PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA UNTUK MEMBANGUN KEHIDUPAN BERAGAMA PDF

Title PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA UNTUK MEMBANGUN KEHIDUPAN BERAGAMA
Pages 31
File Size 544.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 465
Total Views 652

Summary

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA UNTUK MEMBANGUN KEHIDUPAN BERAGAMA TUGAS MAKALAH DIBUAT UNTUK MEMENUHI SARAT MENGUMPULKAN TUGAS PANCASILA AND CITIZENSHIPS DARI DOSEN HERLIANTORO, S.H., M.H., M.B.A . NAMA KELOMPOK : 1. DIMAS WILLY PRAYOGA 1510631020064 2. MONICA WITTY RAMADHANI 1510631020143 3. NIA DARNI...


Description

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA UNTUK MEMBANGUN KEHIDUPAN BERAGAMA TUGAS MAKALAH DIBUAT UNTUK MEMENUHI SARAT MENGUMPULKAN TUGAS PANCASILA AND CITIZENSHIPS DARI DOSEN HERLIANTORO, S.H., M.H., M.B.A .

NAMA KELOMPOK :

1. DIMAS WILLY PRAYOGA 2. MONICA WITTY RAMADHANI 3. NIA DARNIA 4. RYSMI WULANDARI 5. TETI HAYATI 6. YOGA

1510631020064 1510631020143 1510631020160 1510631020196 1510631020216 1510631020242

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2015

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang pengarahan dalam Pancasila and Citizenships. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai referensi dan kerja sama rekan rekan kelompok yang mau bekerjasama menyusun makalah ini dengan sebaik baiknya, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak dan berbagai sumber referensi yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pancasila sebagai paradigma pembangunan kehidupan beragama untuk rekan rekan semua dapat memberikan pemahaman serta manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.

Karawang, 27-November-2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................................... i Daftar isi ............................................................................................................................. ii BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4 C. Tujuan Makalah ............................................................................................................. 4 BAB II: LANDASAN TEORI ......................................................................................... 6 A. pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama ........................... 6 B. Pancasila penting sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama ............... 10 C. Mengaplikasikan pancasila menjadi paradigma Kehidupan Beragama ...................... 11 D. Pluralisme Agama yang ada di Indonesia .................................................................... 12 E. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia .................................................................... 10 F. Solusi Konflik Antar Umat Beragama di Indonesia .................................................... 16 BAB III: MASALAH DAN DISKUSI ............................................................................ 21 A. Permasalahan Agama dan Sosial di Tolikara .............................................................. 16 B. kehidupan antarumat beragama di Indonesia terbaik di dunia ................................... 18 BAB IV: PENUTUP ......................................................................................................... 26 A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 26 B. SARAN ....................................................................................................................... 27

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dilihat dari butir-butir pancasila dapat dikembangkan mengenai pancasila sebagai paradigm kehidupan beragama dapat dilihat dari adanya lima sendi utama penyusun Pancasila atau secara umum merupakan isi Pancasila: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa, 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Sendi utama Pancasila tersebut tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945. Butir-butir pengamalan Pancasila Kelima asas dalam Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Ini ditetapkan dalam Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa. Adapun pengembangan butir pancasila yang menyinggung mengenai pancasila sebagai paradigm kehidupan beragama dapat dilihat dari butir sila ke 1, yang berisikan: 1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

1

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. 6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. 7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa Sansekerta ataupun bahasa Pali. Kata ketuhanan yang berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an bermakna sifat-sifat tuhan. Dengan kata lain ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau sifat-sifat yang berhubungan dengan tuhan. Kata Maha berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali yang bisa berarti mulia atau besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata Maha bukan berarti sangat. Kata “esa” juga berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini”. Dari penjelasan yang disampaikan di atas dapat dikesimpulan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut Tuhan Yang jumlahnya satu. Tetapi 2

sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa berarti Sifat-sifat Luhur atau Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur atau mulia, bukan Tuhannya. Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam: 1) Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain berbunyi: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa….” dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas landasan agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau negara Pancasila. 2) Pasal 29 UUD 1945 3) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa 4) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya

Berdasarkan butir-butir pancasila yang telah ada dapat dikembangkan mengenai pengembangan kehidupan beragama bahwa : 1) Pernyataan pengakuan bangsa Indonesia pada adanya dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Pernyataan ini tidak saja dapat terbaca dalam Pembukaan UUD 1945 dimana perumusan Pancasila itu terdapat tetapi dijabarkan lagi dalam tubuh UUD 1945 itu sendiri pasal 29 ayat 1, yang berbunyi sebagai berikut : “ Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa ”. Adanya pernyataan pengakuan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa secara yuridis constitutional ini, mewajibkan pemerintah/aparat Negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Dengan demikian dasar ini merupakan kunci dari keberhasilan bangsa Indonesia untuk menuju

3

pada apa yang benar baik dan adil. Dasar ini merupakan pengikat moril bagi pemerintah dalam menyelenggarakan tugas-tugas Negara, seperti memajukan kesejahteraan

umum

dan

mencerdaskan

kehidupan

bangsa,

dan

ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2)

Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya (pasal 29 ayat 2 UUD 1945).Jaminan kemerdekaan beragama yang secara yuridis constitutional ini membawa konsekuensi pemerintah sebagai berikut: a) Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan keagamaan yang sehat. b) Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran agama, baik penyebaran agama dalam arti kualitatif maupun kuantitatif. c) Pemerintah melarang adanya paksaan memeluk/meninggalkan suatu agama. d) Pemerintah melarang kebebasan untuk tidak memilih agama. Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan beragama bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan sila-sila yang lain. Oleh karena itu kehidupan beragama harus dapat membawa persatuan dan kesatuan bangsa, harus dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradap, harus dapat menyehatkan pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat Indonesia menuju terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Dalam hal ini berarti bahwa sila pertama memberi pancaran keagamaan, memberi bimbingan pada pelaksanaan sila-sila yang lain.

3) Sebagai sarana untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa, maka asas kebebasan memelu agama ini harus diikuti dengan asas toleransi antar pemeluk agama, saling menghargai dan menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang lain dalam menjalankan ibadah menurut agama mereka masing-masing.

4

4) Kehidupan beragama tidak bisa dipisahkan sama sekali dari kehidupan duniawi/kemasyarakatan. Agama sebagai alat untuk mengatur kehidupan di dunia, sehingga dapat mencapai kehidupan akhirat yang baik. Semakin kuat keyakinan dalam agama, semakin besar kesadaran tanggungjawabnya kepada Tuhan bangsa dan Negara, semakin besar pula kemungkinan terwujudnya kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan bagi bangsa itu sendiri 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama? 2. Kenapa Pancasila penting sebagai Paradigma Pengembangan di Kehidupan Beragama? 3. Bagaimana Mengaplikasikan Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama? 4. Bagaimana keadaan Pluralisme dan Kehidupan Beragama di Indonesia saat ini? 5. Bagaimana cara mengatasi atau menyelesaikan konflik atau masalah yang terjadi di antara umat beragama? 1.3 TUJUAN 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pancasila Sebagai Pengembangan Kehidupan Beragama 2. Mengetahui Kenapa perlu adanya Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan di Kehidupan Beragama 3. Mengetahui cara untuk mengaplikasikan Pancasila Sebagai Pengembangan Kehidupan Beragama 4. Mengetahui Keadaan Pluralisme dan Kehidupan Beragama di Indonesia 5. Mengetahui cara mengatasi dan menyelesaikan konflik atau masalah yang terjadi di antara umat beragama

5

BAB II PEMBAHASAN 2.1 pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama A. Paradigma Pengembangan Istilah paradigma awalnya dipergunakan dan berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama dalam filsafat ilmu pengetahuan. Kata paradigma (paradigm) mengandung arti model, pola atau contoh. Dalam kamus umum bahasa Indonesia paradigma diartikan sebagai seperangkat unsur bahasa yang sebagian bersifat konstan (tetap) dan sebagian berubah-ubah. Paradigma dapat juga diartikan sebagai suatu gagasan sistem pemikiran (kerangka berfikir). Menurut Thomas S. Kuhn dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970:49), paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis (suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode, tatacara penerapan dalam ilmu tersebut. Sedangkan menurut Drs. Kaelan, MS. Paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai kerangka berfikir, orientasi dasar, sumber, asas, serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunanm, reformasi, maupun dalam pendidikan. Paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut

6

Sedangkan kata Pengembangan (development) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu proses, cara, perbuatan mengembangkan ataun menjadi/mengarah bertambah sempurna

Kata Pengembangan menunjukkan adanya pertumbuhan, perluasan yang terikat dengan keadaan yang harus digali dan harus dibangun agar dicapai kemajuan dimasa yang akan datang. Atas dasar arti kata pembangunan, dapat dipahami bahwa dalam pembangunan terdapat proses perubahan yang terus menerus diupayakan untuk meraih kemajuan dan perbaikan untuk mewujudkan tujuan yang dicita-citakan. Pembangunan adalah usaha manusia untuk memerangi kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan untuk menuju masyarakat uang sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan Pengembangan atau Pembangunan adalah proses perubahan ke arah kondisi yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana

(Kartasasmita,

1997).

Menurut

Sumodiningrat

(2001),

pembangunan adalah proses natural untuk mewujudkan cita-cita bernegara, yaitu terwujudnya masyarakat makmur sejahtera secara adil dan merata. Paradigma Pengembangan adalah suatu model, pola yang merupakan sistem berfikir sebagai upaya mewujudkan perubahan yang direncanakan sesuai dengan cita-cita kehidupan masyarakat menuju hari esok yang lebih baik secara kuantitatif maupun kualitatif. (Inuk Inggit Merdekawati, 2008: 26) Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.

7

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, Sementara negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia, dengan demikian pancasila sebagai landasan dan tolak ukur dari penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan. Nilai-Nilai dasar Pancasila dikembangkan dari hakikat manusia yang menurut Pancasila adalah manusia adalah makhluk monopluralis. Ciri-ciri kodrat manusia sebagai mahkluk monopluralisme adalah sebagai berikut: a. Susunan kodrat manusia terdiri dari jiwa dan raga b. Sifat kodrat manusia sebagai individu dan social c. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan. Pembangunan nasional merupakan upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia terdiri dari aspek jiwa, raga, pribadi, sosial dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional merupakan upaya dalam peningkatan manusia secara totalitas. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya. Visi dan Misi Pembangunan Nasional  Visi Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah negara Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin.

8

 Misi Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, misi yang diterapkan adalah sebagai berikut : 1) Pengamalan

Pancasila

secara

konsisten

dalam

kehidupan

bermasyarkat, berbangsa dan bernegara. 2) Penegakan kedaulatan

rakyat

dalam segala aspek kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3) Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun dan damai. B. Pancasila dan Agama Pancasila yang di dalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara dan agama merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui The Founding Fathers Negara Republik Indonesia. Konsep pemikiran para pendiri negara yang tertuang dalam Pancasila merupakan karya khas yang secara antropologis merupakan local genius bangsa Indonesia (Ayathrohaedi dalam Kaelan, 2012). Begitu pentingnya memantapkan kedudukan Pancasila, maka Pancasila pun mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan berbagai agama. Tuhan menurut terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tak terbagi, yang maknanya sejalan dengan agama Islam, Kristen, Budha, Hindu dan bahkan juga Animisme (Chaidar, 1998: 36). Sejak dekade 1920-an, ketika Indonesia mulai dibayangkan sebagai komunitas politik bersama, mengatasi komunitas cultural dari ragam etnis dan agama, ide kebangsaan tidak terlepas dari Ketuhanan (Latif, 2011: 67).

9

Secara lengkap pentingnya dasar Ketuhanan ketika dirumuskan oleh founding fathers negara kita dapat dibaca pada pidato Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945, ketika berbicara mengenai dasar negara (philosophische grondslag) yang menyatakan, “Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia berTuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al Masih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w, orang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan. Secara kebudayaan yakni dengan tiada “egoisme agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang berTuhan” (Zoelva, 2012). Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat berjalan saling menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan menanggalkan yang lain. Selanjutnya Kiai Achamd Siddiq menyatakan bahwa salah satu hambatan utama bagi proporsionalisasi ini berwujud hambatan psikologis, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran yang datang dari dua arah (Zada dan Sjadzili (ed), 2010: 79).

2.2 Pancasila penting sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama Pada saat ini, Indonesia sedang mengalami kemunduran ke arah kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. Pancasila memiliki peran untuk mengembalikan suasana kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling menghargai dan menghormati, serta saling mencintai sebagai manusia yang beradab. 10

Pancasila memberikan dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di Nega...


Similar Free PDFs