PENCEGAHAN PENDETEKSI FRAUD (KASUS PT ASURANSI JIWASRAYA) PDF

Title PENCEGAHAN PENDETEKSI FRAUD (KASUS PT ASURANSI JIWASRAYA)
Author Debora Tampubolon
Pages 9
File Size 241.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 31
Total Views 120

Summary

SISTEM PENCEGAHAN PENDETEKSI FRAUD DAN PENELUSURAN ASET (KASUS PT ASURANSI JIWASRAYA) Friska Debora Maria PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2019 PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA KASUS PT ASURANSI JIWASRAYA (Persero) Perusahaan asuransi BUMN, PT Asuransi Jiwasraya mengalami mengal...


Description

SISTEM PENCEGAHAN PENDETEKSI FRAUD DAN PENELUSURAN ASET (KASUS PT ASURANSI JIWASRAYA)

Friska Debora Maria

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2019

PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA KASUS PT ASURANSI JIWASRAYA (Persero) Perusahaan asuransi BUMN, PT Asuransi Jiwasraya mengalami mengalami gagal bayar polis kepada nasabah. Ada dua ketidakcocokan yang menimbulkan gagal bayar, yaitu mismatch bunga dan mismatch jangka waktu. Ketidakcocokan pertama ada dalam produk Jiwasraya yang bernama JS Saving Plan Jiwasraya. Produk itu menjanjikan imbal hasil tetap (fix return) kepada pemegang polis. Di sisi lain, Jiwasraya menginvestasikan dana nasabah di instrumen-instrumen keuangan yang tidak menjamin keuntungan yang tetap. Ketidakcocokan kedua adalah jangka waktu investasi. Jiwasraya melakukan investasi di instrumen saham dan reksa dana berjangka panjang. Harga saham menjadi sangat fluktuatif dan tidak bisa ditebus setiap saat karena menimbulkan kerugian. Namun, kepada nasabah, Jiwasraya berjanji polisnya bisa ditebus setiap tahun. Dalam laporan keuangan pada 2017, Jiwasraya melakukan investasi terbesar hingga Rp19,17 triliun ke reksa dana. Namun, investasi ini terus turun menjadi Rp16,32 triliun pada 2018 dan menjadi Rp6.64 triliun pada 2019. Begitu juga dengan investasi di sektor saham, dari Rp 6,63 triliun pada 2017, menjadi Rp3,77 triliun pada 2018 dan menjadi Rp2,48 triliun pada 2019. Untuk deposito, laporan keuangan Jiwasraya berada pada Rp4,33 trilun pada 2017, lalu turun ke Rp1,22 triliun pada 2018 dan menjadi Rp0,8 triliun pada 2019.

ANALISIS TERHADAP KASUS 1. Apa penyebab terjadinya Fraud pada entitas di atas tersebut? Menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2016), fraud adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain. Dalam kasus ini, fraud terjadi disebabkan oleh aktivitas jual beli saham dalam waktu yang berdekatan dan pembelian dilakukan dengan negoisasi bersama pihak-pihak tertentu supaya dapat memperoleh harga yang diinginkan. Jiwasraya berinvestasi pada saham dengan kualitas buruk/saham gorengan dan kepemilikan saham tertentu melebihi batas diatas 2,5%. Dari laporan keuangan tahun 2017 sebagian besar dana nasabah diinvestasikan pada reksadana, saham, dan properti. Investasi tersebut kurang memperhatikan manajemen risiko. Jiwasraya justru banyak menginvestasikan dana nasabah pada saham tidak likuid yang konsisten naik. Akibatnya, risiko gagal dan derita kerugian senantiasa membayangi perusahaan asuransi ini. Saham yang diborong Jiwasraya terpuruk di pasar keuangan, sehingga berdampak pada tingkat keuntungan yang diperoleh pun tidak maksimal, bahkan mengalami kerugian. Berikut ini dapat disimpulkan penyebab fraud kasus jiwasraya : 1) Perusahaan menerima kontribusi pendapatan tertinggi melalui produk saving plan. Namun, produk yang ditawarkan melalui bank (bancasurance) ini menawarkan bunga tinggi dengan tambahan manfaat asuransi. Tapi benefit yang ditawarkan ini tidak mempertimbangkan biaya atas asuransi yang dijual. 2) Penunjukkan pejabat kepala pusat bancassurance pada SPV pusat bancassurance tidak sesuai ketentuan. Serta pengajuan cost of fund langsung kepada direksi, tanpa melibatkan divisi terkait dan tidak didasarkan pada dokumen perhitungan cost of fund dan review usulan cost of fund. 3) Dalam pemasaran produk saving plan diduga terdapat konflik kepentingan karena pihak-pihak terkait Jiwasraya mendapat fee atas penjualan produk tersebut. Saat membeli saham-saham dari perusahaan berkualitas rendah pun dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan. Analisis pembelian dan penjualan saham tidak didasarkan atas data yang valid dan objektif, jual beli saham juga dilakukan dalam waktu yang berdekatan untuk menghindari pencatatan unrealized loss atau melakukan window dressing. 4) Selain itu jual beli saham dilakukan dengan cara negosisasi agar bisa memperoleh harga yang diinginkan, serta kepemilikan atas saham tersebut melebihi batas maksimal, yakni di atas 2,5 persen. Pihak yang diajak bertransaksi saham oleh manajemen Jiwasraya adalah grup yang sama, sehingga diduga ada dana perusahaan dikeluarkan melalui grup tersebut. 5) Jiwasraya dalam rencana subscription reksadana tidak dilakukan secara memadai dan diduga dibuat secara perkiraan agar manajer investasi terlihat seolah-olah memiliki kinerja yang baik sehingga dapat dipilih oleh Jiwasraya untuk menempatkan investasi.

6) Investasi reksadana memiliki underlying saham-saham dan mtn (medium term notes) berkualitas rendah dan transaksi pada saham-saham tersebut diindikasikan dilakukan oleh pihak-pihak yang terafiliasi. 2. Kenapa penyebab/pendorong fraud di atas bisa terjadi? Fraud terjadi karena perusahaan ingin menunjukkan performa yang bagus pada laporan keuangannya. Laporan keuangan tersebut menjadi modal perusahaan sebagai alat kepada nasabah untuk dapat membeli produk-produk jiwasraya. Sehingga, Apabila performa laporan keuangan perusahaan bagus, maka direktur perusahaan akan mendapatkan bonus yang tinggi. Cressey (1953) menyimpulkan terdapat kondisi yang selalu hadir dalam kegiatan kecurangan perusahaan yakni yaitu tekanan/motif, kesempatan, dan rasionalisasi. Faktor Individu, berhubungan dengan individu sebagai pelaku kecurangan yang terdiri dari: a) Ketamakan atau Greed Ketamakan berhubungan dengan moral individu. Pandangan hidup dan lingkungan berperan dalam pembentukan moral seseorang. b) Kebutuhan atau Need Berhubungan dengan pandangan/pikiran dan keperluan pegawai atau pejabat yang terkait dengan aset yang dimiliki perusahaan, instansi, atau organisasi tempat dia bekerja. Selain itu, tekanan (pressure) yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan orang yang jujur mempunyai motif untuk melakukan kecurangan. Pendorong terjadinya fraud pada kasus jiwasraya: 1) Kesalahan pembentukan harga produk saving plan yang ditawarkan dengan jaminan return sebesar 9% hingga 13% sejak 2013 hingga 2018 dengan periode pencairan setiap tahun 2) Lemahnya prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi juga menekan likuiditas Jiwasraya 3) Adanya rekayasa harga saham 4) Tekanan likuiditas dari produk saving plan yang berakibat pada penurunan kepercayaan nasabah. 3. Bagaimana proses kejadian (modus) kasus pada entitas di atas terjadi? Proses kejadian kasus jiwasraya : 1) Ada dugaan kesalahan pembentukan harga produk atau investasi atas JS Saving Plan Jiwasaraya tersebut alias mispricing. JS Saving Plan adalah produk asuransi berbalut investasi yang ditawarkan melalui bank (bancassurance). JS Saving Plan Jiwasraya merupakan asuransi berbasis investasi dan asuransi proteksi kematian dengan tenor 1 tahun-5 tahun. Artinya jika pemilik polis JS Saving Plan meninggal sebelum jatuh tempo, dia akan mendapatkan santunan kematian sebesar 25% dari total yang disetorkan. Untuk menarik calon investor, JS Saving Plan Jiwasraya menawarkan imbal hasil pasti atau guaranted return sebesar 9%-13% per tahun, tergantung masa polis selama periode 2013-2018. 2) Manajemen Jiwasraya diduga lemah dalam menjalankan prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi. Investasi JS Saving Plan terdpaat pada saham dan reksadana yang berisiko tinggi. Jiwasraya tidak menerapkan portofolio manajemen lantaran tak memiliki portofolio

guideline yang mengatur alokasi investasi maksimum pada high risk assetse. Alhasil, dengan kondisi pasar saat ini, mayoritas aset investasi tidak dapat diperjualbelikan alias tidak likuid. 3) Rekayasa harga saham (window dressing). Jiwasraya diduga merekayasa harga saham antara lain dengan jual-beli saham dengan dressing reksadana. Modusnya, dengan saham yang harganya kemahalan atayu overprice dibeli oleh Jiwasraya, kemudian dijual pada harga negosiasi (di atas harga perolehan) kepada perusahaan manajer investasi (MI) untuk kemudian dibeli kembali oleh Jiwasraya. Hal ini dibuktikan dengan aset investasi Jiwasraya yang dominan pada saham dan reksa dana saham yang underlying asset-nya sama dengan portofolio saham langsung. 4) Tekanan likuiditas produk Saving Plan Jiwasraya karena penurunan kepercayaan nasabah. Penurunan kepercayaan nasabah membuat klaim atau lapse rate secara signifikan meningkat ke 51% dan terus meningkat hingga 85%. Hal tersebut menyebabkan tekanan likuiditas pada Jiwasraya. Efeknya: perolehan premi menurun tajam, pendapatan investasi Jiwasaraya menurun. Dengan klaim yang terus naik membuat terjadi krisis likuiditas di Jiwasraya. Juni 2019, ekuitas Jiwasraya negatif sebesar Rp 20,2 triliun dan rasio kecukupan modal atau risk based capital (RBC) Jiwasraya minus hingga 664,4% . Jiwasraya melakukan penarikan fasilitas kredit BNI beragunan aset perusahaan atau Jiwasraya berupa surat berharga pemerintah dan korporasi dengan nilai Rp 242,3 miliar, Penarikan fasilitas kredit oleh Jiwasraya dari BTN dengan jaminan aset surat berharga senilai Rp 200 miliar untuk pemenuhan kewajiban jatuh tempo polis, dan penarikan fasilitas kredit jangka pendek BRI dengan plafon maksimal Rp 400 miliar fasilitasi settlement pada saat roll over transaksi repo BRI serta menyetujui penerbitan MTN senilai Rp 500 miliar. 4. Indikator apa saja yang semestinya sudah dapat terdeteksi lebih awal dari kasus tersebut? Kasus bermula pada tahun 2002, Saat itu, BUMN asuransi itu dikabarkan sudah mengalami kesulitan. Namun berdasarkan cacatan BPK, Jiwasraya telah membukukan laba semu sejak 2006. Alih-alih memperbaiki kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan saham berkualitas, Jiwasraya justru menggelontorkan dana sponsor untuk klub sepakbola dunia, Manchester City pada 2014. Kemudian di tahun 2015, Jiwasraya meluncurkan produk JS Saving Plan dengan cost of fund yang sangat tinggi di atas bunga deposito dan obligasi. Sayangnya, dana tersebut kemudian diinvestasikan pada instrumen saham dan reksadana yang berkualitas rendah. Potensi fraud disebabkan oleh aktifitas jual beli saham dalam waktu yang berdekatan untuk menghindari pencatatan unrealized loss. Kemudian, pembelian dilakukan dengan negosiasi bersama pihakpihak tertentu agar bisa memperoleh harga yang diinginkan. 5. Kenapa para “pengawas dan pelindung” kepentingan stakeholders di atas terkesan tidak berfungsi sebagaimana mestinya dengan tidak mampu menangkap redflag dan indikator kecurangan pada butir 4 di atas? Jiwasraya sebagai perusahaan di bawah naungan Kementerian BUMN dan diaudit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Jiwasraya nyatanya tidak luput dari kasus yang berpotensi mencemarkan nama BUMN. Potensi masalah pada pengelolaan investasi Jiwasraya sebenarnya

telah terungkap dalam hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan pada 2016. BPK mengendus potensi benturan kepentingan karena penempatan dana turut melibatkan perusahaan manajemen investasi yang didirikan oleh Hary Prasetyo, Direktur Keuangan Jiwasraya periode 2008-2018. Semestinya Kementerian BUMN meminta perbaikan laporan keuangan apabila BPK sudah menunjukkan ada yang tidak beres dan juga OJK seharusnya melakukan penanganan yang tegas sejak awal terdapatnya temuan tersebut.

6. Identifikasi indikasi bahwa para “pengawas dan pelindung” kepentingan stakeholders di atas merupakan pihak yang berkontribusi terhadap terjadinya fraud? OJK, Direksi dan dewan komisaris merupakan pihak yang berkontribusi terhadap terjadinya fraud. 1) Ketika terdapat temuan yang tidak beres dalam audit BPK pada tahun 2016, OJK terlambat melakukan penanganan atas temuan tersebut. 2) Dewan komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan atas jalannya usaha, adanya kasus gagal bayar jiwasraya menunjukkan dewan komisaris tidak dapat mengawasi dengan baik atas jalannya usaha perusahaan khususnya pada JS Saving Plan. 3) Direksi lalai dalam menjalankan fungsinya dengan tepat, hanya karena mengejar profit tanpa memahami risiko manajemennya. 7. Identifikasi para pihak yang dirugikan dan yang diuntungkan dari tindakan fraud tersebut ! Pihak yang dirugikan : 1) Nasabah polis JS Saving Plan 2) Pemegang saham 3) Pemerintah 4) Bank yang menjual produk jiwasraya (reputasi bank) terdiri dari Bank Tabungan Negara, Bank Rakyat Indonesia, Bank ANZ, Bank Standard Chartered, Bank KEB Hana Indoneisa, Bank Victoria, dan Bank QNB Indonesia Pihak yang diuntungkan : 1) Manajer investasi 2) Eks Dirut Jiwasraya Hendrisman 3) Eks Direktur Keuangan Jiwasraya Hary Prasetyo 4) Komisaris PT Hanson International Benny Tjokrosaputro 5) Eks Kadiv Investasi dan Keuangan Jiwasraya Syahmirwan 6) Presiden Komisaris PT Trada Alam Minera Heru Hidayat. 8. Identifikasi para pihak terkait/yang bertanggungjawab atas kasus di atas ! Pihak yang bertanggungjawab : 1) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2) Kementerian BUMN 3) Direksi dan Dewan Komisaris 4) Auditor atau Kantor Akuntan Publik :

• • •

KAP Soejatna, Mulyana, dan rekan (2006-2012) KAP Hartanto, Sidik, dan Rekan, dilanjutkanKAP Djoko, Sidik, Indra (20102013) PricewaterhouseCoopers – PwC (2016-2017)

9. Apa saran/rekomendasi perbaikan yang bisa Anda usulkan? Permasalahan utama perusahaan : • Produk-produk yang merugi (negative spread dan underpricing, harga kemurahan). • Kinerja pengelolaan aset yang rendah. • Kualitas aset investasi dan non investasi yang kurang likuid. • Sistem pengendalian perusahaan yang masih lemah. • Tata Kelola perusahaan yang kurang baik. • Sistem informasi yang tidak andal • Kantor cabang yang tidak produktif. • Biaya operasional yang tidak efisien • Akses permodalan yang terbatas. • Kurangnya inovasi di bidang produk dan layanan. • Kualitas SDM asuransi yang terbatas dan budaya kerja. • Sarana dan prasarana kerja yang belum modern. Dalam kasus jiwasraya, perusahaan memiliki kelemahan dalam sistem pengendalian internal dan manajemen risiko, diikuti dengan adanya kelalaian dari lembaga pengawas (OJK). Hal ini mengakibatkan perusahaan mengalami gagal bayar yang membuat negara dirugikan Rp13,7 triliun. Ada beberapa saran perbaikan yang dapat diusulkan: 1) Sistem Pengendalian Internal Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commision (COSO) mengungkapkan bahwa pengendalian internal merupakan rangkaian tindakan yang mencakup keseluruhan proses dalam organisasi. Pengendalian internal berada dalam proses manajemen dasar, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan. Terdapat 5 komponen pengendalian internal menurut COSO, yaitu: 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment); Merupakan unsur dasar untuk semua komponen pengendalian internal atau menjadi pondasi dari komponen lainnya. Lingkungan pengendali meliputi Integritas atau etika, komitmen seluruh anggota organisasi, filosofi manajemen, struktur organisasi, kebijakan dan pengelolaan sumber daya manusia serta adanya Dewan Komisaris dan adanya Komite Audit. 2. Penilaian Risiko (Risk assisment); merupakan unsur proses yang dinamis dan berulang untuk mengidentifikasi dan menganalisa serta mitigasi risiko terkait dengan pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan bisa berasal dari internal organisasi ataupun dari eksternal. Identifikasi atau penilaian risiko baik dari eksternal maupun internal harus menjadi perhatian manajemen karena berpotensi untuk mengakibatkan pengendalian internal tidak efektif.

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities); Mencakup tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan dilaksanakannya arahan manajemen dalam rangka meminimalkan risiko atas usaha pencapaian tujuan secara efektif. 4. Informasi dan Komonikasi (Information and Commonication); Manajemen harus mendapatkan, menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas, baik dari sumber internal maupun eksternal untuk terselenggaranya fungsi pengendalian internal yang mendukung pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. 5. Aktivitas Pengawasan (Monitoring Activities); Unsur pemantauan mencakup evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau kombinasi dari keduanya untuk memastikan komponen-komponen Pengendalian internal ada dan berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan adanya aktivatas pemantauan ini maka sistim pengendalian bisa saja terjadi perubahan sesuai dengan kondisi yang diperlukan. 2) Sistem Manajemen Risiko Permasalahan ini tidak hanya berhubungan dengan persoalan pidana dan kriminal, tetapi juga terkait risk based capital yang di dalamnya tentang manajemen risiko. Manajemen risiko adalah upaya untuk memantau risiko dan melindungi hak properti, laba, aset, dan aset entitas bisnis. Dalam praktiknya, proses manajemen risiko ini mencakup mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko jika terbukti mengancam keberlanjutan organisasi. Manajemen ini sangat penting karena ini adalah salah satu sumber daya perusahaan. Manajemen seharusnya dapat mempertimbangkan berbagai risiko lain yang berkaitan dengan keuangan, seperti: • Risiko likuiditas • Kontinuitas pasar • Resiko kredit • Risiko regulasi • Risiko pajak • Risiko akuntansi 3) Reporting System Atas kelalaian pengawasan OJK, Regulator harus mewajibkan perusahaan untuk mengimplementasikan whistle blowing system yang menyediakan mekanisme palaporan bila ada penyimpangan yang dilakukan oleh orang dalam. Sanksinya pun harus tegas dan membuat efek jera, semisal dengan penerbitan list of improper executives, yang diterbitkan secara berkala, misalnya tiap kuartal. Karena lazimnya perusahaan yang bermasalah dilakukan oleh direksi.

REFERENSI : i. https://kbr.id/nasional/012020/bpk_ungkap_penyebab_amburadulnya_keuangan_jiwasraya/101880.html ii. https://money.kompas.com/read/2020/01/09/063000926/simak-ini-kronologi-lengkap-kasusjiwasraya-versi-bpk?page=all iii. https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e0f22781c87d/usut-tuntas-skandal-jiwasraya/ iv. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-50821662 v. http://keuangan.kontan.co.id/news/tabir-investasi-jiwasraya-terbuka-dari-modus-mispricingsampai-window-dressing?page=all vi. https://fokus.kontan.co.id/news/mengupas-masalah-likuiditas-yang-menimpa-asuransijiwasraya?page=all...


Similar Free PDFs