN A. Penyakit Paru Obstruksi Paru (PPOK)……………………

BAB III

BAB IV

5

: LAPORAN KASUS A. Laporan Kasus …………..……………………………

9

B. Diagnosa Fisioterapi ICF ….…………………………

13

C. Underlying Proses ……………………………………

17

A. Kesimpulan.……………………………………………

18

B. Saran…….……………………………………………..

18

:

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1

19

A. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2018). Prevalensi PPOK berdasarkan SKRT 1995 adalah 13 per 1000 penduduk, dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 3 banding 1. Penderita PPOK umumnya berusia minimal 40 tahun, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan PPOK terjwwadi pada usia kurang dari 40 tahun. Menurut hasil penelitian Setiyanto dkk. (2008) di ruang rawat inap RS. Persahabatan Jakarta selama April 2005 sampai April 2007 menunjukkan bahwa dari 120 pasien, usia termuda adalah 40 tahun dan tertua adalah 81 tahun. Dilihat dari riwayat merokok, hampir semua pasien adalah bekas perokok yaitu 109 penderita dengan proporsi sebesar 90,83%. Kebanyakan pasien PPOK adalah laki-laki. Hal ini disebabkan lebih banyak ditemukan perokok pada laki-laki dibandingkan pada wanita. Hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001 menunjukkan bahwa sebanyak 62,2% penduduk laki-laki merupakan perokok dan hanya 1,3% perempuan yang merokok. Sebanyak 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah, ketika bersama anggota rumah tangga lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota rumah tangga merupakan perokok pasif. Problematik yang sering muncul dalam PPOK adalah : (1) impairment meliputi: sesak napas, penurunan mobilitas dinding dada, dan penumpukan mucus yang menyebabkan batuk berdahak. (2) functional limitation meliputi: pasien mengalami keterbatasan dalam melakuakan aktivitas fungsional sepert: berjalan jauh, naik turun tangga, dan mengangkat benda berat. Dan (3) disability: pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sosial

2

seperti: kerja bakti dan gotong royong di lingkungan rumahnya. Dan juga pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas pekerjaannya.

A. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada kasus ini adalah : 1) apakah breathing exercise dapat mengurangi sesak napas pada penderita PPOK di BBKPM Surakarta?, 2) apakah mobilisasi aktif sangkar thorak dapat meningkatkan mobilitas thorak pada penderita PPOK di BBKPM Surakarta?, dan 3) apakah postural drainage dapat mengeluarkan sputum pada penderita PPOK di BBKPM Surakarta?.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui efektivitas pendekatan fisioterapi pada penderita PPOK di Rs Paru DR H.A Rotinsulu Bandung.

2. Tujuan khusus a. Untuk

mengetahui

efektivitas

breathing

exercise

terhadap

pengurangan sesak napas pada penderita PPOK di Rs Paru DR H.A Rotinsulu Bandung. b. Untuk mengetahui efektifitas mobilisasi aktif sangkar thorak terhadap pengurangan sesak napas pada penderita PPOK di Rs Paru DR H.A Rotinsulu Bandung. c. Untuk mengetahui efektivitas pemberian chest physitherapy terhadap pengeluaran mkus atau sputum pada penderita PPOK di Rs Paru DR H.A Rotinsulu Bandung.

C. Manfaat Penulisan

3

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, yaitu : 1. Penulis Laporan pengetahuan

ini serta

diharapkan

dapat

pengalaman

menambah

penulis

tentang

wawasan,

ilmu

penatalaksanaan

fisioterapi pada kasus PPOK serta mengetahui manfaat yang dihasilkan oleh breathing exercise, mobilisasi aktif sangkar thorak, dan chest physiotherapy dalam mengurangi sesak napas, meningkatkan mobilitas thorak, dan mengeluarkan sputum. 2. Instansi Dapat bermanfaat bagi institusi-institusi kesehatan supaya dapat lebih memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kasus PPOK dengan pendekatan fisioterapi. 3. Bagi masyarakat Untuk memberi dan menyebarluaskan informasi bagi masyarakat luas tentang kasus PPOK serta memperkenalkan peran fisioterapi dalam menangani kasus tersebut, sehingga masyarakat mengetahui upaya-upaya pencegahan dan penanganannya 4. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain bila mlakukan penelitian yang serupa.

BAB II PEMBAHASAN

4

A. Penyakit Paru Obstruksi Paru (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah gangguan progresif lambat kronis ditandai oleh obstruksi saluran pernapasan yang menetap atau sedikit reversibel, tidak seperti obstruksi saluran pernapasan reversibel pada asma (Davey, 2018). Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah kelainan dengan klasifikasi yang luas, termasuk bronkitis, brokiektasis, emfisema, dan asma. Ini merupakan kondisi yang tidak dapat pulih yang berkaitan dengan dispnea pada aktivitas fisik dan mengurangi aliran udara (Suzanne C. Smeltzer, 2018). Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan sekumpulan penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaraan patofisiologi utamanya.Bronkitis kronis, emfisema paru, dan asma bronkial membentuk satu kesatuan yang disebut Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) (Sylvia Anderson Price, 2018). Penyakit

Paru Obstruksi

Kronik

adalah

sejumlah

gangguan

yang

mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru. Gangguan yang penting adalah bronkitis obstruktif, efisema, dan asma bronkial (Muttaqin, 2018). a. Etiologi Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah : 1) Kebiasaan merokok 2) Polusi udara 3) Paparan debu,asap,dan gas-gas kimiawi akibat kerja 4) Riwayat infeksi saluran napas

5

5) Bersifat genetik yaitu difisiensi α-1 antitripsin merupakan predisposisi untuk berkembangnya Penyakit Paru Obstruksi Kronik dini (Mansjoer, 2018).

b. Patofisiologi Pada bronkitis kronik terjadi penyempitan saluran napas. Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada bronkitis kronik, saluran pernapasan kecil yang berdiameter kurang dari 2 mm menjadi lebih sempit. Berkelokkelok, dan berobliterasi. Penyempitan ini terjadi karena metaplasia sel goblet. Saluran napas besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mukus. Pada emfisema paru penyempitan saluran napas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru (Mansjoer, 2017). Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu: inflamasi dan pembengkakan bronki, produksi lendir yang berlebihan, kehilangan rekoil elastik jalan napas, dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli yang berfungsi. Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen mengakibatkan

hipoksemia.

Pada

tahap

akhir,

eliminasi

karbondioksida mengalami kerusakan mengakibatkan peningkatan tekanan karbon dalam darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respirastorius individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik kealiran masuk dan aliran keluar dari paru. Untuk mengalirkan udara ke dalam dan ke luar paru-paru, dibutuhkan tekanan negatif selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat

6

yang adekuat harus dicapai dan dipertahankan selama ekspirasi (Mansjoer, 2001) (Diane C. Baughman, 2017).

c. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah : 1) Batuk 2) Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen 3) Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernapasan tambahan untuk bernapas (Mansjoer, 2018). d. Derajat PPOK Penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan Perkumpulan Dokter Paru Indonesia (PDPI) / Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2005 sebagai berikut (Kepmenkes RI, 2015): 1) PPOK Ringan a) Gejala klinis: dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi sputum, dan sesak napas dengan derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1 b) Spirometri: VEP1 ≥80% prediksi ( normal spirometri ) atau VEP1/KVP...


Similar Free PDFs