Paper (Makalah) Budidaya Tanaman Wortel PDF

Title Paper (Makalah) Budidaya Tanaman Wortel
Author Anastry Galuh Khusika
Pages 33
File Size 860.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 729
Total Views 864

Summary

Anastry Galuh Khusika BUDIDAYA TANAMAN WORTEL (Daucus carota l.) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wortel (Daucus carota L.) adalah bagian tanaman yang dikonsusmi sebagai buah atau sayur dengan nilai nutrisi tinggi. Wortel dapat dikonsumsi langsung (mentah), diproses terlebih dahulu atau diolah prab...


Description

Anastry Galuh Khusika

BUDIDAYA TANAMAN WORTEL (Daucus carota l.)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wortel (Daucus carota L.) adalah bagian tanaman yang dikonsusmi sebagai buah atau sayur dengan nilai nutrisi tinggi. Wortel dapat dikonsumsi langsung (mentah), diproses terlebih dahulu atau diolah prabrik menjadi produk bervariasi sepertu jus, sup kering, dan makanan bayi. Selain itu, wortel juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan yang dibekukan. Di Indonesia budidaya wortel pada mulanya hanya terkonsentrasi di Jawa Barat yaitu daerah Lembang dan Cipanas. Namun dalam perkembangannya menyebar luas ke daerah-daerah sentra sayuran di Jawa dan Luar Jawa. Berdasarkan hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di Indonesia (BPS, 2015) luas areal panen wortel nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya. Wortel merupakan bahan pangan (sayuran) yang digemari dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan mengkonsumsi wortel sangat dianjurkan, terutama untuk menghadapi masalah kekurangan vitamin A. Dalam setiap 100 gram bahan mengandung 12.000 S.I vitamin A. Selain sebagai gudang vitamin A,

wortel juga berkhasiat untuk penyakit, dan memelihara kecantikan.

Wortel mengandung enzim pencernaan dan memilikisifat diuretik. Meminum segelas sari daun wortel segar ditambah garam dan sesendok teh sari jeruk nipis berkhasiat untuk mengantisipasi pembentukkan endapan dalam saluran kencing, memperkuat mata, paru-paru, jantung dan hati. Bahkan dengan hanya mengunyah daun wortel dapat menyembuhkan luka-luka dalam mulut/nafas bau, gusi berdarah dan sariawan. Pengembangan wortel di Indonesia hingga saat ini masih dititiberatkan pada fungsi tanaman sayur. Wortel sebagai tanaman obat di Indonesia paling banyak dimanfaatkan sebagai jamu atau multivitamin untuk kesehatan mata. Penggunaan dalam industri farmasi serta untuk tujuan estetika masih jarang.

Anastry Galuh Khusika

1.2 Tujuan i.

Mengetahui prospek tanaman wortel di Indonesia

ii.

Mengetahui pemanfaatan tanaman wortel sebagai tanaman obat

iii.

Mengetahui tekik budidaya tanaman wortel sebagai tanaman obat.

Anastry Galuh Khusika

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal Tanaman Wortel Wortel adalah anggota Apiaceae atau Umbeliferae yang berkembang paling besar. Penyebaran dan kompleks keluarga tanaman termasuk beberapa sayuran lainnya, seperti parnsnip, fennel, seledri, akar parsley, celeriac, arracacha, dan rimpang-rimpangan lainnya (Rubatzky et al., 1999). Seperti tanaman lain dari keluarga ini, biji wortel bersifat aromatik dan telah lama dimanfaatkan sebagai bumbu atau obat herbal. Faktanya, biji wortel ditemukan pada situs tinggal manusia pada awal selama 3000 hingga 500 tahun yang lalu di Switzerland dan Gerrman (Laufer, 1919). Bradeen dan Simon (2007) menyatakan bahwa waktu dan cara manusia pertama kali menkonsumsi wortel (Daucus carota L.) masih menjadi perdebatan. Banga (1957) menyebutkan bahwa bukti biologis biji wortel yang terkait dengan masa peninggalan api unggun dan tembikar lobak di Sitzerland dan German bagian selatan sekitar 2000-3000 sebelum masehi. Ia berpendapat bahwa hal tersebut merupakan bukti bahwa manusia jaman dulu dengan sengaja mengumpulkan wortel, bukan membudidayakannya. Keragaman kerabat liar Wortel paling banyak ditemukan di Afganistan. Selain itu, keragaman wortel liar juga tersebar di wilayah barat daya Asia dan wilayah timur Mediterania, yang dianggap sebagai pusat keragaman dan domestika sekunder. Budidaya wortel telah dapat dirunut hingga abad ke-10 di Asia kecil. Varian wortel dengan warna umbi ungu dan kuning di introduksikan ke Eropa sekitar abad ke-11. Introduksi ke India dan Cina terjadi pada abad ke-13 atau ke-14 dan ke Jepang sekitar abad ke-17 (Rubatzky and Mas, 1998).

Anastry Galuh Khusika

Gambar 1. Wortel Liar. (Sumber: www2.warwick.ac.uk/knowledge/science/purple-carrots-white-carrotsyellow-carrots-researching-the genetic-varieties-history-of-the-healthy-orangesnack/)

2.2 Taksonomi Wortel liar Daucus carota var. carota yang juga dikenal sebagai Tali Ratu, diyakini sebagai nenek moyang woetel. Tanaman ini adalah tanaman setahun yang mudah disilangkan dengan wortel budidaya, sehingga mengkontaminasi produksi benih wortel. Spesies wortel liar lain adalah D. maritimus, D. Commutatis, D. hispanicus, D. gummifer, D. fontanessi, D. bocconei, dan D. major (Rubatzky and Mas, 1998). Umbi wortel terdapat dalam berbagai ukuran dan bentuk. Wortel primitif memiliki kandungan antosianin dan memiliki jaringan umbi berwarna ungu. Mutan wortel berumbi kuning lebih disukai daripada ungu. Wortel dengan daging berwarna putih atau jingga dapat diperoleh setelah seleksi berulang-ulang dari tipe kuning. Pemuliaan selama abad ke-17 di Belanda meningkatkan kehalusan akar yang menyebabkan wortel berwarna kuning menjadi kultivar lokasl (landrace) yang dikenal sebagai tipe Long Orange dan tipe Horn. Kulitivar ini merupakan dasar bagi banyak plasma nutfah wortel modern. Diperkirakan bahwa perkembangan wortel yang dibudidayakan terbentuk lebih banyak melalui mutasi dan seleksi daripada melalui persilangan dengan plasma nutfah liar (Rubatzky and Mas, 1998).

Anastry Galuh Khusika

Gambar 2. Variasi warna pada beberapa kultivar wortel. (Sumber: https://australianseed.com/persistent/catalogue_images/products/carrotcolour-mix.jpg) Pemisahan tipe akar utama diterapkan pada kultivar Eropa dan kultivar Asia. Umumnya, kultivar Eropa bertekstur keras, manis, beraroma tajam, berwarna jingga kekuningan hingga jingga tua, bolting lambat, dan dapat menyesuaikan diri dengan suhu dingin. Kultivar yang ditanam di Asia bertekstur agak lunak, kurang manis, dan beraroma lemah, mudah bolting, beradaptasi dengan suhu panas, dan umbinya sering berwarna merah terang atau jingga kemerahan (Rubatzky and Mas, 1998). Suhu rendah kurang dari 5C cenderung mempercepat induksi bunga. Lamanya pemaparan terhadap suhu rendah beragam dari beberapa minggu hingga 12 minggu untuk kultivar yang tahan bolting. Pada beberapa kultivar tropika, bolting dapat diinduksi pada suhu kurang dari 15C. Jika dilakukan secara ketat, pembuangan tanaman yang berbunga dini dalam produksi benih dapat menurunkan jumlah tanaman berbunga dini pada generasi berikutnya. Umumnya, kultivar zona iklim sedang adalah dua tahunan, sedangkan kultivar tropika menunjukkan pola pertumbuhansetahun dan ditanamm pad kondisi hari pendek. Karena ditanam di daerah lintang rendah, tipe tropika lebih menukai hari pendek (Rubatzky and Mas, 1998).

2.3 Botani Tanaman wortel membentuk daun roset dan daun akar tunggan lumbung besar berdaging selama tahun pertama. Batangnya yang sangat tertekan, hamper lircakram pada pertumbuhan tahun pertama dengan tinggi daun 25 – 60 cm. Daun

Anastry Galuh Khusika

yang muncul dari batang memiliki tangkai daun panjang yang membesar, dan lirupih pada pangkal lekatnya. Lembar daunnya tebagi secara berulang dengan segmen lembar daun kecil, sempit, dan sangat terbelah. Tanaman yang memiliki tajuk besar umumnya menghasilkan akar besar, tetapi memerlukan waktu pertumbuhan yang lebih lama, sedangkan kultivar bertajuk kecil menghasilkan akar kecil, tetapi periode pertumbuhannya lebih singkat (Rubatzky and Mas, 1998). Akar tunggang, awalnya panjang, ramping, tumbuh vertical, mulai memanjang dengan cepat dan mencapai panjang potensialnya dalam waktu 12 – 24 hari setelah berkecambah. Hasil meningkat sesuai dengan panjang akar. Akar yang panjangnya lebih dari 30 cm sulit dipanen dan ditangani. Akar tunggang terdiri atas jaringan hipokotil dan akar primer. Akar serabut tidak terdapatr pada bagian atas hipokotil dan akar primer. Akar serabut tidak terdapat pada bagian atas hipokotil, tetapi akar serabut yang sangat halus dan amat bercabang, dalam jumlah banyak, tumbuh dari bagian bawah akar tunggang. Beberapa akar tunggang dapat mencapai kedalaman lebih dari 75 cm. Secara anatomis, akar ini terdiri atas jaringan xilem dan floem primer dengan bagian cambium yang menghubunkan keduanya dalam suatu lingkaran. Kambium ini menghasilkan xilem sekunder ke arah dalam dan floem sekunder ke arah luar. Untuk mendapatkan kualitas yang layak pangan yang baik, akar ini idealnya haruse memiliki xilem yang minimum, relatif terhadap korteks (floem), dan dengan perbedaan warna yang minimum antara kedua jaringan ini. Warna jaringan xilem biasanya lebih terang daripada floem (Rubatzky and Mas, 1998). Pada potongan membujur, peridermis adalah jaringan terluar. Ke arah dalam tumbuh jaringan floem, cambium dan xilem. Kantong minyak dalam ruang antarsel perisikel mengandung minyak esensial yang menyebabkan bau dan aroma khas wortel. Akar tunggang menyimpan sukrosa dan gula lain dalam jumlah yang cukup banyak. Umbi biasanya berbentuk kerucut terbalik, tetapi dapat juga berbentuk silinder, bundar atau bentuk antaranya. Pada bagian terbesar, diameter umbi beragam dari 1 cm hingga lebih dari 10 cm. Panjang akar berkisar antara 5 cm hingga lebih dari 50 cm; umumnya antara 10 dan 20 cm. Antosianin menyebabkan umbi berwarna ungu kemerahan. Alfa dan beta karoten berturut – turut menyebabkan warna kuning dan jingga, adalah pigmen karatenoid utama. Beta karoten biasanya mencapai

Anastry Galuh Khusika

sedikitnya 50% dari kandungan wortel karatenoid; nisbah alfa- terhadap betakaroten biasanya sekitar 1 : 2. Warna merah pada kultivar tertentu disebabkan oleh likopen. Karatenoid tidak tersebar merata dalam umbi. Pembentukan karoten berlangsung dari jaringan ujung proksimal ke ujung distal akar tunggang. Jaringan floem biasanya mengandung pigmen sekitar 30% lebih banyak daripada jaringan xilem (Rubatzky and Mas, 1998). Perbedaan kandungan karoten juga dipengaruhi oleh suhu, kematangan tanaman, dan kultivar. Kandungan karoten pada kultivar wortel yang paling banyak ditanam berkisar dari 60 hingga lebih dari 120 µg/g bobot segar. Jumlah likopen pada sebagian besar wortel agak rendah, kecuali beberapa kultivar yang dagingnya berwarna merah, seperti tipe kintoki yang terkenal di Jepang (Rubatzky and Mas, 1998). Pada saat terjadi bolting, batang memanjang dan menghasilkan banyak cabang kaku. Biasanya beberapa tangkai bunga terus tumbuh, tingginya berkisar dari 1 hingga 2 meter. Perbungaan wortel adalah umbel majemuk ujung yang terdiri atas banyak umbelet dengan bunga kecil – kecil berwarna putih. Umbel dikelilingi oleh kelopak bunga panjang bercuping dan umbelet juga dikelilingi oleh kelopak daun. Sebuah umbel besar utama dari suatu tangkai bunga dapat mengandung 50 umbelet, masing – masing dengan satu bunga. Umbel kedua, ketiga, dan keempat secara prograsif lebih kecil dan berkembang belakangan. Umbel keempat kurang produktif, dan bijinya gagal matang secara memadai yang merupakan salah satu penyebab utama rendahnya kualitas benih. Periode perbungaan dapat berlangsung selama lebih dari satu bulan. Bunga biasanya berkelamin ganda dengan perilau protrandrous dan mekar mulai dari bagian terluar ke arah pusat umbel (sentripal) dan penyerbukannya sebagian besar dengan bantuan serangga. Umbel yang mudah terlihat dan bunga bermadu dapat menarik serangga. Umbel yang mudah terlihat dan bunga bermadu dapat menarik serangga. Buah, bertangkap dua (bilocular), adalah suatu skizokarp ( buah yang tersusun ata beberapa buah yang mudah terlepas ) (Rubatzky and Mas, 1998). Ketika matang, tangkai umbelet terluar melengkung ke dalam dan umbel tampak cekung serta terlihat mirip sarang burung. Biji pipih, berurat, berduri dan ukurannyasangat beragam, berkisar dari 500 hingga 1000 biji per gramnya. Pada

Anastry Galuh Khusika

kultivar dua-tahunan, tangkai bunga dan bijinya dihasilkan pada tahun kedua, tetapi dengan perencanaa periode pertumbuhan dan vernalisasi yang tepat, biji dapat dihasilkan dalam 12 hingga 13 bulan (Rubatzky and Mas, 1998).

2.3.1 Tipe Kultivar Kultivar wortel dikelompokkan ke dalam beberapa tipe yang mencerminkan kesamaan morfologis. Walaupun semua kultivar dapat dijual segar, beberapa kultivar lebih sesuai untuk pengolahan, dan beberapa kultivar lainnya memiliki kegunaan ganda. Gambar berikut ini menggambarkan beberapa bentuk dan ukuran relatif dari beberapa kutivar terkenal.

Gambar 3. Bentuk dan ukuran relatif bebrapa kultivar wortel. (sumber: http://www.carrotmuseum.co.uk/photos/Carrot%20Shapes.jpg )

Negara yang berbeda menyukai tipe dan warna umbi wortel yang berbeda. Di Jepang, penduduknya jarang menyantap eortel mentah dan lebih menyukai umbi wortel panjang berwarna jngga kemerahan berbentuk silinder gemuk. Di Eropa, yang paling disukai adalah kultivar Nantes dan lir-Nantes kuning-jingga yang agak pendek dan ramping, sedangkan di Amerika Utara, tipe yang disukai adalah tipe kultivar imperator dengan umbi panjang berwarna jingga tua (Rubatzky and Mas, 1998).

Anastry Galuh Khusika

Penggunaan kultivar hibrida dalam perdagangan telah meningkat secara nyata. Khususnya untuk tipe yang dijual segar. Keuntungan utamanya adalah keseragaman ukuran, bentuk, dan warna. Mandul jantan sitoplasmik (cytoplasmic male sterility – CMS) digunakan untuk memproduksi kultivar hibrida. Dua sumber CMS yang biasanya digunakan adalah tanaman dengan benang sari cokelat dan petaloid (struktur bunga yang mengalami modifikasi menyerupai kelopak bunga). Pada benang sari cokelat, kemandulan disebabkan tidak berfungsinya benang sari. Sifat mandul ini dikendalikan oleh sejumlah gen dalam sitoplasma dan sekurang – kurangnya melibatkan dua gen resesif dengan aksi komplementer. Kemandulan petaloid disebabkan oleh pembentukan struktur lir-kelopak-bunga di tempat benang sari dan juga dikendalikan secara sitoplasmik dan sekurang – kurangnya melibatkan dua gen dominan dengan aksi komplementer(Rubatzky and Mas, 1998). Selain keseragaman, tujuan utama yang lain untuk memperbaiki kultivar wortel adalah meningkatkan laju pertumbuhan, hasil, kehalusan permukaan umbi, dan ketahanan terhadap retak. Tujuan lain adalah untuk memperbaiki aroma, tekstur, ketahanan, terhadap bolting dan hama, dan adaptasi terhadap suhu tinggi yang lebih baik, khususnya di wilayah subtropika don tropika (Rubatzky and Mas, 1998).

2.3.2 Bolting Kecuali untuk produksi benih, pembentukan tangkai tidak dikehendaki karena meningkatkan perkembangan serat pada hati umbi (Xilem). Kepekaan terhadap bolting disebabkan oleh suhu, kultivar, dan ukuran umbi. Beberapa kultivar memiliki sifat dua-tahunan yang sangat kuat, dan lebih toleran terhadap suhu rendah yang menginduksi bolting (Rubatzky and Mas, 1998). Induksi pembungaan ditingkatkan melalui pemaparan terhadap suho 10C atau lebih rendah selama 6 – 10 minggu. Kepekaan tanaman terhadap vernalisasi beragam menurut ukuran umbi. Tanaman dengan diameter umbi sedikitnya 6 mm lebih tanggap terhadap induksi suhu rendah, sedangkan kecambah kecil atau juvenile tidak. Pada kultivar berumbi besar, fase juvenile berakhir lebih lama. Tanaman muda juga lebih toleran terhadap suhu rendah dan bunga es daripada tanaman yang lebih tua. Kultivar yang memiliki sifat setahun lebih mudah membentuk tangkai bunga pada suhu rendah. Setelah vernalisasi, diperlukan 4 – 5 bulan untuk menghasilkan

Anastry Galuh Khusika

biji matang. Kasus bolting dapat dihindari atau dikurangi dengan penjadwalan tanam yang meminimumkan pemaparan tanaman terhadap suhu rendah yang terlalu lama. Kultivar berbunga lambat terbukti dapat mengatasi masalah ini (Rubatzky and Mas, 1998).

2.4 Persyaratan Tumbuh Tanaman wortel menghendaki suhu udara dingin dan lembab. Pertumbuhan akar, dan daun optium pada suhu 16C – 21C. Pada suhu dibawah 0C pertumbuhan berlangsung lambat; tanaman yang diaklimatisasi agak toleran terhadap bunga es. Suhu yang lebih tinggi dari 21C cenderung menyebabkan umbi pendek dan keras, sedangkan suhu kurang dari 16C cenderung menghasilkan akar ramping dan panjang. Fluktuasi suhu harian yang besar mendukung pertumbuhan cepat, dan jika suhu malam cukup dingin, wortel dapat ditanam di daerah tropis. Pertumbuhan daun tidak terlalu terpengaruh dengan suhu, dan lebih toleran dengan suhu tinggi daripada pertumbuhan umbi. Pada suhu lebih tinggi dari 30C, pertumbuhan berkurang dan aktivitas umbi sangat buruk akibat berkembangnya aroma yang kuat. Pertumbuhan karoten dipengaruhi oleh suhu dan optimum pada suhu 16 – 25C serta lebih atau lebih rendah maupun lebih tinggi dari kisaran suhun tersebut. Pembentukan pigmen terjadi setelah pertumbuhan umbi, sehingga umbi muda berwarna pucat. Dengan pertumbuhan yang terus berlangsung karoten terakumulasi

dan mencapai

konsentrasi maksimum stelah tanaman berumur sekitar 90 – 120 hari. Selanjutnya danpat ajeg atau perlahan berkurang (Rubatzky and Mas, 1998). Wortel secara normal hanya ditanam di daerah tropika garis lintang lebih tinggi (Taiwan atau Hongkong contohnya) atau pada ketinggian diatas 500 m. Tetapi kultivar – kultivar tertentu dapat memberikan hasil di daratan rendah tropika dengan pengurangan suhu malam sedikit saja (sebagai contoh seperti yang yang dapat diperoleh akibat terjadinya pendinginan malam katabatik di kawasan terkurung pegunungan) sangat memperbaiki panen. Hasil percobaan varietas wortel di Brunei pada suhu lingkungannya (rata – rata maksimum dan minimum 35/22C) dan pada suhu malam yang diturunkan (35/17C) adalah umbi wortel dapat tumbuh dengan baik. Hasil paling optimal terdapat pada suhu malam yang diturunkan dengan variasi kultivar Taiwan (Known You). Varietas yang dilaporkan cocok untuk daerakh

Anastry Galuh Khusika

tropika adalah Early Gem, Danvers Half Long, Early Nanters, Short’n/sweet, Royal Cross, dan Early Horn (Williams et al., 1993). Tanah yang ideal untuk produksi wortel adalah tanah liat berpasir

atau

gambut yang dalam, remah, subur, dengan drainase yang baik. Wortel, khususnya kultivar yang memiliki akar panjang, terpengaruh buruk oleh sifat tanah dangkal dan padat. Umbi dapat menjadi sangat pendek akibat tanah yang padat; bentuknya juga terpengaruh (Rubatzky and Mas, 1998). Williams et al. (1993) menambahkan bahwa tanah geluh berpasir yang teratus baik dibutuhkan untuk wortel, terutama di dataran rendah. Tanaman wortel juga cocok untuk budidaya di lahan pasir dan hidroponik. Tanah berat mengakibatkan kematian akar karena kekurangan oksigen, cacat bentuk, pemuntiran, percabangan dan terbelah. Tipe iklim yang cocok untuk tanaman wortel adalah daerah beriklim A, B, dan C (menurut Schmidt – Fergusson) yaitu curah hujan antara 2000–7000 mm/tahun dengan bulan kering...


Similar Free PDFs