Modul Spesifikasi Jembatan PDF

Title Modul Spesifikasi Jembatan
Pages 37
File Size 678.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 102
Total Views 192

Summary

Modul Spesifikasi Jembatan Spesifikasi Jembatan SPESIFIKASI JEMBATAN 1. PENDAHULUAN Pada pelaksanaan jembatan diperlukan suatu panduan pelaksanaan atau acuan pelaksanaan yang menjadi patokan bagi para pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya. Spesifikasi yang merupakan bagian dari dokumen kontrak m...


Description

Modul Spesifikasi Jembatan

Spesifikasi Jembatan

SPESIFIKASI JEMBATAN 1.

PENDAHULUAN Pada pelaksanaan jembatan diperlukan suatu panduan pelaksanaan atau acuan pelaksanaan yang menjadi patokan bagi para pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya. Spesifikasi yang merupakan bagian dari dokumen kontrak merupakan bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Hubungan antara spesifikasi dengan pelaksanaan adalah sebagai berikut:  Bagian dalam dokumen kontrak  Memuat segala ketentuan teknik tentang pekerjaan yang harus dilaksanaan sesuai dengan perjanjian dalam dokumen kontrak  Mengandung perintah dan larangan serta ketentuan teknik lainnya yang harus dilakukan, dilaksanakan dan dipenuhi oleh pelaku jasa konstruksi  Bila tidak dicermati dan dilaksanakan sesuai dengan perintah maka akan berdampak kesalahan dalam pelaksanaan atau kerugian pada saat menyusun  Analisa harga satuan  Menentukan kebutuhan jumlah dan komposisi peralatan  Perhitungan volume pekerjaan yang salah Jadi, spesifikasi teknik dalam bidang pekerjaan struktur jembatan adalah dengan maksud:  Persyaratan teknis yang disusun oleh perencana untuk mencapai mutu bangunan sesuai dengan yang diinginkan oleh Pemilik  Bagian dari perjanjian kerja antara Pemilik dan Pelaksana  Acuan pelaksana untuk menyusun strategi dalam penyusunan harga penawaran pada proses tender  Acuan prosedur kerja untuk mewujudkan rencana perencana, pelaksana dan pengawas untuk mencapai mutu, waktu pelaksanaan dan dana yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kontrak.  Acuan pokok pelaksana, memberikan batas-batas bagi usahanya yang kreatif untuk melakukan penghematan sumber daya, pengehematan waktu pelaksanaan dan meningkatkan keuntungan bagi pelaksana. Sebagai seorang pengawas, wajib memahami spesifikasi sebagai dokumen resmi yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut perwujudan bangunan sesuai dengan kontrak kerja, dimana pengawasan dilakukan dengan cara, landasan kerja dan materi seperti yang telah diatur dalam pasal-pasal spesifikasi. Pengawas harus mempunyai visi mewujudkan bangunan sesuai dengan tujuan spesifikasi, tercapainya umur rencana bangunan dan menjaga kelestarian lingkungan dan Pengawas memihak kepada kepentingan Pemilik bangunan. Pengawas harus mempunyai tingkat pengendalian yang cukup tinggi baik dari segi teknik, maupun moral yang akan terus menerus meningkatkan mutu hasil pekerjaan melalui pengendalian mutu yang ketat. Memang pengawas harus berpihak kepada kepentingan pemilik apabila terjadi perbedaan pendapat. Tetapi secara mutu tidak boleh diabaikan, karena mutu

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas

1

Modul Spesifikasi Jembatan

Spesifikasi Jembatan

adalah sesuatu yang harus dicapai. Definisi mutu dapat disebutkan sebagai berikut: – Kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan – Kecocokan dengan pemakaian – Bebas dari kerusakan/cacat – Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat – Sesuatu yang membahagiakan pelanggan Spesifikasi Dan Budaya  Spesifikasi adalah budaya hukum, masyarakat kita umumnya masih belum menerima hukum sebagai ukuran dan nilai kehidupan, karenanya sering timbul masalah yang sulit dijelaskan dan diselesaikan  Seharusnya dimata hukum kedudukan pimpro sejajar dengan kontraktor, demikian juga kedudukan pengawas, perencana dan pelaksana, kenyataannya tidak demikian  Atasan sering memberi petunjuk tersamar yang tidak dapat diikat secara hukum namun diturut setara dengan hukum itu sendiri  Aturan/kesepakatan hanya dianggap sebagai proforma, yang berlaku adalah kebiasaan yang penuh basa basi, rasa sungkan, kesopanan dan menjaga hubungan antar manusia, rasa ketakutan kepada penguasa masih terasa kental megalahkan ketentuan bersifat legal.  Hubungan antar manusia (keluarga, pertemanan, rasa setia kawan) masih sangat sulit untuk dikalahkan dengan kepatuhan terhadap hukum atau konsekwen dengan keputusan yang telah diambil. Beberapa Hal Yang Perlu Dihindari pada Spesifikasi adalah:  Pembayaran tumpang tindih : hasil kerja yang sudah dihitung dan dibayar di satu pasal pembayaran dihitung kembali pada pembayaran lain.  Metoda disyaratkan, hasil akhir juga disyaratkan : menimbulkan rancu mana yang dipilih atau kalu dua-duanya dipilih pasti akan terjadi pemborosan  Menetapkan batasan yang tidak jelas, misalnya tentang batas pekerjaan yang membolehkan menggunakan tenaga manusia dan harus menggunakan mesin.  Ketidak pastian petunjuk: akan ditetapkan oleh Direksi, memberikan biaya tambahan berupa cadangan untuk menanggung resiko  Menyebutkan produk yang hanya dipasok oleh satu sumber : akan terkadi monopoli pasokan, biaya tinggi, kecuali ada alasan khusus untuk itu dan yang telah disepakati bersama.

2.

SISTEMATIKA SPESIFIKASI Spesifikasi secara umum mempunyai suatu struktur penulisan atau sistematika penulisan yang digunakan untuk semua divisi kecuali pad divisi 1. Sistematika penulisan spesifikasi adalah sebagai berikut:  Umum  Persyaratan  Pelakasanaan  Pengendalian mutu  Pengukuran dan Pembayaran

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas

2

Modul Spesifikasi Jembatan

Spesifikasi Jembatan

2.1.

Umum Dalam bagian umum ini menjelaskan tentang ruang lingkup yang tercakup dalam seksi yang bersangkutan, yang akan ada hubungannya dengan analisa harga satuan yang harus dipahami pengguna jasa dalam melakukan penawaran. Karena tanpa hal ini penawaran akan menjadi salah dan kemungkinan besar penyedia jasa dapat mengalami kerugian yang cukup besar.

2.2.

Persyaratan Dalam bagian persyaratan dijelaskan tentang standar rujukan atau acuan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, serta toleransi-toleransi yang diizinkan atau yang menjadi acuan dalam hasil pelaksanaan untuk pengukuran dan penerimaan hasil kerja. Demikian juga dengan bahan yang harus digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan serta persyaratan-persyaratan kerja sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut dimulai.

2.3.

Pelaksanaan Pada pasal pelaksanaan dijelaskan tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan yang mengacu pada pedoman pelaksanaan atau standar-standar yang ada. Pada pasal ini dijelaskan tahapan pelaksanaan pekerjaan yang mencakup penggunaan bahan sampai dengan persyaratan pernggunaan peralatan atau manajemen peralatan yang harus digunakan dan tata cara pelaksanaannya. Jadi bagi seorang penyedia jasa wajib memahami permasalahan pelaksanaan ini agar produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan mutu sesuai dengan spesifikasi atau persyaratan pengguna jasa.

2.4.

Pengendalian mutu Di dalam pasal pengendalian mutu tercakup hal-hal persyaratan penerimaan hasil pekerjaan dan tata cara pengendalian mutunya, dalam pelaksanaan pekerjaan. Pasal pengendalian mutu ini sangat penting, bagi penyedia jasa yang ingin maju dan sukses dalam produk yang dihasilkan serta memuaskan pelanggan. Pengendalian mutu ini mencakup masalah penerimaan bahan, jaminan mutu, perbaikan dan pemeliharaan selama pekerjaan berlangsung.

2.5.

Pengukuran dan pembayaran Pengukuran dan pembayaran merupakan bagian yang terakhir atau tahap terakhir setelah hasil pekerjaan selesai dilaksanakan dan kemudian dilakukan pengukuran hasil kerja, tetapi perlu diingat bahwa pengukuran ini baru dapat dilaksanakan setelah hasil pekerjaan diterima. Permasalahan pengukuran juga merupakan bagian yang penting bagi penyedia jasa, karena tanpa mengetahui cara pengukuran, maka penyedia jasa tidak mudah atau tidak dapat membuat analisa harga satuan atau penawaran yang akan diajukan pada saat lelang. Pembayaran sangat berhubungan erat dengan pengukuran. Dalam pembayaran dijelaskan tentang dasar pembayaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan seksi yang bersangkutan. Jadi hal inipun sangat penting untuk dipahami oleh penyedia jasa dalam pelaksanaan tugasnya. Spesifikasi jembatan terdiri atas 18 seksi yang tercakup dalam divisi 7 sebagai berikut : 7.1. Beton 7.2. Beton prategang 7.3. Baja tulangan

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas

3

Modul Spesifikasi Jembatan

7.4. 7.5. 7.6. 7.7. 7.8. 7.9. 7.10. 7.11. 7.12. 7.13. 7.14. 7.15. 7.16. 7.17. 7.18.

Spesifikasi Jembatan

Baja struktur Kayu Tiang pancang Sumuran Adukan semen Pasangan batu Pasangan batu kosong dan bronjong Sambungan siar muai Landasan jembatan Sandaran Papan nama jembatan Pembongkaran struktur Turap Pipa cucuran Parapet

Berikut akan dijelaskan secara garis besar tentang isi dari masing-masing seksi yang tercakup dalam spesifikasi jembatan. Selain dari seksi tersebut dalam pekerjaan struktur masih terkait juga dengan divisi 1, yang secara umum akan mengikat pada pekerjaan jalan dan jembatan.

3.

BETON

3.1.

UMUM Cakupan pekerjaan ini adalah pelaksanaan untuk seluruh pekerjaan beton sebagai berikut:  struktur beton bertulang,  Beton tanpa tulangan,  beton prategang,  struktur beton pracetak,  beton untuk struktur komposit Pekerjaan beton ini meliputi penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pemeliharaan pondasi, pengadaan penutup beton, lantai kerja, pemompaan dan lain sebagainya.

3.1.1. Mutu Beton Mutu beton yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini :  Mutu tinggi 35-65 MPa atau K 400-800 kg/cm2 untuk beton prategang seperti tiang pancang, gelagar, plat  Mutu sedang 20 – < 35 MPa atau K 250 – < K 400 Kg/cm2 untuk beton bertulang, lantai beton jembatan rangka baja, gelagar beton, diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong  Mutu rendah 15-< 20 MPa atau K 175- < K 250 kg/cm2 untuk struktur beton tanpa tulangan seperti siklop, trotoar, pasangan batu kosong  Mutu rendah 10-< 15 MPa atau K 125-< K 175 kg/cm2 untuk lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton 3.2.

PERSYARATAN Standar rujukan yang digunakan dalam seksi ini adalah :  SNI

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas

4

Modul Spesifikasi Jembatan

 

Spesifikasi Jembatan

AASHTO ASTM

Pekerjaan seksi lain yang terkait • Ketentuan teknis, pasangan batu dengan mortar, gorong-gorong, drainase porous • Galian, timbunan • Beton prategang, baja tulangan, asukan semen, pembongkaran struktur

3.2.1. Persyaratan Persyaratan ini mencakup untuk hal-hal sebagai berikut: o Cakupan Jaminan Mutu o Mutu bahan yang dipasok, o proses pelaksanaan o hasil akhir 3.2.2. Persyaratan Bahan  Semen o Jenis semen portland sesuai SNI o Hanya satu merk dalam satu campuran  Air o Bersih, bebas dari bahan organik seperti minyak, garam, asam, basa, gula o Lolos pengujian sesuai AASHTO T 26  Agregat o Ketentuan gradasi agregat sesuai ketentuan o Ukuran maksimum agregat kasar ¾ jarak bersih tulangan o Sifat agregat harus bersih, kuat, keras dan berasal dari pemecahan batu o Bebas bahan organik  Batu untuk beton siklop o Keras, awet, bebas dari retak, rongga dan kuat terhadap cuaca o Bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan lain yang mempengaruhi ikatan terhadap beton  Bahan tambah o Jumlah tidak lebih dari 5% dari berat semen atau sesuai spesifikasi produk o Sesuai dengan jenis penggunaannya dan klasifikasinya o Bahan mineral seperti fly ash, pozzolan, mikro silika sesuai ASTM C 608-94a 3.2.3. Toleransi untuk beton pracetak  Toleransi dimensi untuk panjang < 6 m = 5 mm, untuk panjang > 6 m = 15 mm dan untuk balok, pelat lantai, kolom dinding 0 mm - < 10 mm  Toleransi bentuk untuk persegi (selisih panjang diagonal) < 10 mm, kelurusan atau lengkungan untuk panjang < 3 m adalah 12 mm, untuk panjang 3 – 6 m = 15 mm dan untuk panjang > 6 m = 20 mm

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas

5

Modul Spesifikasi Jembatan

    

Spesifikasi Jembatan

Toleransi kedudukan – kolom pracetak terhadap rencana 10 mm, permukaan horizontal terhadap rencana 10 mm dan permukaan vertikal dari rencana 20 mm Toleransi alinyemen vertikal – penyimpangan ketegakan kolom dan dinding 10 mm Toleransi ketinggian (elevasi) – puncak lantai kerja di bawah fondasi 10 mm, puncak lantai kerja di bawah pelat injak 10 mm dan puncak kolom, tembok kepala, balok melintang 10 mm Toleransi alinyemen horizontal 10 mm dalam 4 m panjang mendatar Toleransi untuk penutup/selimut beton tulangan – selimut beton < 3 cm adalah 0 sampai 5 mm, selimut beton 3 cm – 5 cm adalah 0 sampai 10 mm, dan selimut beton 5 – 10 cm adalah 10 mm

3.2.4. Pengajuan Kesiapan Kerja  Kontraktor harus mengirimkan contoh semua bahan yang akan digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian seluruh sifat bahan  Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing mutu beton 30 hari sebelum dilaksanakan untuk kemudian dilakukan pembuatan trial mix dalam langkah membuat job mix.  Kontraktor menyerahkan secara tertulis hasil pengujian pengendalian mutu  Untuk pengujian kuat tekan beton dengan umur 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari setelah tanggal pencampuran, yang kemudian dibandingkan dengan hasil trial mix agar didapat jobmix yang sesuai dengan desain mix.  Kontraktor mengirim detail gambar dan perhitungan rinci untuk perancah yang digunakan  Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan minimal 24 jam sebelum dilakukan pencampuran, pengecoran setiap jenis beton disertai metode pelaksanaannya, kapasitas alat yang digunakan, personil, jadwal pelaksanaan untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. 3.2.5. Bahan dan Tempat kerja –Penyimpanan dan perlindungan bahan  Untuk penyimpanan semen, kontraktor harus menyediakan tempat yang terlindung, lantai kayu yang lebih tinggi 30 cm dari permukaan tanah dan ditutup dengan plastik dan tidak lebih dari 3 bulan sejak tanggal penyimpanan di lokasi pekerjaan.  Agregat harus terlindung dan tidak langsung terkena matahari dan hujan sepanjang waktu pengecoran. –Kondisi tempat kerja  Untuk pengecoran bangunan atas jembatan harus terlindung dari sinar matahari secara langsung  Pengecoran tidak boleh dilaksanakan apabila tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam dan selama turun hujan, udara penuh debu atau tercemar. Dengan menggunakan grafik di bawah ini pelaksana akan dapat mengantisipasi permasalahan yang akan terjadi di lapangan dan dapat mempersiapkan kondisi material yang memenuhi syarat.

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas

6

Modul Spesifikasi Jembatan

Spesifikasi Jembatan

3.2.6. Persyaratan Kerja Pencampuran dan penakaran  Rancangan campuran  Proporsi bahan dan berat sesuai SNI 03-2834-2000  Pedoman awal rancangan campuran sesuai tabel Campuran percobaan  Penyedia jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan sesuai SNI 03-2834-2000  Disaksikan oleh Direksi pekerjaan  Menggunakan jenis instalasi dan peralatan sesuai lapangan

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas

7

Modul Spesifikasi Jembatan

Spesifikasi Jembatan

Tabel 1- Pedoman Awal untuk Perkiraan Proporsi Takaran Campuran Mutu Beton

Jenis Beton

Mutu Tinggi

Mutu Sedang

Mutu Rendah

3.3.

fc’ (MPa) 50

bk’ (kg/cm2) K600

45

K500

38

K450

35

K400

30

K350

25

K300

20

K250

15

K175

10

K125

Ukuran Agregat Maks.(mm)

Rasio Air / Semen Maks. (terhadap berat)

19 37 25 19 37 25 19 37 25 19 37 25 19 37 25 19 37 25 19 37 25 19 37 25 19

0,35 0,40 0,40 0,40 0,425 0,425 0,425 0,45 0,45 0,45 0,475 0,475 0,475 0,50 0,50 0,50 0,55 0,55 0,55 0,60 0,60 0,60 0,70 0,70 0,70

Kadar Semen Minimum. (kg/m3 dari campuran) 450 395 430 455 370 405 430 350 385 405 335 365 385 315 345 365 290 315 335 265 290 305 225 245 260

PELAKSANAAN BETON Secara umum pelaksanaan beton mencakup pekerjaan:  Penakaran material  Pencampuran  Pengangkutan  Pengecoran  Pemadatan  Pengerjaan akhir (finishing)  Perawatan (Curing)

3.3.1. Penakaran Material  Semua bahan beton (air, semen, agregat kasar dan agregat halus) harus ditakar atau diukur dengan cara penimbangan terutama untuk beton dengan mutu > fc’ 20 MPa  Perbandingan takaran atau komposisi bahan beton sangat penting dalam menentukan mutu beton yang akan dihasilkan

3.3.2. Pelaksanaan pencampuran

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas

8

Modul Spesifikasi Jembatan

    

Spesifikasi Jembatan

Penakaran agregat Harus ditakar berdasarkan berat untuk fc’ > 20 Mpa Kuantitas penakaran < kapasitas alat pencampur Agregat harus dalam kondisi SSD pada saat penakaran Peralatan harus dikalibrasi sebelum digunakan

3.3.3. Pencampuran  Mesin yang digunakan harus mekanis yang menjamin distribusi merata  Alat dilengkapi dengan tanki air dan alat ukur yang akurat  Cara pencampuran – pertama masukkan sebagian air + agregat kasar + agregat halus sampai mencapai kondisi cukup basah sampai merata + semen – campur dan terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran  Waktu pencampuran dimulai sejak sisa air dimasukkan. Untuk kapasitas < ¾ m3 sekira 1,5 menit dan untuk mesin lebih besar ditingkatkan 15 detik untuk setiap penambahan 0,5 m3 3.3.4. Acuan  Acuan tanah, harus dipastikan bahwa semua tebing dalam kondisi stabil dan tidak ada tanah yang lepas  Acuan kayu, baja pastikan semua sambungan tidak bocor dan kaku sehingga posisinya tetap selama pengecoran, pemadatan dan perawatan  Acuan kayu yang permukaannya tidak diserut dapat digunakan untuk bagian yang tidak ekspos  Harus dapat dibongkar tanpa merusak permukaan struktur, perlu diberi oil form  Seluruh sudut acuan harus dibulatkan atau tidak ada sudut acuan yang tajam  Acuan dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar tanpa merusak beton 3.3.5. Pengecoran  Penyedia jasa memberitahu Direksi pekerjaan minimal 24 jam sebelum pekerjaan dimulai dan meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran dimulai atau adanya penundaan pengecoran > 6 jam  Penyedia jasa tidak boleh memulai pekerjaannya sebelum ada persetujuan dari Direksi Pekerjaan secara tertulis  Pengecoran tidak boleh dilaksanakan apabila, Direksi pekerjaan atau wakilnya tidak menyaksikan, walau sudah ada persetujuan pengecoran  Acuan harus diolesi minyak atau oilform sebelum pekerjaan pengecoran dimulai  Beton yang dicorkan tidak boleh berumur lebih dari 1 jam setelah pencampuran, dan berdasarkan waktu pengerasan semen, apabila terjadi maka campuran beton harus ditambah retarder  Pengecoran harus berkesinambungan sampai lokasi sambungan pelaksanaan  Pengecoran harus sedemikian sehingga tidak menimbulkan segregasi  Untuk bagian yang rumit dan tulangan yang rapat beton harus dicor dalam lapisan yang tidak lebih dari 15 cm. Untuk dinding tinggi boleh 30 cm  Tinggi jatuh beton ke dalam cetakan tidak lebih dari 150 cm  kecepatan pengecoran harus sedemikian rupa sehingga beton masih dalam kondisi plastis

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas

9

Modul Spesifikasi Jembatan

  

Spesifikasi Jembatan

Beton lama yang akan disambung dengan beton baru harus dikasarkan, dibersihkan dan dilapisi dengan bonding agent Perawatan beton dimulai segera setelah terjadinya pengikatan akhir (final setting) Apabila digunakan ready mix, perhatikan kapasitas, daya pemompaan, kelecakan beton

3.3.6. Pemadatan  Harus menggunakan alat penggetar mekanis  Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton daari satu titik ke titik yang lain  Pemadatan pada daerah antar tulangan harus hati-hati sehingga tulangan tidak bergeser  Waktu penggetaran harus dibatasi untuk mengihidari terjadinya segregasi  Putaran alat penggetar minimum 5000/menit dengan berat efektif 0,25 kg  Jarak antar alat pengetar 45 cm dan waktu penggetaran maksimum 15 detik atau sampai permukaan beton mengkilap 



...


Similar Free PDFs