MAKALAH QIRAAT REVISI 1 PDF

Title MAKALAH QIRAAT REVISI 1
Author Maria Ulfah
Pages 19
File Size 600.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 38
Total Views 725

Summary

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an merupakan wahyu Allah swt, kepada Rasulullah secara berangsur- angsur disertai lafadz dan maknanya, oleh karena itu pada zaman Rasulullah terdapat pula ilmu membaca ayat-ayat al-qur’an dengan menisbahkan setiap bacaannya yang disebut dengan qiraat kepada...


Description

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an merupakan wahyu Allah swt, kepada Rasulullah secara berangsurangsur disertai lafadz dan maknanya, oleh karena itu pada zaman Rasulullah terdapat pula ilmu membaca ayat-ayat al-qur’an dengan menisbahkan setiap bacaannya yang disebut dengan qiraat kepada seorang imam pakar qiraat yang mana salah seorang imam qurra’ berbeda dengan madzhab lainnya dalam mengucapkannya, perbedaan disini tentunya disandarkan pada sanad–sanad yang dianggap sampai pada Rasulullah. Qiraat yang dianggap mutawatir dalam pembacaan al-qur’an adalah qiraat sab’ah atau qiraat tujuh yangdiriwayatkan oleh tujuh imam . bacaan yang diriwayatkan telah diakui dan disepakati oleh para ulama dan benar-benar dari Rasulullah. Sejarah berkembangnya ilmu qiraat ketika banyak sekali sahabat Rasulullah yang belajar tentang qiraat al-qur’an . para ahli qiraat dikalangan sahabat tentunya menyandandarkan pada ajaran Rasulullah dalam bacaan. Perkembangan qiraat sudah sAngat luas hingga masa sahabat sampai thabi’in. Dari merekalah qiraat tersebar luas di seluruh penjuru Islam. Dengan pembacaan yang sesuai pada daerah-daerahnya, yang pasti memiliki berbagai macam variasi sesuaidengan imam yang mereka pakai. Dalam makalh ini akan membahas dua imam yang berperan dalam bidang ilmu qiraat yaitu imam as-syatibi dan ibnu jazari dengan masing-masing sistematika metode dan kereteristiknya. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Biografi Imam Syathibi dan Imam Ibnu Al-Jazari? 2. Bagaimana sistematika, metode dan karekteristik kedua Imam tersebut dalam kitabnya, Hirzul Amani dan An-Nasyr? 3. Bagaimana Perbedaan Hukum-Hukum Bacaan Tariq Al-Syatibi dan Tariq AlJazari Dalam Riwayat Hafs Imam Asim?

1

BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Imam Asy-Syâthibiy Imam Asy-Syâthibiy memiliki nama yang cukup panjang: Abul Qâsim bin Fîrruh bin Khalaf bin Ahmad Asy-SyâthibiyAl-Andalusy Ar-Ru’aini. Fîrruh, nama sebuah desa di Andalusia yang berarti “besi”. Di dunia Ilmu Qirâ`ât, dia lebih dikenal dengan sebutan Imam Asy-Syâthibiy.Beliau dilahirkan di sebuah kota bernama Syâtibah, sebuah kota di Andalusia pada tahun 538 H/1143 M.1 Pada awalnya beliau belajar Ilmu Qirâ`ât di negeri sendiri pada seorang ulama bernama Abû Abdillâh Muhammad bin Abul ‘Âs An-Nafari. Selanjutnya beliau pergi ke kota Balansia, sebuah kota di dekat kota kelahiran beliau. Di kota ini Imam AsySyâthibiy berguru kepada Imam Abû ‘Amr Ad-Dâny pengarang kitab At-Taisîr, kitab yang berisi tentang Qirâ`ât Sab’ yang telah dihafalkan sebelumnya. Di samping itu beliau juga belajar Qirâ`ât (macam-macam Qirâ`ât) kepada Imam Huzail, beliau juga belajar hadis kepada Imam Huzail serta mendapatkan hak untuk meriwayatkan hadis. 2 Hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan Imam Asy-Syâthibiy adalah berganti guru, hal ini dilakukan dalam upaya untuk mengejar ketinggian ilmu Allah Swt. Tidak mengherankan lagi jika sederet nama ulama besar menjadi guru Imam Asy-Syâthibiy. Diantara guru-guru beliau tersebut adalah Abû Abdillâh Muhammad bin Abî Yûsuf bin Sa’âdah, salah seorang murid Abû ‘Alî Al-Husain bin Sakarah AsSadafi, Syeikh Abû Muhammad ‘Asyîr bin Muhammad bin ‘Asyîr, murid Imam Abû Muhammad Al-Batalyusi, Abû Muhammad Abdullâh bin Abû Ja’far al-Mursî, Abul Abbâs bin Tarazmil, Abul Hasan Alimin Hani Al-Umari, Abû Abdillâh Muhammad bin Humaid (kepada Imam ini Asy-Syâthibiy mengkaji kitab Sibawaih3dan al-Kâmil karangan al-Mubarrad dan kitab Adâb al-K^atib, karangan Ibnu Qutaibah), Abû Adbillâh bin Abdurrahîm, Abul Hasan bin An-Ni’mah pengarang kitab Rayyuz

Kalid bin Muhammad al-Hâfiz dan Sayid Lasyain Abu al-Farah, Taqrîbul Ma’âni fî Syarah Hirz alAmâni fî al-Qirâ`ât as-Sab’, (Madinah: Dâr az-Zamân, 2003), h. 10 2 Ahmad Fathoni, Kaidah Qirâ`ât Tujuh Menurut Târiq Asy-Syâthibiyyah Jilid 1, (Jakarta : Yayasan Bengkel Metode Maisura, 2016), h. 15-19 3 Kalid bin Muhammad al-Hâfiz dan Sayid Lasyain Abu al-Farah, Taqrîbul Ma’âni fî Syarah Hirz alAmâni fî al-Qirâ`ât as-Sab’, h. 10 1

2

Zam’an fî Tafsîr Al-Qur`an, dan Abul Qâsim bin Hubaisyi (Imam Asy-Syâthibiy meriwayatkan tafsirnya dari Abul Qâsim ini).4 Imam Asy-Syâthibiy kemudian berangkat menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Dalam perjalanan beliau tersebut, beliau menyempatkan diri untuk berguru kepada Imam Abû Tâhir as-Salafi di kota Iskandaria (Alexandria).5 Sesampainya beliau di kota Mesir, sebagai penghargaan terhadap kredibilitas keilmuan beliau, Imam Asy-Syâthibiy disambut hangat oleh Al-Qâdî al-Fâdil. Beliau oleh Al-Qâdî ditempatkan di sebuah Madrasah yang telah dibangun oleh Al-Qâdî di daerah Mulukia di kota Kairo. Di Madrasah inilah Imam Asy-Syâthibiy diangkat menjadi guru besar dalam bidang Ilmu Qirâ`ât.Setelah hadirnya Imam Asy-Syâthibiy di Madrasah ini, tidak lama Madrasah ini mengalami kemajuan yang pesat. Dari berbagai kota murid banyak berdatangan ke Madrasah ini. Di Madrasah milik Al-Qâdî inilah Imam Asy-Syâthibiy merampungkan karya beliau yang monumental hingga hingga saat ini dalam bidang Qirâ`ât yang bernama Hirz al-Amâni wa Wajhu at-Tahâni, yang lazim di kenal dengan nama Nazam AsySyâthibiyyah. Di sini pula beliau merampungkan karya-karya beliau yang lainnya, diantaranya adalah: ‘Aqîlatu Atrabil Qashâid fî Asnal Maqâshîd (berbentuk syair mengenai Ilmu Rasm Usmani), Nâzhimatuz Zahr (berbentuk syair mengenai Ilmu ‘Addu al-âyi) karya bersyair terdiri 500 bait, ringkasan kitab At-Tamhîd (syarah AlMuwaththa`) karangan Imam Ibnu Abdil Barr.6 Ketika Panglima Salâhuddîn Al-Ayyûbi menaklukkan Baitul Maqdis, Palestina, Imam Asy-Syâthibiy sempat berkunjung ke sana, pada tahun 589 H/1193 M. setelah itu beliau kembali lagi ke Mesir dan menetap di Madrasah Al-Fâdhiliyyah, sebuah madrasah yang dibina beliau dengan mengajar Ilmu Qirâ`ât di situ hingga wafat pada Ahad, 28 Jumadil âkhir 590 H/ Senin, 20 Juni 1194 M. Dikuburkan pada hari Senin di pemakaman “Al-Qâdî Al-Fâdil Abdurrahîm Al-Baisani” di daerah Qarafa As-Sugrâ, sebuah tempat di kaki gunung Al-Muqattam Mesir. Kuburan ini, hingga kini, ramai diziarahi.7 Imam Asy-Syâthibiy, di kenal sebagai orang yang cerdas. Beliau menguasai banyak cabang ilmu.Di samping ahli dalam Ilmu Qirâ`ât (cabang ilmu yang paling 4

Romlah Widayati dkk., Ilmu Qirâ`ât 1 (Memahami Bacaan Imam Qirâ`ât Tujuh), (Ciputat : IIQ Jakarta Press, 2015) h. 37 5 Romlah Widayati dkk., Ilmu Qirâ`ât 1 (Memahami Bacaan Imam Qirâ`ât Tujuh), h. 37 6 Ahmad Fathoni, Kaidah Qirâ`ât Tujuh Menurut Târiq Asy-Syâthibiyyah Jilid 1, h. 16 7 Kalid bin Muhammad al-Hâfiz dan Sayid Lasyain Abu al-Farah, Taqrîbul Ma’âni fî Syarah Hirz alAmâni fî al-Qirâ`ât as-Sab’, h. 10

3

beliau tekuni selama ini) beliau juga ahli di bidang bahasa Arab, Nahwu dan sastranya serta hafal banyak Hadis. Meskipun menurut suatu riwayat beliau terlahir dalam keadaan buta, namun dalam sejarah perjalanan kehidupan beliau Imam Asy-Syâthibiy selalu tampil melebihi kebanyakan orang pada umumnya. Kehidupan Imam Asy-Syâthibiy sangat sederhana. Beliau mengabdikan seluruh hidupnya untuk ilmu terutama Ilmu Qirâ`ât ini. Beliau menganut pola hidup kamu sufi, zuhud dan selalu dalam keadaan suci sepanjang waktu. Beliau juga terkenal pendiam. Hanya berbicara ketika dalam hal-hal penting, terutama dibidang ilmu. Tidak heran juka oleh santri dan kaumnya Imam Asy-Syâthibiy dianggap sebagai salah seorang wali Allah. Seperti halnya para wali, Imam Asy-Syâthibiy juga memiliki banyak karamah. Diantaranya adalah beliau mengetahui hal-hal yang kasat mata. Misalnya pagi hari selepas shalat subuh, seperti biasa Imam Asy-Syâthibiy mengajar Al-Qur`an di Madrasah Fâdhiliyah. Para murid kemudian berebut untuk mendapatkan posisi di baris depan. Salah seorang murid yang kebetulan mendapatkan posisi paling depan disuruh mundur dan dia tidak disuruh membaca. Malah murid lain yang dibelakang yang disuruh membaca lebih dahulu. “Apakah gerangan dosaku?” pikirnya sambil bergerak mundur. Si murid inipun tersadar bahwa semalam ihtilâm. Setelah selesai mandi di samping madrasah tersebut, si murid langsung kembali ke majelis. Keadaan masih tetap, tidak ada yang berubah. Begitu si murid duduk, Imam Asy-Syâthibiy langsung menyuruhnya membaca Al-Qur`an.8 Dengan ketajaman firasat dan kecerdasan beliau inilah Imam Asy-Syâthibiy tidak pernah menampakkan gerakan-gerakan yang biasa di perlihatkan oleh kebanyakan orang buta. Sebagai seorang yang berilmu. Imam Asy-Syâthibiy berjalan penuh kekhusyu`an dan kerendahan. Itulah sebabnya para murid beliau dan para karib kerabat beliau memandang Imam Asy-Syâthibiy dengan penuh kekaguman. Dengan jujur mereka menghargainya sebagai seorang ulama besar pada zamannya. Abû Syâmah Ad-Dimasyqi, salah seorang ulama segenerasi menghadiahi Imam AsySyâthibiy 2 buah syair yang berbunyi:

ِ ‫بِرْؤي ِة َشي ِخ ِمصرالش‬ ِِ ِ‫ابى‬ َْ ْ َ ُ

#

ِِ ِ‫َكتَ ْع ِظْي ِم الص َحابَِة لِلنى‬ 8

‫ضالَءَ فَ ُازْوا‬ َ ُ‫اعةً ف‬ َ ‫ت َج َم‬ ُ ْ‫َرأَي‬ #

ِِ‫َوُكلُّ ُه ُم يُ َع ِظ ُمهُ َويُثْن‬

Ahmad Fathoni, Kaidah Qirâ`ât Tujuh Menurut Târiq Asy-Syâthibiyyah Jilid 1, h. 17

4

Artinya: Aku bertemu dengan banyak orang yang mulia, mereka berbahagia dapat bertemu Syekh orang Mesir Asy-Syâthibiy.Semuanya memuji dan menyanjungnya sebagaimana para sahabat menyanjung Nabi.

B. Biografi Imam Ibnu Al-Jazari Nama lengkap Imam Ibnu Al-Jazari ialah Abu Al-Khair Syamsyuddin Muhmmad bin Muhammad bin Ali bin Yusuf bin Jazari al-Damsyiqqi Al-Syafi’ie. Beliau lebih terkenal dengan gelar Ibnu Al-Jazari yang merujuk kepada tempat bernama Jazirah Ibnu Umar, sebuah bandar pelabuhan berdekatan dengan sungai Dajlah di Turki sekarang ini. Dilahirkan di Damsyiq (Damiskus, Syiria) pada malam Sabtu selepas sholat taraweh bersamaan pada Bulan Ramadhan 25 tahun 751 hijriyah atau 30 februari 350 M.9 Beliau adalah imam yang terkemuka dalam meriwayatkan Qirâ`ât, beberapa diantara kitab-kitab beliau dalam bidang Qirâ`ât dan tajwid ialah ithaf al-marahah fi tatimmah al-‘asyrah, ushul al-Qirâ`ât, tahbir al-taysir, thayyibah al-nasr, taqrib alnasr (ringkasan al-nasr), yang paling terkenal al-nasyr fi al-Qirâ`ât al-‘asyr yang menyataan bacaan sepuluh imam Qirâ`ât. Sejak kecil Imam Al-Jazari sibuk mempelajari Al-Qur`an. Beliau telah menghafalkan Al-Qur`an sejak berumur 13 tahun dan telah menghatamkan 30 juz pada tahun berikutnya pada shalat tarawih. Beliau mulai mempelajari ilmu Qirâ`ât dari pada gurunya di tanah kelahirannya yaitu di Damaskus, sehingga beliau benar-benar mahir dalam bacaan Qirâ`ât Tujuh ketika berumur 17 tahun.10 Perantauan dan perjalanan yang dilalui oleh Imam Al-Jazari dalam menuntut dan mengembangkan ilmunya sangat panjang. Pada tahun 768 H ketika berumur 17 tahun, beliau mengambil keputusan untuk membaca Al-Qur`an kepada Imam Masjidil An-Nabawi yaitu Syeikh Abi Abdullah Muhammad bin Sholeh (785 H). Pada tahun berikutnya, beliau terus merantau ke Kaherah untuk mendalami ilmu Qirâ`ât bagi 14

9

Al-Hafidz Abi Khair Syamsuddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Jazari, Taqribun an-Nasr Fi al-Qur’ani al-‘Asr, (al-Madinah al-Munawwarah: Majma’ul Mulk Fahdi li Thaba’ati al-Syarif, 1433 H), 36. 10 Sedek bin Arifin, shafiqah bt. Idris, “Perbandingan Ilmu Tajwid menurut Thariq al-Syatibiy dan Thariq al-Jazariy bagi Riwayat Imam Hafs ‘An ‘Asim”, skripsi, Universitas Malaya, (2015), 6.

5

imam. Kemudian beliau terus ke Iskandariyah untuk mendalami Ilmu Balaghah, Ushul Fiqih, Al-Qur`an dan lain-lain. Diantara guru-gurunya ialah Syeikh Abu Muhammad ‘Abdu Al-Wahab bin Yusuf bin Al-Sallar (689-782 H), Syeikh Ahmad bin Ibrahim bin Al-Tahhan AlManbaji (702-782 H), Syeikh Ahmad bin Rejab bin Al-Hasan bin Sulami bin AlBaghdadi (775 H),Syeikh Ibrahim ‘Abdullah bin Humawi Al-Mu’addib (773 H), Syeikh Abu Al-Ma’ali bin Al-Lubban (715-776 H), Syeikh Abu ‘Abdullah Muhammad bin Saleh Al-Madani yang merupakan khatib dan imam Masjid Nabawi (785 H), Syeikh ‘Abdullah Muhammad bin ‘Abd Al-Rahman Al-Saghir Al-Hanafi (704-776 H) dan Syeikh Abu Muhammad bin ‘Abd Al-Rahman bin Ahmad bin Ali Al-Baghdadi Al-Wasiti Al-Masri (702-781 H).11 Antara anak-anak murid beliau yang terkemuka ialah Syeikh Abu Bakr Ahmad bin Muhammad bin Al-Jazari, Syeikh Abu Al-Fath Muhammad bin Muhammad bin Al-Jazari (777-814 H), Syeikh Abu Al-Khair Muhammad bin Muhammad bin Al-Jazari (ketiga-tiganya adalah anak kepada Imam Al-Jazari) Syeikh Mahmud bin Al-Husein bin Sulaiman al-Sirazi, Syeikh Al-Khatib Mu’min bin Ali alRumi, Syeikh Abdul Qadir Al-Thallah Al-Rumi dan Syeikh Jamal Al-Din Muhammad bin Muhammad, yang terkenal dengan Ibn Iftikar Al-Hurawi.12 Pada tahun 793 H. Beliau pulang ke kampung halamannya, beliau telah diangkat menjadi qadhi hakim tertinggi di negerinya yaitu damsyiq. Disini beliau telah mengasaskan pusat pengajiannya yang diberi nama “Darul Qur’an”. Pada tahun 797 H beliau diangkat ke Barusah ibu negara Turki Ustmani pada saat-saat peristiwa Damsyiq jatuh ke tangan Taimur Lang pada tahun 804 H. Taimur Lang amat kagum dengan kebolehan beliau lalu diutuskannya imam Al-Jazari ke Kish ke negara Parsi pada tahn 1404 M. Maka beliau menetap di Samarkand yaitu ibu negara Taimur Lang dan mengajar disana. Setelah Taimur Lang wafat (807 H/1405 M), Imam Al-Jazari meneruskan perantauan ke Khurasan, Asbahan dan lain-lain sehingga beliau kembali ke Syiraz. Melalui perantauan inilah Imam Al-Jazari telah menimba banyak pengalaman di

Shaharuddin Bin Saad dkk, “Perbandingan Thariq Al-Syatiby dan Ibnu Al-Jazari dalam Riwayat Hafs”, skripsi, Universitas Malaysia, (2016), h. 37. 12 Shaharuddin Bin Saad dkk, “Perbandingan Thariq Al-Syatiby dan Ibnu Al-Jazari dalam Riwayat Hafs”, h. 38. 11

6

samping beliau menebar jasa dan menyampaikan ilmunya kepada umat islam. Beliau juga mengambil manfaat-manfat dari pada ulama sezamannya.13 Diakhir perjalanannya, Imam Al-Jazari kembali ke Syiraz dan menetap disitu hingga ajal menjemputnya tatkala masuk waktu shalat dzuhur pada hari jum’at bersamaan 9 rabi’ul awal tahun 833 H (2 desember 1429) di rumahnya, pada usia 82 tahun dan dikebumikan dimadrasah yang beliau asaskan.

C. Sekilas Tentang Qira`at Sab’ah dan Qira`at Asyrah Qirâ`ât sab`ah adalah qirâ`ât yang diriwayatkan oleh tujuh imam qirâ`ât dengan masing-masing imam mempunyai dua orang perawi. Tujuh qirâ`ât ini dihimpun dan dipopulerkan oleh Abu Bakr ibn Mujahid (245-334 H).14 Ketujuh imam dan perawinya yaitu: 1) Imam Nafi’. Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi ibn ‘Abdurrahman ibn Abi Nu’aim al-Laitsi, lahir di Asfahan tahun 70 H dan wafat juga di Madinah pada tahun 169 H.15 mata rantai sanad Imam ini, ia mempunyai guru banyak di antaranya Abdurrahman ibn Hurmuz, Abdurrahman dari Abdullah ibn Abbas dan Abu Hurairah, Abu Hurairah dari Ubay ibn Ka’ab dan Ubay dari Rasulullah saw. Perawi imam Nafi’ adalah: a) Qalun. Nama lengkapnya adalah Abu Musa Isa ibn Mina, lahir tahun 120 H dan wafat 220 H di Madinah. b) Warsy. Nama lengkapnya adalah Utsman ibn Sa’id al-Misri, lahir tahun 110 H dan wafat 197 H di Mesir.16 2) Imam Ibn Katsir. Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn Katsir al-Makki, lahir tahun 45 H dan wafat di Makkah tahun 120 H. Mata rantai sanad bacaannya dari Abdullah ibn Sa’id al-Makhzumi, Abdullah membaca dari Ubay ibn Ka’ab dan Umar ibn Khattab, keduannya membaca dari Rasulullah saw.17Perawi Imam Ibn Katsir adalah:

Sedek bin Arifin, shafiqah bt. Idris, “Perbandingan Ilmu Tajwid menurut Thariq al-Syatibiy dan Thariq al-Jazariy bagi Riwayat Imam Hafs ‘An ‘Asim”, h. 7. 14 Ahmad Von Denffer, Ilmu Al-Qur`an Pengenalan Dasar, cet. 1 h. 137 15 Ahmad Fathoni, Tuntunan Praktis 100 Maqra Qiraat Mujawwad Riwayat Qalun- Warsy- Khalaf dan Qiraat Sab`ah (Jakarta: Fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta, 2011), h, 7. 16 Ahmad Fathoni, Kaidah Qira`at 1&2, (Jakarta: Yayasan Bengkel Metode Maisura, 2016) h. 6. 17 Muhammad Hidayat Noor, “Ilmu Qirâ`at Al-Qur'an: Sebuah Pengantar”, Dalam Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an dan Hadis, Vol. 3, No. 1, Juli 2002 h. 10 13

7

a) Al-Bazzi. Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Muhammad ibn Abdullah ibn Abi Bazzah al-Makki, lahir tahun 170 h dan wafat di Makkah 250 H. b) Qunbul. Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Abdurrahman ibn Muhammad ibn Khalid ibn Sa’id al-Makki al-Makhzumi, lahir tahun 195 H dan wafat di Makkah tahun 291 H. 18 3) Imam Abu ‘Amr. Nama lengkapnya adalah Zayyan ibn al-‘Ala ibn Ammar alMazini al-Bashri. Lahir tahun 68 H dan wafat di Kufah tahun 154 H. Mata rantai sanad bacaan ini adalah bahwa ia membaca dari bebarapa guru, di antaranya Abu Yazid ibn Qa’qa’ dan Hasan al-Bashri. Hasan dari Hattan dan Abu Aliyah. Abu dari Umar ibn Khattab dan Ubay ibn Ka’ab. Keduanya dari Rasululllah Saw.19 Perawi Imam Abu ‘Amr adalah: a) Al-Duri. Nama lengkapnya adalah Abu Umar Hafs ibn ‘Abd al-Aziz al-Duri al-Nakhrawi, wafat tahun 246 H. b) Al-Susi. Nama lengkapnya adalah Abu Syu’aib Salih ibn Ziyad ibn Abdullah al-Susi, wafat tahun 261 H. 4) Imam Ibn ‘Amir. Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn ‘Amir al-Syami alYahshabi. Seorang qadi dari Damaskus pada pemerintahan al-Walid ibn ‘Abd alMalik. Lahir tahun 21 H dan wafat di Damaskus tahun 118 H. Mata rantai sanad ini hanya berselang seorang sahabat, yaitu ‘Utsman ibn Affan dan Utsman dari Rasulullah Saw20. Perawi Imam Ibn ‘Amir adalah: a) Hisyam. Nama lengkapnya adalah Hisyam ibn ‘Ammar al-Dimasyqi, lahir tahun 153 H dan wafat di Damaskus tahun 245 H. 21 b) Ibn Dzakwan. Nama lengkapnya adalah Abu Amir Abdullah ibn Ahmad ibn Basyir ibn Dzakwan al-Dimasyqi. Lahir tahun 173 H dan wafat di Damaskus 242 H.22 5) Imam ‘Asim. Nama lengkapnya adalah Abu Bakr ibn Abu al-Najud kunyahnya adalah Abu Bakr, berasal dari golongan tabi’in, wafat di Kufah 128 H. Mata rantai sanad bacaan Imam ini adalah dari Abdurrahman ibn Hubaib al-Sulaimi dari 18 Ahmad Fathoni, Tuntunan Praktis 100 Maqra Qiraat Mujawwad Riwayat Qalun- Warsy- Khalaf dan Qiraat Sab`ah, h, 7. 19 Ahmad Fathoni, Tuntunan Praktis 100 Maqra Qiraat Mujawwad Riwayat Qalun- Warsy- Khalaf dan Qiraat Sab`ah, h, 7. 20 Muhammad Hidayat Noor, “Ilmu Qirâ`at Al-Qur'an: Sebuah Pengantar”, Dalam Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an dan Hadis, Vol. 3, No. 1, Juli 2002 h. 11 21 Ahmad Fathoni, Tuntunan Praktis 100 Maqra Qiraat Mujawwad Riwayat Qalun- Warsy- Khalaf dan Qiraat Sab`ah, h, 8 22 Ahmad Fathoni, Kaidah Qira`at 1&2, h. 8

8

‘Abdullah ibn Mas’ud, Utsman bin Affan, Ali ibn Abu Thalib, Ubay ibn Ka’ab dan Zaid ibn Tsabit. Dan para sahabat ini bacaannya dari Rasulullah Saw. Perawi imam ‘Asim adalah: a) Syu’bah. Nama lengkapnya adalah Abu Bakr Syu’bah ibn ‘Ayyasy ibn Salim, lahir tahun 95 H dan wafat di Kuffah 193 H. b) Hafs. Nama lengkapnya adalah Abu ‘Amr Hafs ibn Sulaiman ibn al-Mughirah al-Bazzah, lahir tahun 90 H dan wafat tahun 180 H. 6) Imam Hamzah. Nama lengkapnya adalah Hamzah ibn Hubaib ibn ‘Ammarah alZayyat, lahir tahun 80 H23 dan wafat di Halwan tahun 156 H. mata rantai sanad bacaannya dari Abu Muhammad ibn Sulaiman ibn Mihran al-A’masyi, al-A’masyi dari Abu Muhammad Yahya, Yahya dari ‘Alqamah dari Abdullah ibn Ma’ud dan Ibn Mas’ud dari Rasulullah Saw. Perawi Imam Hamzah adalah: a) Khalaf. Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Khalaf ibn Hisyam alBazzar, lahir tahun 150 H dan wafat di Baghdad tahun 229 H. 24 b) Khalad. Nama lengkapnya adalah Abu Isa Salim ibn Isa al-Hanafi al-Kuffi wafat di Kufah tahun 220 H.25 7) Imam Kisa’I. nama lengkapnya adalah ‘Ali ibn Hamzah al-Nahwi, kunyahnya adalah Abu al-Hasan wafat tahun 189 H. mata rantai sanad bacaannya adalah Imam Hamzah dan juga dari Muhammad ibn Abu Laili serta Isa ibn Umar sedangkan Isa dari ‘Asim. Perawi Imam Kisa’I adalah: a) Abu al-Harits. Nama lengkapnya adalah al-Laits ibn Khalid al-Baghdadi, wafat tahun 240 H. b) Al-Duri. Nama lengkapnya adalah Abu Umar Hafs ibn ‘Abd al-Aziz al-Duri alNakhwi, wafat tahun 246 H.26 Dengan dibakukannya tujuh orang imam di atas, maka bacaan-bacaan iman yang lain menjadi tidak terakomodir dan terancam punah. Padahal, di luar tujuh orang imam yang dibakukan Ibn Mujahid (w. 334 H) ini terdapat bacaan imam lain yang memiliki kualitas kesahihan yang setara, sebab qirâ`ât yang berkembang saat itu terbilang banyak, bahkan hingga mencapai puluhan. Jumlah tersebut akan semakin banyak jika ditambah dengan Muhammad Hidayat Noor, “Ilmu Qirâ`at Al-Qur'an: Sebuah Pengantar”, Dalam Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an dan Hadis, Vol. 3, No. 1,...


Similar Free PDFs