Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat PDF

Title Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat
Author F. Goernida
Pages 19
File Size 1.9 MB
File Type PDF
Total Downloads 121
Total Views 1,041

Summary

MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT MAKALAH disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama Islam dan Etika Dosen Pengampu Dr. H. Mahrus As’ad, M. Ag. oleh: Agi Syahrain (1102160242) Fauzi Rulandi Aviantara G. (1102164172) Moch. Fahreza Darmawan (1102160123) Mohd Raziq Aufa (110216426...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat Fauzi Rulandi Goernida

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

BUDI PRAYIT NO Dozi Susant o T EORI MOT IVASI BERZAKAT Kajian Manfaat Ekonomi, Sosial dan Dorongan Kelembagaan Samdin Samdin FIQIH ZAKAT SHODAQOH DAN WAKAF saprida ida

MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT MAKALAH disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama Islam dan Etika Dosen Pengampu Dr. H. Mahrus As’ad, M. Ag.

oleh: Agi Syahrain (1102160242) Fauzi Rulandi Aviantara G. (1102164172) Moch. Fahreza Darmawan (1102160123) Mohd Raziq Aufa (110216426) Muhammad Ridho Taufiqurrahman (1102160137) Reza Haykal Nafis (1102160025)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG 2017 3

KATA PENGANTAR Terima kasih dipanjatkan kepada ke hadirat Allah swt. karena karunia-Nya, makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu, dan terima kasih juga diucapkan kepada dosen pembimbing, orang tua dan teman-teman seperjuangan yang telah mendukung pembuatan makalah ini. Makalah ini membahas tentang masyarakat madani dan kesejahteraan umat. Pembahasan ini difokuskan pada pendalaman mengenai masyarakat madani dan hubungan antara masyarakat madani dan kesejahteraan umat. Diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat memahami masyarakat madani, juga kesejahteraan umat dan hubungan dari keduanya.

Bandung, 19 Maret 2017

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

BAB 1

1

BAB 2

2

1.1.

Konsep Masyarakat Madani

2

1.2.

Pengertian Masyarakat Madani

2

1.3.

Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam

3

1.4.

Ciri Masyarakat Madani

4

1.5.

Upaya Mewujudkan Masyarakat Madani

5

1.6.

Hubungan Masyarakat Madani dengan Kesejahteraan Masyarakat

5

1.6.1.

Zakat

6

1.6.2.

Hibah

9

1.6.3.

Wasiat

10

1.6.4.

Wakaf

11

BAB 3 DAFTAR PUSTAKA

14 iii

ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masyarakat Madinah banyak dirujuk sebagai salah satu contoh masyarakat mempunyai sifat-sifat baik. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan dengan petunjuk Allah swt., maupun persatuan dan kesatuan. Adapun cara pelaksanaannya dengan hikmah, nasihat, dan tutur kata yang baik. Dalam rangka membangun “masyarakat madani modern”, meneladani Nabi Muhammad saw. bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau lakukan saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya. Sifat dan sikap tersebut cocok diterapkan di masyarakat, khususnya masyarakat Muslim. Dengan begitu, Muslim bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat madani? 2. Apa ciri-ciri masyarakat madani? 3. Apa yang dimaksud kesejahteraan umat? 4. Bagaimana hubungan masyarakat madani dengan kesejahteraan umat?

1

BAB 2 MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT 1.1. Konsep Masyarakat Madani Konsep “Masyarakat Madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman

konsep

Civil

Society.

Tokoh

yang

pertama

kali

mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan Civil Society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. 1.2. Pengertian Masyarakat Madani Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Allah swt. memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:

2

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah, yaitu: 1. Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman. Masyarakat yang hidup aman sejahtera, dianugerahkan kepada mereka rezeki yang melimpah, tetapi mereka tidak mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah, akhirnya Allah turunkan azab kepada mereka berupa banjir bandang yang menghancurkan kehidupan mereka. Cerita mengenai ini ada pada QS Saba’ ayat 15-17 2. Masyarakat

Madinah.

Dibawah

pimpinan

Rasulullah

adalah

masyarakat ideal dalam konsep Islam. Masyarakat yang tunduk dan patuh kepada pemimpin, meskipun mereka terdiri dari dari berbagai agama dan kepercayaan; kaum muslimin yang mayoritas, yahudi, nasrani dan watsani. Mereka hidup rukun, saling menghormati, dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing. 1.3. Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam Dalam perspektif Islam, civil society lebih mengacu kepada penciptaan peradaban. Kata al-din, yang umumnya diterjemahkan sebagai agama, berkaitan dengan al-tamaddun atau peradaban. Keduanya menyatu ke dalam pengertian al-madinah yang arti harfiahnya adalah kota. Dengan demikian, masyarakat madani mengandung tiga hal, yakni: agama, peradaban, dan perkotaan. Dari konsep ini tercermin bahwa agama merupakan sumbernya, peradaban sebagai prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya. Menurut Sanaky dalam Kusuma (2016), secara bahasa kata madinah adalah penyerapan dari kosakata Arab yang mempunyai dua pengertian. Pertama, madinah berarti kota atau disebut dengan "masyarakat kota”. Kedua, “masyarakat peradaban” karena madinah adalah juga penyerapan dari kata tamaddun ataumadaniyah yang berarti “peradaban”, yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai civility dancivilization. Kata sifat dari kata madinah adalah madani. Secara istilah, masyarakat madani adalah komunitas Muslim 3

pertama di kota Madinah yang dipimpin langsung oleh Rasul Allah SAW dan diikuti oleh keempat al-Khulafa al-Rasyidun. Masyarakat madani yang dibangun pada zaman Nabi Muhammad SAW tersebut identik dengan civil society, karena secara sosio-kultural mengandung substansi ke-adaban atau civility. Model masyarakat ini sering dijadikan model masyarakat modern 1.4. Ciri Masyarakat Madani Secara umum, ciri-ciri masyarakat madani yaitu hadirnya sikap toleransi, prinsip pluralisme dan juga pengakuan terhadap hak asasi pada setiap elemen pribadi manusia yang ada dalam sebuah kelompok masyarakat. Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, yaitu : 1. Adanya integrasi antar individu 2. Kekuasaan tersebar merata di semua lapisan masyarakat dengan tujuan meminimalisasi dominasi kalangan tertentu 3. Program-program pembangunan berbasis masyarakat dicukupi dan mayoritasnya dikuasai oleh negara 4. Kreativitas masyarakat berkembang dengan cepat dan tidak dibatasi oleh rezim otoriter 5. Kepentingan individu atas negaranya terjembatani dengan baik. 6. Loyalitas dan kepercayaan masyarakat meningkat 7. Masyarakat dibebaskan melakukan berbagai kegiatan melalui lembagai sosial dari beragam perspektif 8. Bertuhan, artinya masyarakat memiliki agama, mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai pedoman yang mengatur kehidupan sosial 9. Damai 10. Tolong menolong 11. Toleran 12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial 13. Peradaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki 4

kecintaan

terhadap

ilmu

pengetahuan

dan

memanfaatkan

kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia. 14. Berakhlak mulia Dari karakteristik tersebut, dapat diambil karakteristik yang sesuai dengan pandangan islam, yaitu: 1.

Berlandas hukum Allah

2.

Aman dan damai

3.

Tolong menolong

4.

Toleransi

5.

Keseimbangan antara hak dan kewajiban

6.

Peradaban tinggi

7.

Menguasai pengetahuan dan teknologi

8.

Berakhlak mulia

1.5. Upaya Mewujudkan Masyarakat Madani Upaya paling mudah mewujudkan masyarakat madani, khususnya di Indonesia ialah dari diri sendiri. Sikap paling utama adalah beriman pada Allah, karena masyarakat madani berlandas hukum Allah. Selain itu, sikap toleransi harus dijunjung, mulai dari lingkungan terdekat; diri sendiri , lingkungan sekitar hingga akhirnya ke lingkungan yang lebih besar. Dari hal itu, akan tercapai kondisi aman dan damai. Selain toleransi, rasa empati dan simpati harus dikuatkan, agar antar individu tidak terjadi kesenjangan yang tinggi, sikap tolong menolong akan terbentuk.

1.6. Hubungan Masyarakat Madani dengan Kesejahteraan Masyarakat Sejahtera menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah aman, sentosa dan makmur, selamat terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran. Dengan demikian kesejahteraan umat merupakan keadaan masyarakat yang sejahtera. Prinsip kesejahteraan umat adalah, 1.

Jangan mengeksploitasi orang lain. (QS As-Syura’, 26:183)

2.

Yang diberi kelebihan rezeki, hendaknya menyalurkan sebagian untuk orang lain, (QS. An-Nahl 16:71) 5

3.

Dalam harta mereka, terdapat hak orang lain, (QS. Dzaariyat 51:19).

4.

Bisikan yang paling baik: mengajak bersedekah, berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia, (QS. An-Nisa’ 4:114)

Dari prinsip tersebut, hubungan masyarakat madani dengan kesejahteraan masyarakat diwujudkan dengan sistem ekonomi islam. Penerapan yang bisa dilakukan masyarakat adalah dengan Zakat dan Wakaf. 1.6.1. Zakat Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan haul kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Nisab adalah ukuran tertentu dari harta yang dimiliki yang mewajibkan dikeluarkannya zakat, sedangkan haul adalah berjalan genap satu tahun. Zakat juga berarti kebersihan, setiap pemeluk Islam yang mempunyai harta cukup banyaknya menurut ketentuan (nisab) zakat, wajiblah membersihkan hartanya itu dengan mengeluarkan zakatnya. Allah berfirman dalam At-Taubah: 103

Adapun harta-harta yang wajib dizakati itu adalah sebagai berikut: 1.

Harta yang berharga, seperti emas dan perak.

2.

Hasil tanaman dan tumbuh-tumbuhan

3.

Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan domba. 6

4.

Harta perdagangan.

5.

Harta galian termasuk juga harta rikaz.

Berikut ini macam-macam zakat beserta besarannya: 1. Zakat Fitrah: Adalah zakat yang dikeluarkan menjelang hari Raya Idul Fitri oleh setiap individu. Besarnya adalah 2,5 kg atau 3,5 liter beras yang biasa dikonsumsi. Pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan dengan cara membayarkan harga dari makanan pokok. 2. Zakat penghasilan/profesi: Adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi jika sudah mencapai nilai tertentu (nisab). Cara menghitung zakat profesi : nisab sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah atau setara dengan 520 kg beras. Besar zakat profesi yaitu 2,5 persen. 3. Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi. Zakat investasi dikeluarkan pada saat menghasilkan sedangkan modalnya tidak dikenakan zakat. Besar zakat investasi yang dikeluarkan 5% untuk penghasilan kotor dan 10% untuk penghasilan bersih. 4. Zakat saham dan deposito: Saham atau deposito yang telah mengendap selama satu tahun dan mencapai nilai minimal (nishab) setara 85 gram emas wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen. 5. Zakat tabungan: Uang simpanan yang telah mengendap selama satu tahun dan mencapai nilai minimal (nishab) setara 85 gram emas wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen. 6. Zakat emas atau perak: Nishab emas 85 gram, sedangkan perak 595 gram. Besar zakat 2,5 persen. 7. Zakat hadiah dan sejenisnya. Hadiah terkait dengan gaji, ketentuannya sama dengan zakat profesi dan dikeluarkan saat menerima. Besar zakatnya 2,5%. Sementara itu untuk komisi, jika komisi dari hasil presentase keuntungan perusahaan kepada pegawai, maka zakat yang dikeluarkan 10%. sedangkan komisi dari hasil profesi, misalnya makelar, besar zakatnya 2,5%. Sementara hibah, jika sumber hibah 7

tidak di duga-duga maka zakat yang dikeluarkan sebesar 20%. Jika sumber hibah sudah di duga dan diharapkan, maka hibah tersebut digabungkan dengan kekayaan yang ada. Besarnya 2,5%. Adapun orang yang berhak menerima zakat adalah: 1.

Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak pula berusaha.

2.

Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya dengan pendapatannya sehingga ia selalu dalam keadaan kekurangan.

3.

Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan mengumpulkan zakat untuk dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya.

4.

Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang masih lemah imannya.

5.

Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan berusaha untuk menebus dirinya agar menjadi orang merdeka.

6.

Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada kesanggupan membayarnya.

7.

Fi-sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan Allah demi menegakkan Islam.

8.

Ibnussabil, ialah orang yang kehabisan biaya atau perbekalan dalam perjalanan yang bermaksud baik (bukan untuk maksiat). Zakat memiliki hikmah yang besar, bagi muzakki, mustahik,

maupun bagi masyarakat muslim pada umumnya. Bagi muzakki zakat berarti mendidik jiwa manusia untuk suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat kikir, sombong dan angkuh yang biasanya menyertai pemilikan harta yang banyak dan berlebih. Bagi mustahik, zakat memberikan harapan akan adanya perubahan nasib dan sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan suuzon terhadap orang-orang kaya, sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dapat dihilangkan. Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan terdapat pemerataan pendapatan dan pemilikan harta di kalangan umat Islam. Sedangkan dalam tata masyarakat muslim tidak terjadi monopoli, melainkan sistem ekonomi 8

yang menekankan kepada mekanisme kerja sama dan tolong-menolong. 1.6.2. Hibah Menurut bahasa, kata hibah berasal berarti memberi atau pemberian dengan sukarela dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain. Menurut istilah, hibah adalah adalah akad atau perjanjian yang menyatakan perpindahan milik seseorang kepada orang lain diwaktu ia masih hidup tanpa mengharapkan penggantian sedikitpun. Rukun Hibah yaitu, 1.

Pemberi

hibah

(al-Wahib)

Pemberi hibah hendaklah seorang yang berkeahlian seperti sempurna akal, dan baligh 2.

Penerima hibah (al-Mauhub lahu)

3.

Barang

atau

harta

yang

dihibahkan

(al-Mauhub)

Barang atau harta yang hendak dihibahkan perlu memenuhi syaratsyarat berikut: 3.1.

Hendaklah barang atau harta yang halal.

3.2.

Barang atau harta itu milik pemberi hibah.

3.3.

Boleh dipindahtangan

3.4.

Barang berwujud. Contohnya, tidak sah hibah barang yang belum ada seperti menghibahkan anak lembu yang masih dalam kandungan atau hibah hasil padi tahun hadapan sedangkan masih belum berbuah dan sebagainya.

3.5.

Ijab dan kabul

Syarat hibah yaitu, 1. Hibah dari harta yang boleh di tasharrufkan 2. Terpilih dan sungguh-sungguh 3. Harta yang diperjualbelikan 4. Tanpa adanya pengganti 5. Orang yang sah memilikinya 6. Sah menerimanya 9

7. Walinya sebelum pemberi dipandang cukup waktu 8. Menyempurnakan pemberian 9. Tidak disertai syarat waktu 10. Pemberi sudah dipandang mampu tasharruf (merdeka, dan mukallaf) 11. Mauhub harus berupa harta yang khusus untuk dikeluarkan. 1.6.3. Wasiat Menurut istilah, wasiat adalah pesan terakhir yang diucapkan dengan lisan atau disampaikan dengan tulisan oleh seseorang yang merasa akan wafat berkenaan dengan harta benda yang ditinggalkan. Dalam AlQur'an

kata

wasiatmempunyai

beberapa

arti

diantaranya

berarti

menetapkan, memerintahkan, dan mensyari'atkan. Adapun syarat-syarat wasiat adalah: 1.

Syarat benda yang diwasiatkan 1.1.

Wasiat tidak boleh lebih dari 1/3 (sepertiga). Apabila lebih, maka untuk kelebihan dari 1/3 harus atas seijin ahli waris.

1.2.

Wasiat tidak boleh diberikan pada salah satu ahli waris kecuali atas seijin ahli waris lain.

1.3.

Boleh berupa benda yang sudah ada atau yang belum ada seperi wasiat buah dari pohon yang belum berbuah.

1.4.

Boleh berupa benda yang sudah diketahui atau tidak diketahui seperti susu dalam perut sapi.

1.5.

Harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak dari pewasiat.

2.

3.

Syarat Pewasiat / Pemberi Wasiat (Al-Washi) 2.1.

Akil baligh

2.2.

Berakal sehat

2.3.

Atas kemauan sendiri.

2.4.

Boleh orang kafir asal yang diwasiatkan perkara halal.

Syarat

Penerima

Wasiat

(Al-Musho

Lah

‫ﻟﮫ‬

‫)اﻟﻤﻮﺻﻰ‬ 10

Penerima wasiat ada dua macam, yaitu wasiat umum seperti wasiat pembangunan masjid dan wasiat khusus, yaitu wasiat

kepada

orang/benda

tertentu.

Wasiat bersifat umum, maka tidak boleh untuk hal yang mengandung dosa

(maksiat).

Contoh,

wasiat harta

untuk

pembangunan masjid boleh tetapi wasiat untuk membangun klab malam

tidak

boleh.

Untuk wasiat khusus maka syaratnya adalah: 1. Penerima wasiat hidup (orang mati tidak bisa menerima wasiat) 2. Penerima wasiat diketahui (jelas identitas oragnya). 3. Dapat memiliki. 4. Penerima wasiat tidak membunuh pewasiat. 5. Penerima wasiat menerima (qabul) pemberian wasiat dari pewasiat. Kalau menolak maka wasiat batal. Adapun rukun wasiat itu ada empat, yaitu 1. redaksi wasiat (shighat), 2. pemberi wasiat (mushiy), 3. penerima wasiat (mushan lahu), 4. barang yang diwasiatkan (mushan bihi), 5. kalimat wasiat (lafadz) 1.6.4. Wakaf Istilah wakaf berasal dari “waqb” artinya menahan. Wakaf adalah menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama zatnya kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun berupa badan pengelola dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan syari’at Islam . Wakaf berfungsi sebagai ibadah kepada Allah dan berfungsi sosial. Dalam fungsinya sebagai ibadah, diharapkan Wakaf akan menjadi bekal bagi si wakif di kemudian 11

hari, karena Wakaf-nya merupakan satu bentuk amalan yang pahalanya akan terus mengalir selama harta wakaf itu dimanfaatkan. Sedangkan dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset amat bernilai dalam pembangunan umat. Adapun ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang menerangkan tentang wakaf ini ialah: Al-Baqarah ayat 267:

Hadist Riwayat Muslim: “Abu Hurairah r.a. menceritakan, bahwa Rasullullah SAW bersabda, ‘Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah masa ia melanjutkan amal, kecuali mengenai tiga ha...


Similar Free PDFs