Title | MAKALAH TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DALAM |
---|---|
Author | R. Fadhillah |
Pages | 17 |
File Size | 712.5 KB |
File Type | |
Total Downloads | 277 |
Total Views | 879 |
MAKALAH TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DALAM PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM Disusun untuk memenuhi salah satu matakuliah Fiqih Mu’amalah Kontemporer Dosen Pengampu : Imam Mustofa, SHI, MSI. Di Susun Oleh Rahmana Lufi Fadhillah 14124679 JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM PRODI HUKUM E...
MAKALAH TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DALAM PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM Disusun untuk memenuhi salah satu matakuliah Fiqih Mu’amalah Kontemporer Dosen Pengampu : Imam Mustofa, SHI, MSI.
Di Susun Oleh
Rahmana Lufi Fadhillah 14124679
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH (S1) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO JURAI SIWO METRO TAHUN 2017 M/1438 H
1
JUAL BELI ON LINE (E- COMMERCE) A. Pendahuluan Di era globalisasi yang serba moderen ini, semua aktifitas manusia diupayakan dapat dilaksanakan dengan cepat dan mudah . aktifitas manusia
terminimalisir dengan alat bantu, alat- alat canggih
berupa elektronik semuanya dibuat
untuk mempermudah pekerjaan
manusia1. Jual beli merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan manusia . namun, jual beli dahulu pada umumnya dilaksanakan ditempat khusus , yaitu
tempat bertemunya penjual dan pembeli
transaksi
jual beli. Seperti
perbelanjaan lainya.
dalam melakukan
pasas , mall, supermarket, dan pusat
Akan tetapi, untuk
melakukan
transaksi
diharuskan datang ke tempat transaksi. Dengan padatnya pekerjaan dan aktifitas manusia
di zaman modern ini untuk datang
ke pusat
perbelanjaa akan menyita waktu kerjanya dan waktu istirahatnya. Oleh karenanya, inisiatif manusia modern mencari jalan jual beli yang tidak menyita waktu dan dapat dilakukan dimana saja tanpa mengganggu aktifitas wajibnya. E- commerce adalah kegiatan komunikasi komersial bisnis dan menegement
yang dilaksanakan
menggunakan metode-metode
elektronik seperti halnya elektronik data interchange dan automated data –collection system.
E-commerce
juga
dapat maliputi
transfer
informasi secara elektronis antarbisnis , dalam hal ini menggunakan elektronic data interchange( EDI). E- commerce
atau transaksi elektronik merupakan transaksi
yang dilakukan menggunakan sistem informasi . elektronik commerce ( e- commerce)
adalah kegiatan-kegiatan
bisnis
yang menyangkut
konsument ( consumers), manufaktur (manufactures), service providers, dan pedagang penata (intermediaries) dengan menggunakan jaringan – jaringan konputer ( computer network) yaitu internet .
Witono , ”Pembuatan Aplikasi Web Jual Beli Dan Lelang Online”, jurnal sistem informasi , (Maranatha : Universitas kristen Maranatha , volume 6, No. 1 (2011), h. 9-10 1
2
E- commerce
merupakan salah satu implementasi dari bisnis
on line , berbicara mengenai bisnis online tidak terlepas dari transaksi seperti jual beli via internet. Transaksi inilah yang kemudian dikenal dengan
elektronik commerce
commerce. E- commerce
yang lebih populer
dengan istilah
e-
merupakan aktivitas pembelian , penjualan,
, pemasaran, dan pelayanan atas produk dan jasa
yang ditawarkan
melalui jaringan komputer. Dunia industri teknologi informasi melihatnya sebuah aplikasi bisnis secara elektronik yang mengacu pada transaksi –transaksi komersial. Adanya hubungan yang secara
langsung antara satu jaringan
komputer dengan jaringan yang lain maka sangat memungkin untuk melakukan satu transaksi langsung melalui jaringan komputer. Transaksi langsung inilah yang kemudian disebut
dengan transaksi
on line2.
Dalam lingkup pembahansan hukum islam yang menjadi bahan pembicaraan adalah bagaimanakah hukumnya transaksi yang dilakukan bila hanya melalui jariangan tanpa melihat langsung barang, antara pembelii dengan penjual hanya menyatakan kesepakatan melalui telefon secra tertulis atau komunikasi tanpa kehadiran di majlis akad. Apakah diperboleh kan atau tidak dan sah atau tidakkah akad yang demikian itu. Makalah ini akan membahas masalah hukum jual beli melalui elektroonik commerce atau sering di sebut dengan jula beli on-line.
2
Assafa Endeshaw, hukum E- Commerce dan Internet, ( jakarta : pustaka pelajar , 2011 ), hal 3
BAB II PEMBAHASAN TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DALAM PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM Transaksi pertukaran (mu’awadhah) adalah salah satu transaksi yang diperoleh melalui proses atau perbuatan memperoleh sesuatu dengan memberikan sesuatu. Bentuk transaksi pertukaran ini meliputi transaksi tukarmenukar ( al- mubadalah/al-mu’awadhah), jual – beli ( al- bai’), dan sewa – menyewa ( al- ijaroh)3. Bisnis Online atau disebut juga bisnis internet adalah satu bentuk usaha yang medianya
memakai akses internet. Sebagai satu bentuk bisnis yang
mempergunakan dunia maya, bisnis ini mulai banyak digandrungi oleh banyak pengguna internet. Dikatakan demikian,
Karena rata-rata pengguna
internet
akan lebih enjoy ketika berhadapan dengan komputer dan bahkan bisa berlamalama di depan komputer ketika mereka sedang akses. Di dalam dunia bisnis online dikenal istilah work from home atau bekerja dari rumah. Ini yang mengasyikkan. Hanya dengan memiliki kursi, sebuah meja, dan dihadapannya ada komputer yang dihubungkan dengan server internet, pengguna bisa menghasilkan uang. Bahkan uang itu bisa datang tanpa kita duga. Misalnya datang pada saat kita tidur. Uang bisa datang otomatis ditransfer ke rekening kita. Uang itu bisa berbentuk dollar, euro atau Rupiah. Berbeda dengan bisnis off line. Bisnis di luar rumah, kita harus keluar rumah untuk mencari dan mendapatkannya. Seperti menjadi sales sebuah perusahaan yang menjual suatu produk. Untuk menyampaikan produk dari perusahaan ke konsumen maka kita sebagai sales wajib keluar rumah. Kita harus rela mengeluarkan keringat, rela bercapek-capek di jalan raya, rela berkorban meninggalkan istri dan anak, serta berbagai capek yang lain. Jika tidak bisa menyampaikan
barang-barang
perusahaan ke konsumen resikonya adalah kita akan dipecat oleh pemilik perusahaan. Bisnis online tidal demikian. 3
Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam ( Sejarah, Teori Dan Konsep), ( Jakarta Timur: Sinar Grafika , 2013), Hal...212 4
Didalam E- commerce berbeda dengan
akad dalam transaksi elektronik di dunia maya
akad secara langsung. transaksi
elektronik biasanya
menggunakan akad secara tertulis, ( E- mail , short message servis / SMS , Black Barry Messager/BBM atau sejenisnya). Pada dasarnya praktek ekonomi , bisnis, wirausaha dan lainya bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran
dan kesejahteraan
masyarakat
dan di
pandu baik oleh aturan-aturan ekonomi yang bersifat rasional dan dan di tuntut oleh nilai agama sebagai petunjuk4. E- commerce sebagai bentuk transaksi jual beli, maka keabsahanya tergantung pada terpenuhi atau tidaknya rukun dan syarat yang berlaku dalam jual beli. Apabila rukun dan syarat terpenuhi maka e-commerce sah sebagai sebuah transaksi yang mengikat , dan sebaliknya , apabila tidak terpenuhi maka tidak sah5. Beberapa syarat yang terkait dengan pembahasan transaksi e-commerce dijelaskan dalam uraian berikut6:
يشترط العلماء اتجاد المجلس (فيما عدا الهبه وااليصاء والوكاله) وتشترط المواالة بين االيجاب والقبول بحسب العرف وال تشترط فورية القبول عند الجمهور عدا الشافعية دفعا للضرر وليتمكن من التاءمل واذا كان االءيجاب عن الطريق الكتاب والمراسلة فيشترط حصول القبول في مجاليس وصول الكتاب ويشترط تطابق االيجاب والقبول وعدم صدور م يدل على اعراض احد العاقدين عن التعاقد ويصح عند الجمهور عدا المالكية رجوع الموجب وعند الحنفية اذا اشتغل بامر اخر يوجب اختالف المجالس ثم قبل ال ينعقد Maksud dari pernyataan diatas adalah bahwa Ulama mensyaratkan satu majlis (ijtihad al-majlis) dala sebuah transaksi , kecualimdalam hibah , wasiat, dan wakalah. Selain itu disyaratkan pula keberlangsungan antara ijab dan qobul Aris Baidowi, “Etika Bisnis Persepektif Islam”,Jurnal Hukum Islam, ( Volume 9 , No. 2, Desember 2011) Hal...248 5 Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013), Hal...63 6 Ibid, hal...64 4
5
dengan mengacu pada kebiasaan
yang berlaku dalm masyarakat
Hanya saja jumhur ulama dan kalangan
syafi’iyah
tertentu.
tidak disyaratkan qobul
langsung diucapkan oleh pihak penerima tawaran. Apabila ijab atau penawaran dilakukan melalui tulisan atau surat maka qobul harus dilakukan atau diucapkan ditempat surat atau tulisan itu diterima . syarat lainya adalah kesuaian antara ijab dan qobul dan tidak adanya indikasi pengingkaran antara kedua belah pihak yang bertransaksi. Akad dalam transaksi
elektronik berbeda dengan akad secara
langsung. Transaksi elektronik biasanya menggunakan akad secara tertulis, ( email , short messaage servis / sms, black berry massager / bbm dan sejenisnya) atau meggunakan lisan via televon atau video seperti teleconference. Umumnya, penawaran dan akad dalam transaksi elektronik dilakukan secara tertulis , dimana suatu barng dipajang dilaman internet dengan dilebeli harga tertentu . kemudian bagi konsumen atau pembeli
yang menghendaki
maka mentransfer uang sesuai dengan harga yang tertera dan ditambah ongkos kirim. Suatu akad dilakukan dengan isyarat saja bisa absah, terlebih dengan menggunakan tulisan , gambar dan ilustrasi yang lebih jelas. Isyarat dalam akad pada dasarnya mempunyai kekuatan hukum sebagaimana penjelasan dengan lisan. Hal ini berdasrkan kaidah7 :
االشارة المعهودة لالخرس كالبيان بالسان “isyarat (yang dapat dipahami) bagi orang yang bisu (hukumnya) sama dengan penjelasan dengan lisan.” Transaksi elektronik penjualan barang yang ditawarkan melalui internet merupakan transaksi tertulis8 . jual beli dapat menggunakan transaksi secara lisan dan tulisan . keduanya memiliki kekuatan hukum yang sama. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyah:
7
Ibid, hal...65 Arifin nur sodig, “ E-Commerce dan Jual Beli Online”, karya ilmiyah mahasiswa S1 sistem informasi , (Yogyakarta : STMIK AMIKOM Yogyakarta , 2012 ) hal 13-15 8
6
الكتاب كالخطاب “tulisan ( mempunyai kakuatan hukum ) sebagimana ucapan.” Akad jual beli yang dilakukan secara tertulis sama hukumnya dengan akad yang dilakukan secara lisan. Berkaitan dengan kaidah ini al-dasuqi mengatakan:
يصح بقول من الجانبين او كتابة منهما اوقول من احدهما وكتابة مناالجر Kalangan malikiyah , hanbaliyah dan sebagian syafiiyah berpendapat bahwa tulisan sama hanya , hanya dengan lisan dalam hal sebagai indikasi kesuka relaan , baik saat para pihak yang melakukan akad hadir (ada) maupun tidak. Namun demikian, hal ini tidak berlaku untuk akad nikah. Al-dimyati dalam kitab I’anah al-tholibin menjelaskan syarat transaksi atau akad ada delapan , di antaranya adalah lafadz akad dapat didengar atau inti akad dapat diterima masing-masing pihak. Al-dimyati menyatakan :
يبحث يسمعه من يقربة عادة وان لم يسمعه المخاطب – يتصور وجود القبول منه مع عدم سماعه بما اذا بلغة السمع فقبل فورا اوحمل الريح اليه لفظ االيجاب فقبل كذلك او قبل كما في البجيرمي نقال عن سم فلو لم يسمعه من بقربه لم يصح-ا تفاق Transaksi
menggunakan tulisan merupakan transaksi kinayah yang
keabsahanya sama dengan transaksi dengan lisan , selama maksud masingmasing pihak yang berakad tercapai. Al-syarwani menyatakan bahwa tulisan selama dapat menyampaikan pesan dan maksud pihak yang melkasanakan akad maka dapat diterima9:
والكتابة ال على ماىع او هواء كناية فينعقد بها مع النية ولو لحاضر فليقبل فورا عند علمه ويمتد خيارهما النقضاء مجلس قبوله
9
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer ,( Yogyakarta : Kaukaba Dipantara, 2014), Hal ...27-28 7
“transaksi
bukan pada zat cair atau udara termasuk kinayah. maka jual beli
dengan tulisan yang jelas bila disertai dengan niat maka hukum sah.meskipun bertransaksi dengan orang hadir dalam majlis akad, maka ia harus menerima akad
tersebut ketika mengetahuinya. Khiyar mereka berlaku sampai majlis
menerimaan (qobul ) tersebut berakhir.” Senada dengan al-Syarwani, al- Romli juga menyatakan:
والكتابة ال على ماىع او هواء كناية فينعقد بها مع النية ولو لحاضر كما رجحه السبكي وغيره فليقبل فورا عند علمه ويمتد خيارهما النقضاء مجلس قبوله ولو باع من غا ىب كبعت داريي لفالن وهو غا ىب فقبل حين بلغه الجبر صح كما كاتبه بل اولى “tulisan bukan pada zat zair atauu udara termasuk kinyah. Maka jual beli dengan tulisan yang jelas bila disertai dengan niat maka hukumnnya sah. Meskipun bertransaksi denbgan orang yang hadir dalam majlis akad, (pendapat ini) sebagaimana didukung oleh pendapat imam subki. Maka calon pembeli harus segera menjawab ijab ketika mengetahuinya. Adapun khiyarnya berlaku sampai majlis qobul transaksi tersebut berakhir. Apabila seseorang menjual sebuah rumah kepada orang yang tidak jelas atau tidak ada dengan mengatakan ‘ aku jual rumah ini kepada si fulan’ padahal saat itu fulan tidak ada, namun saat penawaran tersebut sampai kepada si fulan, kemudian dia langsung menjawab , maka transaksi tersebut sah. Hal ini sama dengan bila penawaran dilakukan secara tertulis. Bahkan transaksi tersebut lebih kuat dari pada dengan tulisan.” Selain penjelasan tentang kekuatan transaksi secara
tertulis di atas,
perlu ditekankan bahwa yang menjadi acuan hukum suatu perbuatan adalah maksud dan tujuanya, bukan zhohirnya. Transaksi elektronik sebagai suatu perbuatan hukum , maka yang menjadi acuan adalah niat dan tujuan masingmasing pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Dalam hal ini berlaku kaidah fiqhiyah10.
العبرة فى العقود للمقاصد والمعانى ال للاللفاظ والمبانى
10
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Hal...67 8
“Acuan dalam suatu akad adalah tujuan dan subtansinya, bukan bentuk dan lafazdnya.” Lafazd ini merupakan derivasi dan pengembangan kaidah umum lainya “ al umuru bimaqosidiha” . dua kaidah diatas menunujukan bahwa yang menjadi acuan suatu perbuatan adlah niat dan tujuanya. Dalam sebuah akad ,, maka lafazd dan mediatidak menjadi pertimbangan
atau acuan hukum. Berkaitan
dengan hal ini ibnu al-qoyyim al-jauziyah mengatakan11 :
قواعد الفقه واصوله تشهد ان المرعى فى العقود حقاىقها ومعا نيها ال صورها والفا ظها “kaidah fiqh dan ushul fiqh mengakui bahwa yang menjadi acuan utama adalam akad dalah tujuan dan hakikatnya, bukna bentuk dan lafazdnya.” Al-Syatiri juga mengatakan :
والعبارة فى العقود لمعانيها ال لصور االلفاظ “Acuan dalam akad adalah maknanya bukan bentuk dan lafazdnya.” Menguatkna pendapat tersebut Ibnu Qoyyim juga mengatakan : “tidak ada perbedaan antara lafazd dengan lafazd, acuan utama dalam sebuah
akad
adalah hakikat
dan tujuanya, bukan
hanya mengacu pada
lafaznya. Berkaitan dengan hal diatas, maka berlaku juga kaidah :
يغتفر في الوسا ىل ما ال يغتفر فى المقا صد Maksud kaidah ini adlah hukum perantara terhadap suatu tindakan atau peristiwa hukum berbeda dengan hukum tujuanya12. Contohnya, apabila orang hendak melakukan jual beli, maka yang menjadi perhatian hukumnya adalah tujuan dan maksud dari transaksi jual beli tersebut. Adapun perantara
atau
media untuk melaksanakan transaksi tersebut tersebut tidak dipermasalahkan.
11
Ibid.,hal...68 C Ahmad , D Hermawan, E- Business dan E- Commerrce, (Yogyakarta : Andi , 2013), hal 40 12
9
Bila mengacu pada tnjauan dan pendakatan fiqih, maka sah tidaknya suatu akad harus ditinjau dari sisi syarat dan rukunya. Berbagai rukun dan syaratnya sebagaimana dijelaskan pada subbab di atas dapat terpenuhi dalam sebuah transaksi elektronik via internet tablet atau media online lainya. Hanya saja ada permasalahan pada syarat akad (ittihad al-majlis).
Ulama fiqih kontemporer
atau transaksi harus satu majlis seperti mustofa al- zarqo dan
wahbah al-zuhaili berpendapat bahwa suatu majlis tidak harus diartikan hadir dalam satu lokasi
atau sebuah tempat , tetapi
satu situasi dan kondisi ,
meskipun antara kedua belah pihak berjauhan , tetapi membicarakan objek yang sama. Terlebih dengan kecanggihan teknologi telekomunikasi saat ini, dimana seseornag yang berlainan tempat dan berjauhan bisa saling melihat gambar dan mendengar suara secara langsung dengan jelas seakan berhadapan langsung. Hal ini tentunya memenuhi kriteria satu majlis dalam syarat sebuah transaksi jual beli. Zakariya al-Anshori mengatakan 13:
كا
قوله فاعتبر ما يدل عليه من اللفظ ااي او ما فى معناه مما هو عبارة عنه لخط او قاىم مقامه كاشارة االخرس
” suatu yang dapat menunjukan tujuan lafaz maka dapat menjadi media dalam akad, seperti tulisan atau sejenisnya, seperti isyarat bagi orang yang bisu.” An- Nawawi mengatakan 14:
المراد بالمجالس الذى يشترط طفيه االعطاء التواجب وهو ما يحصل به االرتباط بين االيجاب والقبول وال مكان العقد “majelis yang disyaratkan dalam transaksi jual beli maksudnya adalah majlis tawajub ( saling menetapkan) yaitu majlis yang menghasilkan keterkaitan antara ijab dan qobul. Hal ini dilakukan dengan tidak mempertimbangkan tempat akad.” As- Syatari
menjelaskan
bahwa akad
atau transaksi
dengan
menggunakan teknologi elektronik , seperti telepon, faaks dan sejenisnya adalah 13 14
Ibid.,hal...68 Imam Mustafa , “ Transaksi Elektronik ....., hal. 171-172 10
sah. Akad yang dilafazkan , tertulis, isyarat atau menggunakan media lainya yang sering sering digunakan dewasa ini adalah sah. Hampir sama dengan pendapat ini , mengenai jual beli dengan transaksi elektronik al- zuhaili menjelaskan15 : “ pertemuan qobul dan ijab, yaitu apabila keduanya diucapkan dalam satu majelis , bila kedua pihak yang bertransaksi
sama –sama hadir dalam satu
majelis atau dalam suatu majelis yang diketahui bahwa pihak yang tidak hadir telah menyampaikan ijab. Pertemuan qobul dan ijab benar-benar terjadi apabila masing-masing pihak
mengetahui keputusan pihak lain, yaitu
dengan
mendengarkan ijab dan memahaminya dan dengan mengetahui pihak tersebut tidak berpaling dri akad baik dari akad baik dari pihak yang manetapkan (almujib) , maupun dari pihak yang menerima (al-qobil) . maksud dari majelis akad adalah kondisi saat kedua belah pihak sedang melakukan bertransaksi. Dengan kata lainn, kesepakatan kata di tempat akad16.” Lebih lanjut
al- zuhaili menjelaskan bahwa mengenai syarat adanya
barang dan uang sebagai
pengganti harga barang, maka dalam transaksi
elektronik atau e-commerce tidak dilakukan secara langsung dalam dunia nyata. Dalam hal bentuk dan wujud barang yang menjadi objek transaksi, dalam e-commerce biasanya hanya berupa gambar ( foto atau video) yang menunjukan jenisnya.
barang
aslinya
kemudian dijelaskan
spesifikasi sifat
dan
Pembeli dapat dengan bebas memilih barang yang sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan. Barang akan dikirim
setelah uang dibayar.
Mengenai sistem pembayaran atau penyerahan uang pengganti barang, maka umumnya adalah dilakukan
dengan cara transfer. Bila sistem yang berlaku
seperti ini, maka pada dasarnya jual beli ini adalah jual beli salam. Pembeli memilih barang dengan spesifikasi tertentu, kemudian membayarnya, setelah itu barang akan diserahkan
atau dikirim kepada
pembeli. Hanya saja dalam
transaksi salam ...