Title | Modul UKAI 2018 Formatif 1 |
---|---|
Author | Dianita Gadis |
Course | Perpajakan Indonesia |
Institution | Universitas Indonesia |
Pages | 52 |
File Size | 4.5 MB |
File Type | |
Total Downloads | 214 |
Total Views | 298 |
MODUL BELAJARobatukaiPharmacist Learning Partner!MODULFORMATIF 1obatukaiInfeksiSaluran CernaKardiovaskularSaraf & PsikiatriEndokrinTHT & MataTulang & SendiPENYAKIT INFEKSI(15 - 25%)Outline: Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB) In...
PENYAKIT INFEKSI (15 - 25%) Outline:
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB) Influenza Tuberkulosis Infeksi Saluran Kemih Infeksi Saluran Pencernaan Infeksi Parasit Penyakit Menular Seksual Infeksi Jamur Vaksin dan Toksoid HIV – AIDS Penyakit Infeksi Yang harus diperhatikan dalam memilih antibiotika diantaranya ialah penetrasi
dalam tubuh; Penetrasi
Antibiotika Chloramphenicol,
Metronidazole,
Rifampicin,
Cotrimoxazole (Sangat Baik) Penicillin dan Turunannya, Gol Carbapenem, Cefepime, CNS
Cefotaxim,
Ceftazidim,
Ceftizoxim,
Ceftriaxone,
Cefuroxim, Ciprofloxacin, Ofloxacin (Baik) Aminoglikosida,
Azithromycin,
Clarithomycin,
Clindamycin, Erithromycin, Vancomycin (Kurang – Buruk) Tulang
Cefazolin (Sangat Baik)
Prostat
Cotrimoxazole, Fluoroquinolon
Sumber: Optimizing the Dose of Fluconazole (Dutcher, 2008) dalam Praktik Farmasi Klinik (Widyati, 2015).
ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS) dan ISPB (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH) Penyakit Otitis Media
Sinusitis
Penyebab
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis
Faringitis Laringitis Tonsilitis
Streptococcus, virus: HSV, Epistein barr, Influenza, rhinovirus
Bronkitis
Chlamydia pneumoniae ataupun
Pneunomia
Mycoplasma pneumonia, rhinovirus, influenza A dan B Streptococcus pneumonia, H. influenzae,
Tatalaksana Utama 1st: Amoksisilin 2nd:AmoksilinKlavulanat, kotrimoksazol, sefalosporin 2,3
Keterangan - Biasa terjadi pada bayi dan anak anak 6 bulan – 3 tahun. - Penggunaan antibiotika empiris selama 5-10 hari 1st: Amoksilin/ - Sinusitis viral Amoksiklav, dibedakan dari sinusitis Kotrimoksazol, bakteri bila gejala eritromisin, doksisiklin menetap lebih dari 10 2nd: Sefalosporin 2, hari atau gejala makrolida, quinolon memburuk setelah 5-7 (levofloxacin) hari - Penggunaan antibiotika 10-14 hari 1st:Amoksilin/klavulanat Faringitis oleh 2nd: Makrolida (pilihan Streptococcus grup A untuk alergi penisilin), biasanya sembuh sefalosporin 2 atau 3, dengan sendirinya, quinolon (levofloxacin) demam dan gejala lain biasanya menghilang Kasus gagal dan setelah 3-4 hari menetap: klindamisin 10 meskipun tanpa hari antibiotika. Tatalaksana antibiotika dapat dimulai dari hari ke 9 setelah gejala muncul (tujuan: minimalisir resistensi) 1st:Amoksilin/klavulanat Antibiotik digunakan 5,kuinolon 14 hari 2nd: makrolida, sefalosporin Kronik: meropenem Sebelumnya sehat: makrolida
DM, Ginjal, Jantung: Sefalosporin CAP/Aspirasi: Penisilin, klindamisin/aminoglikosi da lainnya. Nosokomial: karbapenem, kuinolon, piperasilin Keterangan umum penyakit: Peradangan pada mukosa dan jaringan sekitarnya. Tatalaksana pendukung secara umum: dekongestan, analgesik, antipiretik, antihistamin Kondisi Hamil hindari: Levofloxacin (florokuinolon) [C] menyebabkan ruptur tendon pada janin, klotrimoksazol [D] menyebabkan malformasi janin. Tatalaksana Antibiotik General: Penisilin-Sefalosporin- Makrolida- Kuinolon
Sumber: Dirjen Bina Kefarmasian. Pharmaceutical Care untuk ISPA. Departemen Kesehatan RI
TUBERCULOSIS Tuberkulosis: Kategori 1 = Pasien Kasus Baru Kategori 2 = Pasien Kasus Lama (Kambuhan, Pindahan, Lalai, Gagal, Kronis) Kategori 3 = Profilaksis TB/Suspek TB (BTA-, bercak +) Singkatan nama obat; H=Isoniazid; R=Rifampicin; Z=Pyrazinamide; E=Ethambutol; S=Streptomycin 2HRZE + 4H3R3
Sputum Smear pada bulan
Kasus Baru
kedua dan kelima 2HRZE+1HRZE+5H3R3E3 *Streptomisin dipakai jika resisten etambutol
Kambuhan
Tuberculosis
*1HRZE : regimen
Sputum Smear pada bulan
sisipan menunggu hasil
ketiga, kelima
kultur resistensi.
dan kedelapan
*Kanamisin digunakan jika alergi streptomisin Grup 1 (Injeksi)
Resistensi MDR-XDR
Streptomycin
15-20 mg/kg
Amikacin
15-20 mg/kg
Capreomycin
15-20 mg/kg
Kanamycin
15-20 mg/kg
Grup 2 (FluorQ) Ofloxacin
750-1000 mg
Levofloxacin
qd
Moxifloxacin
750-1000 mg qd 400 mg qd
Aturan Penggunaan Regimen TB: Keterangan Lalai Berobat / Tidak Patuh / Menghentikan Terapi
Kondisi Khusus: Kondisi Khusus Wanita Hamil Penggunaan Kontrasepsi
HIV
Hepatitis Akut
Hepatitis Kronis
Ginjal
DM
Waktu < 2 minggu > 2 minggu
Tatalaksana KI: Streptomisin
Tatalaksana Lanjutkan pengobatan sesuai jadwal ≥ 4 Bulan : (BTA, Klinik -) Stop Pengobatan ≥ 4 Bulan : (BTA +) Gunakan regimen kambuhan < 4 Bulan : (BTA+) ulangi pengobatan dari awal dengan regimen yang sama. (2-4 minggu)< 4 Bulan: (BTA-) pengobatan dilanjutkan sesuai jadwal
Keterangan Menyebabkan ototoksik permanen Gunakan kontrasepsi Interaksi Rifampicin mekanik (kondom, terhadap obat hormonal spiral) atau Estrogen Kegagalan Obat dosis tinggi Kontrasepsi Terapi TB selama 2-8 Rekomendasi Pemberian minggu, kemudian INH seumur hidup dilanjutkan bersama terapi HIV. Terapi Hepatitis hingga Jika darurat gunakan perbaikan hepar terlebih regimen 3SE/6RH dahulu. KI: Pirazinamid Rekomendasi: 2HRES/6RH atau 2HES/10HE Warning!: penggunaan Rekomendasi: 2RHZ/6HR Etambutol & Streptomisin Interaksi Rifampicin dengan Sulfonil Urea. Warning!: Penggunaan Ethambutol
EFEK SAMPING OBAT TB
Sumber: Antibiotic Guidelines 2015-2016 (Cosgrove et al, 2015); Guidelines for the Management of Typhoid Fever (WHO, 2011); Tuberculosis Treatment and Management (Zumla et al, 2015) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Indonesia.
INFEKSI SALURAN KEMIH Gejala: - Disuria - Poliuria - Pyuria - Gejala Tambahan (Demam, Nyeri Perut, Leukosit Dalam Urin) Kondisi Ada Gejala Tambahan
Penyakit ISK Atas / Pyulonefritis
Tatalaksana IV Gentamicin (GFR>60) IV Seftriakson (GFR 3 tahun, lakukan uji tuberkulin, jika hasil positif, jangan diberikan.
Difteri DPT
Pertusis Tetanus
Campak
Campak (Virus Morbili)
Diberikan sebanyak 5 kali pada usia: 2-4-6-18 bulan-(4-6) tahun atau 2-3-4-18 bulan-SD kelas 1 Dapat diulang 10 tahun sekali Bayi usia 9 bulan dan diulang pada umur 2 tahun dan pada saat masuk SD Bayi usia 12-15 bulan, jika hingga usia 13 tahun
Cacar Air
Cacar Air
ke atas (belum mengalami cacar atau belum
(Varicella zoster)
mendapat vaksin) harus diberikan dua dosis dengan interval sekurang-kurangnya 28 hari Bayi mendapat 3 dosis vaksin
Hepatitis B
Hepatitis B
Dosis pertama: Saat lahir sebelum usia 12 jam Dosis kedua: Saat usia 1-2 bulan Dosis ketiga: Saat usia 6-12 bulan
Meningitis Hib
Pneumonia (Haemophilus
Diberikan 3 atau 4 dosis pada usia 2, 4, 6 bulan dan diulang pada umur 12-15 bulan
influenzae B) Influenza
Flu Meales( Campak)
MMR
Mumps(Gondongan) Rubella(Campak
Jerman )
Diberikan tiap tahun pada usia 6 bulan sampai 8 tahun Diberikan dalam 2 dosis vaksin Dosis pertama: Usia 12-15 bulan Dosis kedua: Usia 4-6 tahun (atau lebih cepat)
Pneumonia Sepsis Pneumokokus
Otitis Media
Diberikan secara rutin pada bayi usia 2, 4, 6 dan
Konjugasi
Meningitis
12-15bulan
( Streptococcus
pneumoniae) Diberikan 4 dosis vaksin dengan jadwal sebagai berikut, dosis pertama saat lahir, dilanjutkan Polio
Polio
pada usia 2, 4, 6 bulan Vaksin polio diulang pada usia 18 bulan dan pada 4-6 tahun Jadwal pemberian vaksin rabies pra-paparan adalah dalam 3 dosis
Rabies
Rabies
Dosis satu: Bila dibutuhkan Dosis dua: 7 hari setelah dosis satu Dosis tiga: 21 hari atau 28 hari setelah dosis satu Diberikan 2 atau 3 dosis Vaksin diberikan pada usia 2, 4, (dan 6 bulan
Rotavirus
Diare
bila 3 dosis) dengan cara dimi-num bukan disuntik Wisatawan yang akan pergi ke wilayah endemik
Tifoid
Demam Tifoid (Salmonella typhi)
tifoid
(satu
suntikan
2
minggu
sebelum
berangkat) Dosis booster dapat diberikan setiap 3 tahun sekali
Toxoplasmosis, Torch
rubella, cytomegalovirus
Waktu pemberian: 3 bulan sebelum menikah / 3 bulan sebelum kehamilan.
herpes. Sumber: Informasi Vaksin Untuk Orang Tua (IDAI, 2014)
VAKSIN PEMERINTAH INDONESIA Vaksin Tambahan 1. Pneumokokus (PCV) 2. Influenza 3. MMR 4. Tifoid 5. Hepatitis A 6. Vatisela 7. Rotavirus 8. HPV 9. JE (Japanese encephalitis) 10. Dengue Source: Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Vaksin Wajib Dasar Anak Hepatitis B Polio Tuberkulosis (BCG) Difteri (DPT) Meningitis HiB (HiB) Campak
TOKSOPLASMA Penyakit Toksoplasma
Penyebab Toxoplasma Gondii
Tatalaksana Utama Primetamin dan suladiazin diberikan beberapa minggu. Primetamin kombinasi klindamisin/klaritromisin/azitromisin (makrolida)
Keterangan Pada ibu hamil digunakan spiramisin untuk mengurangi transmisi maternal pada janin Source: http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/557antitoksoplasma
HIV – AIDS Terapi Infeksi HIV Europenan AIDS Clinical Society (EACS) Guidelines for the Clinical Management and Treatment of HIV-infected Adults
Penatalaksanaan Infeksi HIV dengan Regimen yang Direkomendasikan Regimen yang
Keterbatasan
Disarankan Tidak dapat digunakan pada trimester NNRTI based
Efavirenz + Tenofovir + Emtricitabine
pertama kehamilan Not in women without adequate contraception
Darunavir + Ritonavir +
Ruam
Tenofovir + Emtricitabine PI based
Atazanavir + Ritonavir + Tenofovir + Emtricitabine
Jangan gunakan bersama PPI Ruam
Reltegnavir + Ritonavir + Tenofovir + Emtrivitabine
Twice daily (not once)
Regimen Alternatif
Keterbatasan
Efavirenz + (Abacavir atau
Efikasi turun pada kondisi viral load
Zidovudine) + Lamivudine
tinggi (Abacavir) Tidak bisa untuk pasien gangguan hati
Nevirapine + Zidovudine + PI based
sedang – berat Wanita dengan CD4 > 250 atau pria
Lamivudine
dengan CD4 > 450 Atazanavir-Ritonavir + (Abacavir atau Zidovudine)
Lihat diatas
+ Lamivudine Regimen atau Komponen yang Sebaiknya tidak Digunakan Regiman atau Komponen
Alasan
Semua regimen NRTI
Efikasi rendah
Abacavir +Diadanosine + Tenofov ir
Data tidak memadai Dapat menyebabkan fat loss
Stavudine
Neuropati perifer Asidosis laktat
Ritonavir
Intoleransi GI
Keterangan: NRTI = Nucleoside Reverse Transciptase Inhibitors, NNRTI = Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors, PI = Protease Inhibitors
Karakter Farmakologi Beberapa Obat Antiretroviral Obat
Efek Samping
Nucleoside Reverse Transciptase Inhibitors (NRTI) Abacavir Didanosine Emtricitabine Lamivudine
Hipersensitivitas Neuropati perifer, pankeatitis Pigmentasi Sakit kepala, pankreatitis
Stavudine
Lipoatropi, neuropati perifer
Tenofovir
Tokisisitas ginjal
Zidovudine
Anemia, neutropenia, miopati
Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI) Delavirdine
Ruam, peningkatan hasil tes hati
Efavirenz
Gangguan SSP, teratogen
Etravirine
Ruam, mual
Nevirapine
Potensial ruam, hepatoksik Protease Inhibitors (PI)
Atazanavir
Ruam
Indinavir
Nefrolitiasis
Lopinavir
Hiperlipidemia, intoleransi GI
Ritonavir
Intoleransi GI
Saquinavir
Mual, kembung
Nelfinavir
Diare
Sumber: Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in HIV-Infected Adult and Adolscents (DHHS, 2009)
Terapi Antiretroviral Pada Kehamilan Tujuan : Untuk mencegah terjadinya transmisi vertikal dari ibu kepada anak dan juga untuk mengoptimalkan pengobatan yang diterima ibu. 1. Efavirenz (memiliki efek teratogenik) 2. Kombinasi stavudin/didanosine (asidosis laktat). 3. Nevirapine digunakan selama kehamilan harus dengan pemantauan fungsi hati harus dilakukan, terutama selama 18 minggu pertama pengobatan.
PENYAKIT SALURAN CERNA (12-14%) Outline:
GERD DIARE DAN KONSTIPASI PEPTIC ULCER DYSPEPSIA NON ULCER MUAL MUNTAH
GERD (Gastroesophageal Refluks Disease) Kondisi Asam lambung naik ke esofagus dan menyebabkan iritasi
Gejala Tatalaksana Rasa panas di 1. Pengontrolan Asam Lambung dada, muntah dan 1st: antasida, non farmakologi (hindari susah menelan. makanan asam dan pedas), H2 Blocker dosis rendah 2nd: Supresi Produk asam dengan H2 Blocker/PPI 3rd: Pembedahan / Surgery 2. Pengosongan Lambung Gunakan metoklopramid 3. Perlindungan Mukosa Gunakan Sukralfat Keterangan: Jika dalam rentang waktu 2 minggu gejala tidak berkurang segera ke dokter. Pilihan Terapi Kondisi pediatri: antasida (suspensi), ranitidine, sukralfat. Pilihan Terapi Kondisi Hamil dan Menyusui: antasida, ranitidine (perhatian untuk menyusui), sukralfat.
DIARE Kondisi Tanpa Infeksi
Dengan Infeksi
Gejala Tatalaksana Tidak disertai 1. Elektroiit gejala tambahan 2. Absorban (attapulgit, norit, kaolin) (demam, feses 3. Bulk Forming (Kaolin) berlendir, 4. Penghambat peristaltik (loperamid, dlsbnya) difenoksilat) Disertai Gejala 1. Menggunakan antibiotik dan terapi tambahan seperti simtomatik. demam, feses berlendir, dlsbnya
Keterangan: Tatalaksana diare pada anak : redehidrasi dengan oralit dan Zn (10 hari), pemberian ASI.
KONSTIPASI Kondisi Jangka waktu normal 1 minggu
Gejala Tatalaksana Massa feses 1. Non Farmakologi mengeras Fiber dan Makanan 2. Terapi Farmakologi - Bulk Forming (dokusate, laktulosa) jangka waktu 1-3 hari, Senna, MgSO4 jangka waktu 6-12 jam - Stimulasi Gerak Peristaltik (Bisakodil) 3. Stimulasi water evacuation - Castor Oil, propilen glikol, bisakodil rektal, saline.
Keterangan: Pasien Geriatri : Bulkforming (Laktulose) Pasien rawat inap: tanpa GI Disease: bisakodil, senyawa opiat Ibu Hamil : hindari pencahar (saline), MGSO4
PEPTIC ULCER Kondisi Gangguan Sekresi HCL Peningkatan HCL Stress Iritasi, luka pada mukosa
Gejala Tatalaksana Mual, Nyeri ulu - PPI hati, tanpa gas Sendawa, - Antasida, Bikarbonat (antasida asorbable) kembung, mual Sendawa pahit - H2 Blocker Perih saat makan, - PPI disertai Sukralfat ada pendarahan pada muntahan, demam, feses berdarah
Keterangan: - Interaksi sukralfat dengan antasida menyebabkan penurunan efek obat (absorbsi menurun dan membentuk kelat dengan logam antasida) - Ibu Hamil aman menggunakan antasida. PPI dapat digunakan namun harus dimonitoring. - Ranitidin kategori B untuk hamil, dan berhati-hati untuk ibu menyusui (crosses breast milk). Sukralfat kategori B - Iritasi, luka pada mukosa, yang menyebabkan adanya gejala infeksi tatalaksana yang diberikan sesuai dengan tatalksana pada infeksi saluran cerna
DYSPEPSIA NON ULCER Kondisi Dyspepsia ulcer
non
Gejala Tatalaksana Rasa tidak 1. Menurunkan asam lambung nyaman pada Antasida abdomen atas, 2. Menurunkan Refluks asam heart burning dan Alginat rasa penuh pada 3. Blok Produksi Asam perut. PPI, H2Blocker
Keterangan: Jika tidak kunjung membaik disarankan untuk melakukan endoskopi
MUAL dan MUNTAH Kondisi Kondisi Ringan Kondisi Berat Hipertensi, Glaukoma, Asma Pasca Kemo/Operasi GERD / Tukak Lambung Diabetes Hamil
Tatalaksana Antasida / Klorpromazin Gol. Benzodiazepin Gol. Antihistamin/Antikolinergik (Dimenhidrinat, Difenhidramin, Skopolamin) Gol. Kortikosteroid (Dexametason) + Ondansetron Gol. H2 Blocker (Simetidin, Ranitidin) Metoklopramid Piridoksin (First Line) Doxylamin Ondansetron (Pilihan Akhir) Kortikosteroid/Ondansetron/domperidone (suspensi)
Anak Keterangan: Obat Mual disesuaikan dengan kondisi dan penyebab terjadinya. Source: Dipiro, 9 th ed.
KARDIOVASKULAR (10-12 %) Outline: Hipertensi Penyakit Jantung (CAD) ISKEMIK – ANGINA Stroke Hiperlipidemia
HIPERTENSI
Berdasarkan JNC 8, target terapi dan pilihan regimen dalam penatalaksanaan hipertensi adalah sebagai berikut : Kondisi
Pilihan Obat - Tunggal: ACEi ARB, CCB, atau diuretic
Normal
- ACEi atau ARB + diuretic; serta ACEi atau ARB + CCB
CKD
ACEi atau ARB - First Line : ACEi atau ARB
Diabetes Mellitus
- Second Line : CCB - Third Line : diuretic atau BB
Heart Failure Post-MI CAD
ACEi atau ARB + BB + diuretic + spironolactone BB + ACEi atau ARB ACEi, BB, diuretic, CCB
Pencegahan Kekambuhan
ACEi, diuretic
Stroke Kehamilan
Labetolol (first line), nifedipin, metidopa
Beta-Bloker Selektif Beta-1 seperti metoprolol, bisoprolol, betaxolol, dan acebutolol lebih aman untuk pasien dengan PPOK, asma, dibetes dan peripheral
vascular disease.
HIPERLIPIDEMIA Menurut ATP III, dalam tatalaksana penurunan LDL dan manajemen resiko penyakit degeneratif ada faktor resiko yang harus diketahui, berikut adalah faktor resiko menurut ATP III. Faktor Resiko Mayor yang Membutuhkan Modifikasi LDL Kebiasaan merokok Tekanan darah (BP > 140/90 mmHg atau dalam pengobatan hipertensi Kolesterol HDL rendah (< 40 mg/dL)* Family history of premature CHD Usia (pria ≥ 45 tahun, wanita ≥ 55 tahun) *Kolesterol HDL ≥ 60 mg/dL dapat dihilangkan dari hitungan faktor resiko Dengan mengetahui faktor resiko, target penurunan LDL dan memulai terapi dapat diketahui. Berikut adalah target dan nilai LDL memulai terapi :
Faktor Resiko
Target LDL
Hasil Assesment
(mg/dL)
Nilai LDL untuk
< 100
Obat
Mulai TLC
CHD or CHD Risk Equivalents (10-
Nilai LDL Mulai Terapi
≥ 100
≥ 130 (100-129 drug optional)*
years risk > 20%) 10-year risk 10-20%
≥ 2 Risk Factors (10-years risk ≤
< 130
≥ 130
10-year risk < 10%
20%)
0 – 1 Risk Factor
≥ 130
≥ 160 < 160
≥ 160
≥ 190 (160-189 drug optional)
Keterangan: TLC ( Therapeutics Lifestyle Changes); (*) beberapa ahli merekomendasikan penggunaan obat penurun LDL jika target < 100 mg/dL tidak dapat tercapai dengan TLC
TLC Features TLC diet Lemak jenuh < 7% dari kalori, kolesterol < 200 mg/hari Konsumsi serat (10-20 g/hari) Manajemen berat badan serta meningkatkan aktivitas fisik
Tipe Hiperlipidemia: Tipe
Keterangan
I
Hiperkilomikronemia