MAKALAH SEMINAR PROPOSAL PDF

Title MAKALAH SEMINAR PROPOSAL
Author Edwar Sareza
Pages 20
File Size 127.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 387
Total Views 608

Summary

SEMINAR REGULER POLA PEMBERIAN PAKAN PADA MASA LAKTASI TERHADAP SAPI PERAH OLEH : EDWAR SAREZA 1105104010053 JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2014 1 LEMBARAN PENGESAHAN Setelah membaca dan mempelajari dengan kami berpendapat bahwa tulisan makalah seminar regul...


Description

SEMINAR REGULER

POLA PEMBERIAN PAKAN PADA MASA LAKTASI TERHADAP SAPI PERAH

OLEH :

EDWAR SAREZA 1105104010053

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2014

1

LEMBARAN PENGESAHAN Setelah membaca dan mempelajari dengan kami berpendapat bahwa tulisan makalah seminar regular ini baik ruang lingkup maupun isinya telah memenuhi syarat untuk di seminarkan pada kegiatan Seminar Regular jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Nama Mahasiswa

: Edwar Sareza

NIM

: 1105104010053

Jurusan

: Peternakan

Judul

: Pola Pemberian Pakan Pada Masa Laktasi Terhadap Sapi Perah

Menyetujui Dosen pembimbing

Koordinator Seminar reguler

Dr. Ir. Dzarnisa Araby, M.Si NIP. 196909111994032002

Dr.Ir. Sitti Wajizah, M.Si NIP. 96902281993032001

Mengetahui Ketua Jurusan Peternakan

Dr. Ir. Dzarnisa Araby, M.Si NIP. 196909111994032002

2

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim…. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan rahmat dan hidayahNya makalah seminar regular ini dapat terselesaikan. Shalawat beriring salam kita sanjung sajikan kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW, karena atas kegigihan beliau kita telah terselamatkan dari kekufuran dan dapat mengenal Islam dengan segala kebenarannya. Terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Dr. Ir. DzarnisaAraby, M.Si dan Koordinator mata kuliah seminar regular bidang peternakan Ibu Dr.Ir. Sitti Wajizah, M.Si yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Demikian juga terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Saya yakin makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, saya mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan

saran yang

sifatnya membangun dari pihak-pihak

yang

berkompeten, guna memperbaiki makalah ini di masa mendatang. Untuk itu saya ucapkan terimakasih sebelumnya. Akhirnya saya mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien yaa rabbil’alamiin.......

Banda Aceh, 15 Desember 2014

Penulis

3

DAFTAR ISI Halaman LEMBARAN PENGESAHAN............................................................................ i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2. Tujuan ................................................................................................. 3 BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................... 4 2.1. Jenis Jenis Sapi Perah ........................................................................... 4 2.1.1. Sapi Shorhorn ...................................................................................5 2.1.2. Sapi Friesian Holstein ................................................................... 5 2.1.3. Sapi Jersey .................................................................................... 6 2.1.4. Sapi Brown Swiss ......................................................................... 6 2.2. Bahan Pakan Sapi Perah........................................................................... 7 2.2.1. Pakan Hijauan Sapi Perah.............................................................. 7 2.2.2. Pakan Konsentrat Sapi Perah……………………………………… 8 2.3. Tahapan dalam pemberian pakan sapi perah ………………………… 9 2.3.1. Cara Pemberian Pakan……………………………………………. 9 2.3.1.1. Tahap laktasi awal, 0 – 70 hari setelah beranak…………… 9 2.3.1.2. Tahap konsumsi BK puncak, 10 minggu kedua setelah beranak………………………………………………10 2.3.1.3. Tahap pertengahan – laktasi akhir, 140 – 305 hari setelah beranak……………………………………………. 10 2.4. Pakan Sapi Laktasi (Challenge Feeding)……………………………… 11 BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12 3.1. Kesimpulan…………………………………………………………… 12 3.2. Saran…………………………………………………………………… 12 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13 LAMPIRAN I ……………………………………………………………………. 14 LAMPIRAN II…………………………………………………………………….15

4

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan golongan hewan ternak ruminansia yang dapat mendukung pemunuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi yaitu susu. Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini senantiasa di dorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perkembangan sapi perah perlu mendapat pembinaan yang lebih terencana sehingga hasilnya akan meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut akan dapat terlaksana apabila peternak sapi perah dan orang terkait dengan pemeliharaan sapi perah bersedia melengkapi diri dengan pengetahuan tentang pemeliharaan sapi perah. Dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi sapi perah, ada beberapa faktor penting yang harus diterapkan secara professional yaitu penanganan pola pemberian pakan sapi perah yang baik. Pemberian pakan secara individu pada sapi laktasi di kandang atau milking parlor berubah mengarah ke system pemberian pakan yang baru. Meskipun metode yang lebih baru tidak seefektif pemberian secara individual, sistem ini lebih ekonomis daripada semua sapi diberi sejumlah konsentrat yang sama tanpa memperhatikan produksi susu. Di samping itu, ada penghematan tenaga kerja dan fasilitas. Yang paling baik perbaikan pemberian pakan mengkombinasikan "seni dan ilmu pemberian pakan".

5

Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang batang, ranting, dan bunga. Kelompok jenis pakan hijauan adalah rumput, legume dan tumbuhtumbuhan lain, yang dapat diberikan dalam bentuk segar dan kering (Kusnadi dkk, 1983). Hijauan segar adalah pakan hijauan yang diberikan dalam keadaan segar, dapat berupa rumput segar ,batang jagung muda, kacang-kacangan dan lain-lain yang masih segar (Sitorus, 1983). Pakan hijauan untuk induk laktasi dapat diberikan dalam bentuk kering (hay) maupun dalam bentuk basah atau hijauan segar (dalam bentuk silase). Pembuatan “hay” biasanya berupa hijauan berbentuk tegak yang dikeringkan, sedangkan pembuatan “silase” di daerah tropis masih sulit dilakukan karena banyak hijauan yang sudah tua dan sukar mengeluarkan udara dari dalam silo sehingga bersifat anaerob yang dibutuhkan kurang sempurna (Zainuddin, 1982). Pakan konsentrat adalah bahan pakan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan dapat berupa dedak atau bekatul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ketela pohon atau gaplek dan lain-lain. Pakan tambahan bagi ternak sapi biasanya berupa vitamin dan mineral. Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif dan hidupnya berada dalam kandang terus-menerus. Bahan pakan kasar merupakan makanan utama untuk sapi perah yang terdiri dari rumput dan hijauan. Bahan pakan tersebut mengandung kadar serat kasar yang tinggi. Kadar serat kasar yang tinggi dalam ransum, mengakibatkan ransum tersebut sulit dicerna. Tetapi sebaliknya kadar serat kasar terlalu rendah, menyebabkan gangguan pencernaan pada sapi perah.

6

Bahan pakan konsentrat merupakan pakan

mengandung serat kasar

rendah dan bersifat mudah dicerna, misalnya dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, jagung, kedelai. Zat-zat makan yang tidak dapat dipenuhi oleh rumput dan hijauan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan sapi perah, dilengkapi oleh zat-zat makanan yang berasal dari pakan konsentrat.

1.2. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah seminar regular ini antara lain untuk mengetahui pola serta cara pemberian pakan pada masa laktasi terhadap sapi perah.

7

BAB II PEMBAHASAN Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya peternakan sapi perah, yaitu pemberian pakan. Seekor sapi perah yang daya produksi susunya tinggi, bila tidak mendapat pakan yang cukup, baik kualitas maupun jumlah, tidak akan dapat menghasilkan air susu sesuai kemampuannya. Cara pemberian pakan yang salah, mengakibatkan penurunan produksi, gangguan kesehatan,

bahkan dapat

menyebabkan kematian. Untuk mencegah timbul kerugian, pemberian pakan harus diperhitungkan dengan cermat. Pemberian pakan harus dilakukan secara efisien. Seorang peternak sapi perah, perlu mengetahui tentang nilai gizi bahan pakan yang biasa digunakan sapi perah, penyusunan ransum yang disesuaikan dengan kebutuhan zat makanan sapi perah, harga dan tersedianya bahan pakan yang terdapat dilokasi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. 2.1. Jenis-Jenis Sapi Perah Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), dan Brown Swiss (dari Switzerland). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.

8

2.1.1. Sapi Shorhorn Bangsa sapi ini berasal dari bagian timur laut Inggris di daerah Northhumberland. Sapi shorthorn merupakan jenis sapi dwi guna yang menghasilkan daging dan susu.

Karakteristik Sapi Shorthorn adalah : 1. Warna bulunya putih, coklat bata 2. Kepalanya pendek dan lebar 3. Tanduknya pendek mengarah ke samping dan ujungnya mengarah ke depan 4. Leher pendek dan besar Bidang dada samping dan dada rata Bahunya lebar, berdaging tebal dan kuat, rusuknya melengkung lebar 5. Garis punggungnya lurus dan sampai pangkal ekor, pinggang lebar. 6. Bobot jantan dewasa mencapai 1000 kg, Bobot betina dewasa 900 kg. 2.1.2. Sapi Friesian Holstein Sapi holstein atau frisian merupakan salah satu sapi perah yang sekarang dikenal

sebagai sapi yang

terbanyak

memproduksi susu dipeternakan

susu.

Berasal dari Eropa, sapi holstein dikembangbiakkan di daerah yang sekarang menjadi Provinsi Holland Utara dan Friesland, Belanda (jadi bukan dari Holstein, Jerman).Sapi Holstein berukuran besar dengan totol warna hitam dan putih di sekujur tubuhnya. Dalam arti sempit, sapi holstein memiliki telinga hitam, kaki putih, dan ujung ekor yang putih. Di Indonesia sapi jenis FH ini dapat menghasilkan susu 20 liter/hari, tetapi rata-rata produksi 10 liter/hari atau 3.050 kg susu 1 kali masa laktasi. Sapi jantan jenis FH ini dapat mencapai berat badan 1.000 kg, dan berat badan ideal betina adalah 635 kg. Di Amerika sapi jenis FH ini dapat memproduksi lebih dari 7.000 kg susu dalam 1 kali masa laktasi.

9

2.1.3. Sapi Jersey Bangsa Sapi ini terbentuk di Pulau Jersey yang terletak di selat Channel antara Prancis dan Inggris. Nenek moyang dari sapi Jersey adalah sapi liar Bos (Taurus) Typicus Longifrons yang kemudian dikawin silangkan dengan sapi di Paris dan Normandia (Prancis). Kriteria sapi Jersey sebagai berikut : 1. Badan sapi Jersey memiliki badan paling kecil diantara bangsa sapi perah lainnya. 2. Kadar lemak susunya tinggi 4,85% 3. Memiliki sifat nerveous atau gelisah dan bereaksi cepat terhadap rangsangan. dengan kata lain sapi jersey tidak begitu jinak. 2.1.4. Sapi Brown Swiss Bangsa sapi perah ini berasal dari switzerland dan merupakan sapi perah tertua. Adapun karakteristiknya sebagai berikut: 

Warna tubuhnya cokelat bervariasi, dari cokelat terang sampai cokelat gelap. Bila berwarna putih atau bercak-bercak dikatakan cacat.



Hidung, lidah dan rambut ekor berwarna hitam



Rata-rata produksi susunya mencapai 5.500 liter/laktasi dengan kadar lemak 4,1 %.

10

2.2. Bahan Pakan Sapi Perah Menurut bahan pakan sapi perah terdiri dari 2 golongan yaitu: I. II.

Bahan pakan kasar (hijauan), dan Bahan pakan konsentrat

Bahan pakan kasar merupakan makanan utama untuk sapi perah yang terdiri dari rumput dan hijauan. Bahan pakan tersebut mengandung kadar serat kasar yang tinggi. Kadar serat kasar yang tinggi dalam ransum, mengakibatkan ransum tersebut sulit dicerna. Tetapi sebaliknya kadar serat kasar terlalu rendah, menyebabkan gangguan pencernaan pada sapi perah. Bahan pakan konsentrat merupakan pakan mengandung serat kasar rendah dan bersifat mudah dicerna, misalnya dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, jagung, kedelai. Zat-zat makan yang tidak dapat dipenuhi oleh rumput dan hijauan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan sapi perah, dilengkapi oleh zatzat makanan yang berasal dari pakan konsentrat. 2.2.1. Pakan Hijauan Sapi Perah Dalam beternak sapi perah, pakan hijauan bisa dikatakan sebagai pakan pokok (Macro). Jadi sumber utama untuk kelangsungan hidup sapi berasal dari sini. Umumnya pakan hijauan menggunakan rumput-rumputan berkualitas sedang seperti rumput raja, rumput gajah, rumput alam, rumput lapangan, rumput benggala, dan rumput setaria. Sedangkan hijauan berkualitas seperti kacangkacangan leguminosa (gliricidia, lamtoro, kaliandra) dan bangsa umbi-umbian bisa jadi pilihan utama. Penggunaan pakan hijauan sifatnya wajib paling tidak sekitar 60-70% harus ada di dalam pakan ternak sapi perah disamping pakan tambahan. Pakan hijauan diberikan pada siang hari setelah pemerahan sebanyak kurang lebih 30-50 11

kg atau kurang lebih sekitar 10% berat badan sapi per ekor setiap harinya setelah sapi diperah agar susu hasil perahan tidak berbau. Bagi sapi yang menyusui bisa diberikan pakan 25% lebih banyak agar gizinya selama menyusui juga tercukupi. Tetapi tetap harus diperhatikan jika pemberian hijauan terlalu banyak bisa mengganggu pencernaan yang bisa berdampak pada badan sapi kegemukan yang akan mengurangi efisiensi produksi susu sapi bahkan bisa menyebabkan kematian. 2.2.2. Pakan Konsentrat Sapi Perah Disamping penggunaan makanan pokok, perlu juga ditambahkan pakan tambahan sebagai sumber nutrisi ekstra (Micro). Pakan sandingan yang banyak berpengaruh dan banyak digunakan agar hasil susu meningkat drastis adalah pakan konsentrat yang juga diaplikasikan pada jenis sapi lain seperti sapi pedaging dan pekerja. Pakan sapi perah jenis konsentrat tentunya memiliki komposisi yang berbeda dari komposisi untuk sapi pedaging. Komposisi khusus untuk sapi perah adalah sebagai berikut: Dedak padi (bisa diganti dengan pollard) 25%, tepung jagung 25%, bungkil kelapa 25%, bungkil kedelai/bungkil kacang tanah/bungkil biji kapuk 20%, sisanya ampas tahu, garam dapur, kapur, tepung tulang masing-masing kurang lebih 1%. Dari prosentase itu kebutuhan bahan kering sudah dibilang tercukupi. Pemberiannya dilakukan saat pagi dan sore hari setengah jam sebelum sapi diperah agar kualitas susu tidak turun. Jangan lupa sapi harus selalu diberi minum cukup agar produksi susunya banyak, paling tidak 4 liter air minum untuk 1 liter susu yang dihasilkan atau 10% dari berat badan setiap harinya.

12

2.3. Tahapan dalam pemberian pakan sapi perah 2.3.1. Cara Pemberian Pakan Pemberian pakan adalah suatu program pemberian pakan yang dibagi ke dalam periode-periode berdasarkan pada produksi susu, persentase lemak susu, konsumsi pakan, dan bobot badan. Ada 4 tahap pemberian pakan yang benar terhadap sapi laktasi yaitu : 2.3.1.1. Tahap laktasi awal, 0 – 70 hari setelah beranak. Selama periode ini, produksi susu meningkat dengan cepat, puncak produksi susu dicapai pada 4-6 minggu setelah beranak. Pada saat ini konsumsi pakan tidak dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan (khususnya kebutuhan energi) untuk produksi susu, sehingga jaringan-jaringan tubuh dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan. Selama fase ini, penyesuaian sapi terhadap ransum laktasi merupakan cara manajemen yang penting. Bila zat makanan yang dibutuhkan saat laktasi awal ini tidak terpenuhi, produksi puncak akan rendah dan dapat menyebabkan ketosis. Produksi puncak rendah, dapat diduga produksi selama laktasi akan rendah. Bila konsumsi konsentrat terlalu cepat atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak mau makan.

2.3.1.2. Tahap konsumsi BK puncak, 10 minggu kedua setelah beranak. Selama fase ini, sapi diberi makan untuk mempertahankan produksi susu puncak selama mungkin. Konsumsi pakan mendekati maksimal sehingga dapat me-nyediakan zat-zat makanan yang dibutuhkan. Sapi dapat mempertahankan bobot badan atau sedikit meningkat. Konsumsi konsentrat dapat banyak, tetapi jangan melebihi 2,3% bobot badan (dasar BK).

13

Kualitas hijauan tinggi perlu disediakan, minimal konsumsi 1,5% dari bobot badan (berbasis BK) untuk mempertahankan fungsi rumen dan kadar lemak susu yang normal. Untuk meningkatkan konsumsi pakan:beri hijauan dan konsentrat tiga kali atau lebih sehari, beri bahan pakan kualitas tinggi. Problem yang potensial pada fase 2, yaitu: produksi susu turun dengan cepat, kadar lemak rendah, periode berahi tidak terdeteksi, ketosis.

2.3.1.3. Tahap pertengahan – laktasi akhir, 140 – 305 hari setelah beranak. Selama periode ini produksi susu menurun, sapi dalam keadaan bunting, dan konsumsi zat makanan dengan mudah dapat dipenuhi atau melebihi kebutuhan. Level pem-berian konsentrat harus mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi, dan mulai mengganti berat badan yang hilang selama laktasi awal. Sapi laktasi membutuhkan pakan yang lebih sedikit untuk mengganti 1 kg jaringan tubuh daripada sapi kering. Oleh karena itu, lebih efisien mempunyai sapi yang meningkat bobot badannya dekat laktasi akhir daripada selama kering.

2.4 Pakan Sapi Laktasi (Challenge Feeding). Pakan sapi laktasi adalah pemberian pakan sapi laktasi sedemikian sehingga sapi ditantang untuk mencapai level produksi susu puncaknya sedini mungkin pada waktu laktasi. Karena ada hubungan yang erat antara produksi susu puncak dengan produksi susu total selama laktasi, penekanan harus diberikan pada produksi maksimal antara 3 – 8 minggu setelah beranak. Persiapan untuk challenge feeding dimulai selama periode kering; sapi kering dalam kondisi yang baik, transisi dari ransum kering ke ransum laktasi, mempersiapkan bakteri rumen. Setelah beranak challenge feeding dimaksudkan

14

untuk meningkatkan pemberian konsentrat beberapa kg per hari di atas kebutuhan sebenarnya pada saat itu. Tujuan dari pemberian pakan sapi yang baru beranak adalah untuk menjaga ketergantungannya terhadap energi dan protein yang disimpan, sekecil dan sesingkat mungkin. Penolakan makanan merupakan ancaman yang besar, sangat perlu dicegah. Challenge feeding membantu sapi mencapai produksi susu puncaknya lebih dini daripada yang seharusnya, sehingga keuntungan yang dapat diambil adalah, bahwa pada saat itu, secara fisiologis sapi mampu beradaptasi terhadap produksi susu tinggi.

15

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi sapi perah, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah sapi perah masa laktasi merupakan hal yang penting untuk meningkatkan produktifitas ternak perah khususnya susu. Pemberian pakan pada masa laktasi harus memperhatikan imbangan konsentrat dan hijauan serta legum, sehingga imbangan produktifitas dan energi terpenuhi. Pakan yang diberikan kepada sapi perah secara umum berupa hijauan 60 - 70% dari BK (berat kering) dan 30 - 40% konsentrat. Dalam hal ini hijauan yang digunakan 75% rumput alam dan 25% rumput unggul, dan apabila diberikan konsentrat, maka perbandingannya antara Rumput segar dan leguminosa segar 70 % : 30 %. 3.2. Saran Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang san...


Similar Free PDFs