Makalah "BUDIDAYA TANAMAN KRISAN" PDF

Title Makalah "BUDIDAYA TANAMAN KRISAN"
Author A. Laraswati
Pages 15
File Size 175.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 560
Total Views 763

Summary

Makalah Individu Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura BUDIDAYA TANAMAN KRISAN Disusun oleh : NAMA : ADINDA ASRI LARASWATI NIM : G111 15 305 KELAS :G PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 i KATA PENGANTAR Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Al...


Description

Makalah Individu Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura

BUDIDAYA TANAMAN KRISAN

Disusun oleh :

NAMA

: ADINDA ASRI LARASWATI

NIM

: G111 15 305

KELAS

:G

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

i

KATA PENGANTAR Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Budidaya Tanaman Bunga Krisan” ini dalam bentuk, isi maupun pembahasannya yang sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah ini membantu memberikan petunjuk atau menjadi suatu pedoman bagi pembaca yang khususnya penggemar tanaman hias bunga krisan dari cara pengolahan media tanamnya sampai cara perawatan hingga panen. Makalah ini kami akui masih jauh dari sempurna karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang dan minim. Akhir kata seperti pepatah mengatakan “Tiada Gading Yang Tak Retak”, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak atau pembaca demi kesempurnaan penyusunan makalah kami untuk kedepannya.

Makassar, 27 April 2017

Adinda Asri Laraswati

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1

Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3

Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II ..................................................................................................................... 2 ISI ............................................................................................................................ 2 2.1 Tanaman Krisan ........................................................................................... 2 2.2 Morfologi Tanaman Krisan .......................................................................... 3 2.3 Manfaat Tanaman Krisan ............................................................................. 3 2.4 Syarat Tumbuh ............................................................................................. 4 2.5 Pembibitan ................................................................................................... 5 2.6 Pengolahan Media Tanam ............................................................................ 7 2.7 Penanaman ................................................................................................... 7 2.8 Pemeliharaan Tanaman .............................................................................. 10 BAB III ................................................................................................................. 11 PENUTUP ............................................................................................................. 11 3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 11 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisan (Dendranthema grandiflora) merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai peluang besar untuk meningkatkan taraf hidup petani. Banyaknya jenis, bentuk, dan warna bunga krisan menyebabkan krisan sangat populer di masyarakat. Dalam penggunaannya, krisan dapat dibedakan atas krisan bunga potong dan krisan pot. Sebagai bunga potong, krisan di antaranya digunakan untuk dekorasi dan rangkaian bunga pada pesta-pesta pernikahan, dan acara-acara pembukaan kantor-kantor baru. Berbeda dengan bunga pot, krisan misalnya dimanfaatkan sebagai penghias di meja-meja kantor dan ruang tamu (Nurmalinda, 2014). Prospek agribisnis tanaman hias di dalam negeri sangat cerah dibandingkan dengan kondisi 10 tahun silam. Permintaan bunga krisan baik bunga potong maupun bunga pot di dalam negeri dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang makin meningkat. Kebutuhan pasar domestik yang cukup besar ini belum dapat dipasok dari produksi di dalam negeri sehingga diperlukan impor sekitar 10 persen dari total produksi (Nurmalinda, 2014). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa manfaat dari unga krisan? 2. Bagaimana cara perbanyakan bunga krisan? 3. Bagaimana cara penanaman bunga krisan dengan benar? 1.3 Tujuan 2

Untuk mengetahui apa manfaat dari unga krisan

3

Untuk mengetahui bagaimana cara perbanyakan bunga krisan

4

Untuk mengetahui bagaimana cara penanaman bunga krisan dengan benar

1

BAB II ISI 2.1 Tanaman Krisan Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower). Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenumindicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, pompon). Pada abad ke-4 tanaman Krisan mulai dibudidayakan di Jepang dan tahun 797 bunga Krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman Krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsea mengembangkan delapan varietas Krisan di Inggris. Jenis atau varietas Krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17 (Pramana, 2015). Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, Krisan dikembangkan

secara

komersial. Krisan

(Chrysanthemum

morifolium R.)

dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian 700-1.200 m dpl. Chrysanthemum morifolium termasuk dalam tanaman hari pendek (16 jam siang), yang berasal dari daerah sub tropis. Tanaman Krisan merupakan tanaman tahunan dan akan berbunga terus menerus, tetapi dibudidayakan sebagai tanaman semusim. Krisan dapat tumbuh pada semua jenis tanah, bila dikelola dengan baik (Pramana, 2015). Menurut Pramana (2015), klasifikasi dari tanaman krisan adalah sebagai berikut: Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae Classis

: Dicotyledoneae

Ordo

: Asteraceae / Compositae

Familia

: Compositae

Genus

: Chrysanthemum

Species

: Chrysanthemum sp.

2

2.2 Morfologi Tanaman Krisan Tanaman

krisan

tumbuh

menyemak

setinggi

30-200

cm,

sistem

perakarannya serabut yang keluar dari batang utama. Akar menyebar ke segala arah pada radius dan kedalaman 50-70 cm atau lebih. Batang tanaman krisan tumbuh agak tegak dengan percabangan yang agak jarang, berstruktur lunak, dan berwarna hijau tetapi bila dibiarkan tumbuh terus, batang berubah menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecoklatan, serta berdiameter batang sekitar 0,5 cm. Bunga krisan merupakan bunga majemuk, di dalam satu bonggol bunga terdapat bunga cakram yang berbentuk tabung dan bunga tepi yang berbentuk pita. Bunga tabung dapat berkembang dengan warna yang sama atau berbeda dengan bunga pita. Pada bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil. Dengan bentuk dan warna bunga krisan yang beranekaragam memungkinkan banyak pilihan bagi konsumen (Wijaya, 2012). Bunga krisan adalah bunga majemuk yang terdiri atas banyak bunga yang disebut floret. Setiap floret pada bagian dalam mempunyai lima buah petal yang bersatu pada pangkalnya dan membentuk korola. Floret yang terdapat pada bagian luar disebut ray floret. Floret yang terdapat pada bagian dalam disebut disk floret. Setiap floret terdapat kepala putik yang terdiri atas ovari, bakal biji dan stilus yang menghubungkan ovari dengan stigma. Ray floret pada umumnya hanya mengandung pistil dan tidak mempunyai stamen dan polen, sedangkan disk floret mengandung

dua

alat

reproduktif

sehingga

mempunyai

banyak

kemungkinan untuk menghasilkan biji (Wijaya, 2012). 2.3 Manfaat Tanaman Krisan Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai: a. Bunga pot Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping

3

keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari belanda). Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varietas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam dalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning). b. Bunga potong Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga yang panjang, ukuran berfariasi (kecil, menengah, dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll. 2.4 Syarat Tumbuh a. Iklim Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untu daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30-01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 meter persegi dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga. Suhu udara yang terbaik untuk daerah tropis seperti di Indonesia adalah antara 20-26°C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30°C. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70-80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosintesa antara 600-900 ppm.pada pembudidayaan tanaman krisan

4

dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2 hingga mencapai kadar yang dianjurkan. b. Media tanam Tanah yang ideal untuk budidaya tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit. Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5 sampai 6,7. c. Ketinggian tempat Ketiggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700 sampai 1200m dpl. 2.5 Pembibitan Pembibitan bunga krisan dapat dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek pucuk, dan kultur jaringan. a. Bibit asal anakan b. Bibit asal stek pucuk Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun deasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu derajat 4 derajat selsius dengan kelembaban 30% agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tissue, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek. c. Penyiapan bibit dengan kultur jaringan Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, sterilisasi mata tunas dengan sublimat 0,04% (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman dengan medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjut perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan: 1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 1,5mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan

5

tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan perakaran 26 hari. 2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 BAP/liter, maka kalus akan bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak merangsang pemunculan akar. 3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari. Hasil penelitian Dwimahyani (2001) terhadap perbanyakan tanaman krisan se-cara in vitro dapat disimpulkan bahwa respon masing-masing genotipe tanaman sangat berbeda satu dengan lainnya dalam memproduksi plantlet. Genotipe yang mampu menghasilkan pucuk lebih tinggi akan menghasilkan plantlet yang lebih banyak seperti contoh genotipe Ku-Ch. Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu: a. Stok tanaman induk Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai bahan tanaman ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah stok tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan, dan selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 pucuk.

Pemeliharaan

kondisi

lingkungan

berhari

panjang

stek

dengan

penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan dapat dipilih Growlux SL 18 Philip. b. Perbanyakan vegetatif tanaman induk. 1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm. 2. Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.

6

3. Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.

2.6 Pengolahan Media Tanam a. Pembentukan Bedengan Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam 30 cm hingga gembur, keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua kalinya sambil dibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 20- 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara bedengan 30-40 cm. b. Pengapuran Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan. 2.7 Penanaman 2.7.1 Teknik Penanaman Bunga Potong a. Penentuan Pola Tanam. Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan secara monokultur. b. Pembuatan Lubang Tanam Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang tanam dengan cara ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada hari-hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari. c. Pupuk Dasar Furadan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk ZA 75 gram ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam, diberikan merata pada tanah sambil diaduk.

7

d. Cara Penanaman Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan tanah tipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan furadan 3G. Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah disiapkan sedalam 1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan dekat pangkal batang bibit. Setelah penanaman siram dengan air dan pasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan. 2.7.2

Teknik Penanaman untuk Memperpendek Batang Penanaman dilakukan sama dengan untuk bunga potong biasa, tetapi

dengan menambah cahaya agar tangkai menjadi pendek. a. Pengaturan dan Penambahan Cahaya Dilakukan sampai batas tertentu dengan ketinggian tanaman

yang

dinginkan. Misalnya, bila diinginkan bunga krisan bertangkai 70 cm, maka penambahan cahaya sejak ketinggian 50-60 cm. Lampu dimatikan. Periode berikutnya

beralih ke generatif. Tangkai bunga memanjang

mencapai 80 cm. Bila dipanen tangkainya 70 cm, maka tangkai bunga yang tersisa adalah 10 cm pada tanaman. Total lama penyinaran sejak bibit ditanam sampai periode generatif antara 12-15 minggu tergantung varietas krisan. Cara pengaturan dan penambahan cahaya yaitu dengan pola byarpet, yaitu pencahayaan malam selama 5 menit lalu dimatikan selama 1 menit dilakukan secara berulang-ulang hingga mencapai 30 menit. Cara lain pengaturan dan penambahan cahaya adalah dengan memasang lampu TL pada tengah malam mulai pukul 22.30-01.00. Hasil penelitian Ermawati (2012) menyatakan bahwa warna dari lampu dapat mempengaruhi pertumbuhan bunga krisan. Cahaya tambahan berwarna merah mampu memperbesar diameter bunga Fiji putih. Sedangkan varietas Fiji kuning memiliki diameter bunga yang lebih besar ketika diberi cahaya tambahan warna biru. Hasil penelitian Syafriyudin (2015) menyatakan bahwa cahaya tambahan lampu LED sangat berpengaruh pada pertumbuhan krisan,namun tidak semua lampu dengan warna tertentu memiliki panjang gelombang yang sesuai

8

dengan proses fotosintesis tanaman contohnya lampu hijau kurang baik untuk proses fotosintesis karena tumbuhan yang berwarna hijau tidak bisa menyerap cahaya hijau ,sedangkan lampu warna biru dan merah bagus untuk pertumbuhan tanaman (lebar daun,tinggi batang) karena klorofil banyak menyerap cahaya biru sehingga fotosintesis berjalan optimal dibanding dengan lampu TL.Selain itu kebutuhan daya yang dihasilkan oleh lampu LED lebih rendah dibanding lampu TL yang dapat mengurangi biaya operasional. b. Pemupukan Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang kontinue dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya sebulan sekali. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambah ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m2 luas lahan. Pada fase Generatif digunakan pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram ditambah KNO3 25 gram per m2 luas lahan, cara pemberiannya dengan disebar dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri dan samping kanan. c. Pembuangan Titik Tumbuh Waktu pembuangan titik tumbuh adalah pada umur 10-14 hari setelah tanam, dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm. d. Penjarangan Bunga Jika ingin mendapatkan bunga yang besar, dalam 1 tangkai bunga hanya dibiarkan satu bakal bunga yang tumbuh. 2.7.3

Teknik Penanaman untuk Bunga Pot Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang berisi

media sabut kelapa (hancur) atau campuran tanah dan sekam padi (1:1). Untuk memperpendek batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu dengan penyinaran 16 jam/hari. Untuk merangsang pembungaan, pot-pot kemudian diberi pencahayaan pendek dengan cara menutupnya di dalam kubung dari jam 16.00-22.00. Selama pertumbuhan tanaman diberi pupuk cir multihara lengkap. Pembungaan

9

ini dapat pula dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak 500 ppm pada saat penyinaran pendek. Untuk mendapatkan bunga yang besar dan jumlahnya sedikit, bakal bunga dari setiap batang perlu diperjarang dengan hanya menyisakan satu kunc...


Similar Free PDFs