Penelitian Kualitatif (Catatan Lapangan) PDF

Title Penelitian Kualitatif (Catatan Lapangan)
Author Riki Apriyandi
Pages 10
File Size 41.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 311
Total Views 565

Summary

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong (2007) adalah penilitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnometodologi, inte raksionis simbolik, perspektif ke dalam, fenomenologis, stud i kasus, interpretatif, ekologis, dan deskri...


Description

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong (2007) adalah penilitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnometodologi, inte raksionis simbolik, perspektif ke dalam, fenomenologis, stud i kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif. Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif, merupakan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang -orang dan prilaku yang diamati. Hal serupa juga diungkapkan oleh Lofland dan Lo fland (1984), bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata -kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya. Data yang diperoleh oleh peneliti dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang semuanya itu terangkum dalam teknik-teknik pengumpulan data. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, contohnya lewat orang lain dan dokumen (Sugiyono, 2008). Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi, dan triangulasi keempatnya. Observasi dan wawancara merupakan teknik pengumpulan data terbesar yang tidak bisa dihindarkan dari penelitian kualitatif. Peneliti hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia nyata yang diperoleh dari observasi. Begitu juga sebaliknya, wawancara juga dapat dimanfaatkan oleh peneliti untuk melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti. Dalam melaksanakan kedua cara pengumpulan data tersebut, peneliti wajib membuat Catatan Lapangan, dimana tujuan dari pencatatan ini berguna untuk memperkuat data yang diperoleh. Pencatatan lapangan dilakukan sewaktu peneliti berada dilapangan, yang berisi kata -kata kunci, frase, pokok-pokok isi pembicaraan, gambar, sketsa, sosiogram, dan diagram (Moleong, 2007).

2 Pada pembahasan kali ini, penulis mencoba menjabarkan tentang maksud dan tujuan dari catatan lapangan, sehingga penelitian kualitatif yang dilakukan dapat tersusun secara sistematis dan holistik.

1.2. Tujuan Membahas tentang pengertian, kegunaan, bentuk, isi, dan proses penulisan catatan lapangan secara deskriptif dan ref lektif.

3

BAB II ISI

2.1. Pengertian dan Kegunaan Catatan Lapangan Penelitian kualitatif mengan dalkan observasi dan wawancara dalam pengumpulan data di lapangan. Sewaktu di lapangan, peneliti diwajibkan membuat catatan, akan tetapi catatan ini hanya bersifat sementara dan hanya berguna sebagai alat perantara, yaitu antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium, dan diraba dengan catatan sebenarnya yang disebut juga dengan catatan lapangan (Moleong, 2007). Hal serupa juga diungkapkan oleh Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong (2007), bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan yang diperoleh dari lapangan dan disusun secara lengkap, maka catatan inilah yang dikatakan sebagai catatan lapangan. Catatan ini dapat disimpan dalam bentuk tape ataupun diketik, tanpa menambahkan atau mengurangi dari apa yang diperoleh dari hasil observasi (Bogdan dan Taylor, 1993). Catatan lapangan dapat berguna dalam pengajuan hipotesis kerja, hal-hal yang menunjang hipotesis kerja, dan penentuan derajat kepercayaan dalam rangka keabsahan data . Berdasarkan kegunaan catatan lapangan tersebut, maka sering disebut orang bahwa catatan lapangan merupakan “jantungnya” penelitian kualitatif (Moleong, 2007).

2.2. Bentuk Catatan Lapangan Catatan lapangan memiliki bentuk yang beragam, dapat berupa kartu, notebook, loose leaf, note kecil atau buku ukuran biasa ( Alwasilah, 2002). Secara keseluruhan bentuk dari catatan lapangan ini merupakan wajah catatan lapangan y ang terdiri dari halaman depan dan halaman-halaman berikutnya yang disertai petunjuk paragraf dan baris tepi (Moleong, 2007). Berikut ini adalah contoh dari catatan lapangan:

4

Catatan Lapangan Pengamatan/Wawancara Waktu Disusun Jam Tempat Subjek Penelitian

: No. 5 :P/W : Tanggal----, Jam-----: -----: -----: ------

(Bagian deskriptif) (judul)……………................................................................................................... ............................ ………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………… (Bagian reflektif) Tanggapan pengamat…………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………… Gambar: Contoh catatan lapangan (Moleong, 2007) . Berdasarkan contoh bagan di atas, maka catatan lapangan terdiri dari halaman pertama, alinea dan batas tepi. Halaman pertama pada catatan lapangan secara keseleruhuan memuat latar dan identitas subjek penelitian. Sedangkan alinea atau paragraf dalam catatan lapangan memegang peranan khusus dalam kaitannya dengan analisis data. Dimana setiap satu pokok persoalan, peneliti harus membuat alinea baru. Disamping itu batas tepi kanan, pada catatan lapangan harus diperlebar, hal ini bertujuan untuk memberikan ruang dal am koding (pemberian kode) sewaktu melakukan analisis (Moleong, 2007).

2.3. Isi Catatan Lapangan Isi catatan lapangan secara ga ris besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian deskriptif dan bagian reflektif. Bagian deskriptif memuat gambaran ten tang latar pengamatan, orang, tindakan, dan pembicaraan, sedangkan untuk bagian reflektif memuat kerangka berfikir dan pendapat peneliti, gagasan, dan kepeduliannya (Bogdan dan Biklen , 1982 dalam Moleong, 2007). Bagian Deskriptif (catatan deskriptif), mer upakan bagian terpanjang yang berisi semua peristiwa dan pengalaman yang didengar dan yang dilihat serta dicatat selengkap dan seobjektif mungkin. Bogdan dan Biklen (1990) juga menambahkan bahwa catatan deskriptif

5 lebih memfokuskan dalam mengambil gambar, orang, perbuatan, dan percakapan yang diamati. Bagian dari catatan deskriptif ini biasanya berisi hal-hal sebagai berikut: 

Gambaran dari subjek, pencatatan dilakukan pada penampilan fisik, cara berpakaian, cara bertindak, dan gaya berbicara.



Rekonstruksi dialog, pencatatan dalam upaya mengulang kembali apa -apa saja yang diperoleh dari subjek (secara verbal). Kemudian menggambarkan makna dari latar atau suasana disekitar, selama melakukan observasi ataupun wawancara.



Catatan tentang peristiwa khusus, pencat atan yang tertuju kepada hal -hal khusus, yang dirasa sangat mendukung data, hal ini bisa saja dalam bentuk apa yang dilakukan, bagaimana peristiwa itu berlangsung, dan hakikat dari peristiwa tersebut.



Perilaku pengamat, pencatatan yang terfokus kepada gamb aran fisik, reaksi, tindakan, serta segala sesuatu yang dilakukan oleh pengamat sebagai instrumen penilitian (Moleong, 2007). Bagian Reflektif (catatan reflektif), merupakan bagian yang secara khusus

menggambarkan sesuatu yang berkaitan dengan pengamat itu sendiri. Bagian ini berisi spekulasi, perasaan, masalah, ide, sesuatu yang mengarahkan, kesan, dan prasangka (Moleong, 2007). Munandir (1990) juga menambahkan bahwa catatan reflektif lebih banyak memuat kerangka pikiran, gagasan, dan perhatian peng amatnya. Tujuan catatan refleksi ini ialah untuk memperbaiki

catatan lapangan dan untuk memperbaiki kemampuan

melaksanakan studi ini dikemudian hari. Patton (1980) dalam Miles dan Huberman (1992) mengungkapkan bahwa catatan reflektif dapat juga digunakan s ementara peneliti membuat catatan lapangan yang masih kasar. Hal ini dapat pula meningkatkan kegunaan catatan lapangan.

Bagian

catatan

refleksi

ini

juga

dapat

diartikan

sebagai

tanggapan

peneliti/pengamat/pewawancaraan. Tanggapan dari pengamat ini dapat be risi hal-hal sebagai berikut: 

Refleksi mengenai analisis, bagian ini berisi sesuatu yang dipelajari, tema yang mulai muncul, pola umum yang mulai tampak, kaitan antara beberapa penggal data, gagasan tambahan, dan pemikiran yang timbul.



Refleksi mengenai metode, bagian yang berisi penerapan metode yang di rancang dalam usulan penelitian, prosedur, strategi, dan taktik yang dilakukan dalam studi. Selain itu pada bagian ini juga dapat memberikan arahan tentang metode yang dilakukan oleh peneliti dan kemudian b agaimana hal itu dilaporkan dalam laporan penelitian.

6 

Refleksi mengenai dilema etik dan konflik, refleksi ini berguna untuk membantu peneliti menguraikan persoalan dan kemudian dapat memberikan cara bagaimana sebaiknya dalam menghadapinya.



Refleksi mengenai kerangka berfikir peneliti, berisi kepercayaan, kebiasaan, asumsi, pengalaman, ide politik, latar belakang, etika, pendidikan, suku bangsa, dan kelamin.



Klarifikasi, pada bagian ini peneliti dapat menyajikan butir -butir yang dirasakan perlu untuk lebih menjelaskan sesuatu yang meragukan atau sesuatu yang membingungkan yang ada pada catatan lapangan.

2.4. Proses Penulisan Catatan Lapangan Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong (2007), memberikan beberapa petunjuk dalam melaksanakan catatan lapangan: a. Catatan lapangan langsung dikerjakan, jangan menunda waktu sedikitpun. Semakin ditunda, Semakin kecil daya peneliti untuk mengingat sehingga semakin sukar mencatat sesuatu secara baik dan tepat. b. Jangan berbicara kepada siapa pun sebelum peneliti menyusun cata tan lapangan. Membicarakannya dengan orang lain akan mencampur -adukkan fakta yang diperoleh dengan sesuatu pembicaraan. c. Carilah tempat sepi yang memadai yang tidak terjangkau oleh gangguan, dan siapkanlah dengan secukupnya alat -alat yang diperlukan. d. Jika peneliti untuk pertama kali berada di lapangan dan hendak mengerjakan penelitian semacam ini, sediakanlah waktu secukupnya untuk keperluan pembuatan catatan lapangan tersebut. Bagi peneliti pemula, waktu untuk mengerjakan catatan lapangan hendaknya disediak an sebanyak tiga kali lipat dari yang biasa, dan lama kelamaan waktunya akan semakin singkat. e. Mulailah dengan membuat kerangka, kemudian kerangka itu diperluas dengan coretan seperlunya, tetapi kesemuanya harus diurutkan secara kronologis. Setelah gambaran menjadi lengkap, barulah duduk mengetik, dan gunakan kata -kata yang kongkret. f. Penyusunan tidak hanya secara kronologis, tapi dapat pula berdasarkan judul -judul. g. Biarkan percakapan dan peristiwa yang dialami mengalir secara berurut mulai dari diri peniliti sampai kedalam bentuk tulisan -tulisan. Usahakan agar percakapan dinyatakan dalam bentuk kalimat langsung.

7 h. Jika ada sesuatu yang kelupaan dalam penyusunan catatan lapangan, maka peniliti jangan ragu untuk menambahkannya kembali. i. Upayakan untuk memvariasika n suasana, agar dapat meminimalisir kebosanan dalam penyusunan catatan lapangan. Disamping langkah-langkah diatas, para pendapat ahli lainnya juga mengemukakan beberapa langkah dalam penyusunan catatan lapangan, yaitu: 

Pencatatan awal, dilakukan sewaktu b erada di latar penelitian dengan jalan menuliskan hanya kata-kata kunci pada buku nota.



Pembuatan catatan lapangan lengkap setelah kembali ketempat tinggal. Dilakukan dalam suasana yang tenang, tidak ada gangguan. Hasilnya sudah berupa catatan lapangan lengkap.



Masih ada langkah ke tiga yaitu apabila sewaktu ke lapangan penelitian, kemudian teringat bahwa masih ada yang belum dicatat dan dimasukkan dalam catatan lapangan, dan hal itu dimasukkan.

2.5. Contoh Catatan Lapangan dalam Bidang Sosial dan Biologi 2.5.1. Contoh Catatan Lapangan di Bidang Sosial Judul: Strategi Hidup Masyarakat Kota Padang yang Rumahnya Hancur Akibat Gempa Catatan Lapangan Pengamatan/Wawancara Waktu Disusun Jam Tempat Subjek Penelitian

: No. 5 :P/W : Tanggal 01-11-2009, Jam 09.00-11.00 wib : 20.00 wib : Jl. Khatib, Padang : Bapak Budi

(Bagian deskriptif) Aktifitas di rumah Bapak Budi. Bapak Budi menyuruh kedua anaknya untuk membantu P ak Budi memplester kembali dinding rumahnya yang retak,………………………………………………... ………………………………………………………………………………………………………. (Bagian reflektif) Pak Budi lebih mementingkan untuk memperbaiki rumahnya, dibandingkan menyuruh kedua anaknya pergi ke sekolah……………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………………………..

8 2.5.2. Contoh Catatan Lapangan di Bidang Biologi Judul: Profil Guru Biologi yang Sukses Membawa Siswanya Menuju Olimpiade Internasional Catatan Lapangan Pengamatan/Wawancara Waktu Disusun Jam Tempat Subjek Penelitian

: No. 5 :P/W : Tanggal 01-11-2009, Jam 11.00-11.30 wib : 20.00 wib : SMP N 1 Payakumbuh : Ibu Murni

(Bagian deskriptif) Strategi membimbing siswa. Ibu Murni memberikan jadwal rutin kepada siswa -siswa yang mengikuti olimpiade (sewaktu pulang sekolah) untuk selalu mengerjakan soal -soal yang bertaraf IBO…………. ……………………………………………………………………………………………………… …... (Bagian reflektif) Ibu Murni melatih mental dan kemampuan siswa dalam menghadapi soal -soal yang bertaraf internasional…………………………………………………………………………… ………………. ……………………………………………………………………………………………………… …..

9

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan Catatan lapangan sangat penting dalam tahap penelitian, karena dapat berguna dalam pengajuan hipotesis kerja, hal-hal yang menunjang hipotesis kerja, dan penentuan derajat kepercayaan dalam rangka keabsahan data. Catatan lapangan memiliki bentuk yang beragam, dapat berupa kartu, notebook, loose leaf, note kecil atau buku ukuran biasa. Isi catatan lapangan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian deskriptif dan bagian reflektif. Penulisan catatan lapangan sangat memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu: catatan lapangan langsung dikerjakan, jangan berbicara kepada siapa pun , carilah tempat sepi, sediakanlah waktu secukupnya, mulailah dengan membuat kerangka, penyusunan tidak hanya secara kronologis, tapi dapat pula berdasarkan judul -judul, biarkan percakapan dan peristiwa yang dialami mengalir secara berurut, jika ada sesuat u yang kelupaan dalam penyusunan catatan lapangan, maka peniliti jangan ragu untuk menambahkannya kembali, dan upayakan untuk memvariasikan suasana, agar dapat meminimalisir kebosanan dalam penyusunan catatan lapangan.

3.2. Saran Di sarankan kepada penel iti untuk lebih memperhatikan tentang pencatatan lapangan, supaya data yang diperoleh lebih valid dan akurat.

10

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A Chaedar, 2002. Pokoknya Kualitatif (Dasar -Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif). PT Dunia Pustaka Jaya dan Pusat Studi Sunda. Jakarta. Bogdan, R. C., dan Biklen. S. K . 1990. Riset Kualitatif Untuk Pendidikan: Pengantar Ke Teori dan Metode. Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan pusat Fasilitas Bersama Antar Universitas/IUC. Jakarta. Bogdan, R. C., dan Taylor, S. J. 1993. Kualitattif (Dasar - Dasar Penelitian). Usaha Nasional. Surabaya. Lofland, John dan Lofland, L. H. 1984. Analyzing Social Setting: A Guide to Qualitative Observation and Analysis. Belmont. Cal: Wadsworth Publish ing Company. Miles, M. B., dan Huberman. A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta. Moleong, Lexy, J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif . Edisi Revisi. PT Remaja Rosdokarya. Bandung. Sugiyono, Prof., Dr. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta. Bandung....


Similar Free PDFs